Sebuah motor metic memasuki tempat parkir. Pengendaranya adalah seorang siswi. Melihat dari penampilannya, semua orang bisa menebak jika gadis itu berasal dari kalangan bawah.
Jangan heran, karena sekolah tempat gadis itu akan melanjutkan pendidikannya, sekaligus menjalankan misinya adalah sekolah elit di Swiss. Gadis itu tidak lain adalah Rhiana Lavanya Veenick.
Dengan kaca mata besar dan rambut yang dikepang dua, Rhiana dengan santai turun dari motornya. Seulas senyum tipis terukir di bibirnya ketika melihat penampilan barunya melalui kaca spion motor.
"Benar-benar cupu," Gumam Rhiana dan terkekeh pelan.
Dua hari lalu Rhiana baru saja tiba di Swis. Setelah pemakaman sang sahabat bulan lalu, Rhiana hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk berkabung. Sisa waktunya dia gunakan untuk berlatih agar misi selanjutnya tidak gagal lagi.
Rhiana tidak ingin terlalu terpuruk mengingat pesan terakhir sahabatnya itu untuk menjaga kakak laki-lakinya. Jadinya, Rhiana menguatkan diri dan menjalankan wasiat terakhir dari Lycoris. Almarhuma sahabatnya.
Rhiana menuju ruang kepala sekolah untuk mendapatkan kelasnya. Gadis itu kemudian diantar oleh wali kelasnya.
Tidak perlu basa-basi, Rhiana lalu memperkenalkan dirinya dengan nama Rhiana Senora. Setelah itu, dia mengambil tempat duduk bagian pojok paling belakang dekat jendela.
Karena penampilannya yang biasa saja, tidak ada seorang pun yang tertarik berkenalan dengannya. Belum lagi, semua yang bersekolah di sini adalah anak-anak orang kaya.
Lagipula, Rhiana juga tidak ingin memiliki teman di sini. Dia hanya ingin menjalankan misinya untuk menjaga kakak laki-laki sahabatnya.
...
Kelas dimulai beberapa menit setelah Rhiana duduk di kursinya.
Selama kelas dimulai, Rhiana tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Fokus gadis itu teralihkan ke luar jendela. Tepatnya lantai satu taman sekolah. Rhiana sekarang di lantai dua.
Rhiana menaikan sebelah alisnya dan menyeringai melihat ketiga manusia di bawah sana. Salah satu dari ketiganya adalah pria yang harus dia jaga.
Rhiana kemudian mengetik sesuatu di ponselnya mengirim pesan pada seseorang. Hanya satu menit, pesan balasan masuk di ponselnya. Rhiana lalu membuka dan membacanya. Itu adalah data pribadi ketiga orang di bawah sana.
Yeandre Lawrence. Umur 18 tahun. Anak angkat seorang direktur rumah sakit terbaik di Swiss. Yeandre adalah kakak kandung dari Lycoris Ranny Shaclike yang harus dia jaga.
Sony Corbyn. Umur 18 tahun. Anak pengusaha tambang emas di Swiss. Yang terakhir, Annalisha Stewart. Umur 18 tahun. Anak mentri politik negara Swiss.
Yeandre, Sony dan Annalisha adalah sahabat baik. Ketiganya bersahabat sejak masuk ke SMA elit di Swiss. Ketiganya juga tergolong dalam siswa berprestasi. Mereka sekarang duduk di kelas XII. Yeandre dan Sony sama-sama menyukai Annalisha. Annalisha sendiri belum menentukan pilihannya. Tetapi melihat situasi, Rhiana menebak, Annalisha menyukai Sony.
Fokus menatap ponselnya, Rhiana tiba-tiba mengerutkan kening dan dengan cepat mengelak ke samping.
Tidak menampilkan ekspresi terkejut, Rhiana beralih menatap ke depan. Tepatnya menatap guru killer yang merupakan pelaku lemparan spidol yang tidak sempat mengenai dahinya, karena Rhiana berhasil menghindar.
"Kamu murid baru, beraninya tidak memperhatikan kelasku? Poinmu semester ini dikurangi 10 poin. Keluar dari kelasku sekarang juga!"
Sekolah elit ini memang memperhitungkan poin setiap siswa. Setiap siswa diberi poin standar oleh sekolah sebesar 50 poin. Jika ada yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan, poinnya akan dikurangi. Siswa yang memiliki poin kurang dari 20, tidak akan naik kelas. Mereka juga akan dipindahkan ke kelas dengan predikat terburuk di sekolah elit itu.
Sebaliknya, jika siswa itu berkelakuan baik, dan berprestasi, poinnya akan bertambah dan akan diberi penghargaan oleh sekolah saat pengumuman nilai akhir semester. Bukan hanya itu. Mereka juga akan diberi beberapa fasilitas dan perlakuan khusus selama bersekolah di sana.
Rhiana tidak membantah, segera berdiri dan bergegas keluar tanpa mempedulikan cibiran siswa lainnya karena sudah melakukan pelanggaran di hari pertamanya sekolah. Lagipula, bagus juga dia keluar. Ada yang harus dia lakukan.
...
Sampai di luar kelas, Rhiana kembali mengirim pesan pada seseorang. Setelah mendapat balasan, gadis itu lalu mengunci pintu dari luar kemudian menuju pagar pembatas lantai dua kelasnya dan melompat ke bawah. Tujuan Rhiana mengirim pesan, adalah untuk menyabotase cctv beberapa gedung. Rhiana tidak ingin aksinya dilihat oleh orang lain.
Sampai di bawah, Rhiana dengan tenang menyembunyikan dirinya tidak terlalu jauh dari targetnya.
Melihat situasi, Rhiana menggeleng dan terkekeh karena melihat cinta segitiga di depannya. Gadis itu lagi-lagi mengirim pesan singkat, kemudian menatap situasi dua orang pria dan seorang gadis tidak jauh di depannya.
Sony terlihat menjawab sebuah panggilan masuk di ponselnya. Wajah pria itu terlihat panik, dan dengan cepat pamit meninggalkan Yeandre dan Annalisha. Sepertinya telah terjadi sesuatu.
"Mari kita lihat, apa yang akan kamu lakukan. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang aku berikan," Rhiana bergumam kemudian mengambil satu permen lolipop dalam saku seragamnya dan memasukan dalam mulut.
Baru saja Yeandre akan membuka suara, Annalisha sudah berdiri dan pergi meninggalkan Yeandre seorang diri di bangku taman itu.
"Lycoris tidak sebodoh pria ini," Gumam Rhiana menggeleng kepalanya pelan. Padahal dia sengaja membuat Sony pergi dari sana agar Yeandre bisa berduaan dengan Annalisha, tapi kakak sahabatnya itu sama sekali tidak menggunakan kesempatan yang dia berikan.
Di saat Rhiana akan kembali, tingkah Yeandre membuatnya menghentikan niatnya dan mengikuti pria itu.
Rhiana menaikkan sebelah alisnya ketika membaca papan nama yang dipasang di atas pintu sebuah ruangan. Ternyata ini kelas khusus siswa yang memiliki poin kurang dari 20.
Yeandre tiba-tiba berhenti setelah melewati kelas khusus itu beberapa meter. Rhiana ikut berhenti tepat di depan kelas khusus itu.
"Ly... Kakakmu ini ternyata punya sisi seperti ini," Gumam Rhiana dalam hati melihat Yeandre yang sedang merokok di depan sana.
Kelas dengan predikat terburuk di sekolah ini, memiliki gedung sendiri. Tepatnya di belakang gedung utama. Ada tiga lantai. Suasana di sana benar-benar seperti pasar. Sangat ramai. Tidak ada aktivitas belajar sama sekali. Para siswa di sini memang tidak diperhatikan oleh sekolah.
Bukan tidak diperhatikan. Hanya saja, para guru tidak sanggup lagi mengurus para siswa ini. Kebanyakan adalah anak-anak pewaris keluarga kaya yang tidak bisa diurus lagi kenakalannya. Guru yang bertugas di sana sudah angkat tangan mengajar mereka. Jadi, suasana di sana benar-benar kacau.
SRET!
Rhiana kaget karena tiba-tiba ditarik masuk ke dalam kelas. Baru saja dia akan beranjak keluar, matanya tidak sengaja melihat seorang pria yang tertidur di barisan paling belakang.
Di saat kelas ramai, pria itu tidak peduli dengan situasi dan malah terlelap. Yang membuat Rhiana tertarik, adalah sebuah tato di tengkuk pria itu.
Sejak Rhiana memiliki tato di punggungnya, dia sangat tertarik dengan tato. Melihat orang yang memiliki tato di tubuh mereka, Rhiana ingin tahu alasan mereka membuat tato itu.
"Satu lagi teman baru kita. Perkenalkan namamu, teman." Seorang siswa membuka suara membuat semua perhatian dalam kelas teralihkan pada Rhiana yang berdiri di depan kelas.
Rhiana sedikit berpikir, kemudian mengangguk pelan. Sepertinya mereka berpikir dia adalah siswa dengan poin kurang dari 20, yang baru dipindahkan ke sini.
"Sepertinya menarik bermain dengan mereka," Batin Rhiana sedikit menarik sudut bibirnya.
"Namaku Rhiana. Aku... aku hanya anak beasiswa," Rhiana memperkenalkan diri dengan pelan. Nada suaranya dibuat gugup. Tubuhnya bahkan sedikit bergetar.
"Anak beasiswa? Anjing baru teman-teman... Hahaha..." Seorang siswa menyahut, membuat yang lain ikut tertawa.
Setiap siswa yang pindah ke sini, akan selalu diperlakukan seperti pembantu. Apalagi jika status keluarganya di bawah mereka. Sudah beberapa siswa yang terpaksa pindah karena tidak tahan di kelas ini.
Rhiana baru mengetahui hal ini beberapa saat lalu, melalui chip di belakang telinganya.
"Kamu anak beasiswa, tapi sudah berani melanggar aturan? Benar-benar berani! Aku penasaran apa yang sudah kamu lakukan sehingga dikurangi poin." Tanya siswa dengan nametag, Jony Zacir.
"Ak...aku... terlambat, dan... dan tidak memperhatikan guru," Rhiana menjawab dengan suara menyedihkan. Matanya sudah berkaca-kaca.
"Wah... sangat berani! Baiklah. Karena keberanianmu, aku sebagai ketua di sini, menganugerahkanmu penghargaan menjadi pembantu tingkat satu. Tugasmu selama di sini, yang pertama, membeli sarapan pagi dan makan siang untuk kami semua. Kedua, membersihkan kelas ini sebelum kami masuk. Ketiga, mematuhi semua yang kami perintahkan." Siswa dengan nama Jony itu berbicara dengan sombong.
"Bagaimana jika ak... aku menolak? Bukankah, ka...lian bisa membeli makan sendiri?" Rhiana berbicara sambil meremas tangannya sendiri.
"Jika kamu menolak..." Jony menggantung perkataannya.
Pria itu lalu menatap seisi kelas memberi isyarat. Rhiana menyadarinya, tetapi tetap tenang di tempatnya. Rhiana masih memainkan perannya sebagai gadis polos yang penakut.
BRUKK
Rhiana didorong oleh seorang gadis hingga menabrak dinding kelas. Gadis satunya lagi berdiri di depannya dengan tangan terlipat di dada. Rhiana tetap dengan aktingnya. Rhiana memasang ekspresi ketakutan dan meringis sakit.
Seorang pria menghampiri Rhiana dan dua gadis lainnya dengan seember air kotor. Rhiana bisa menebak jika sasarannya adalah dia.
Melihat siswa itu akan menyiramkan isi ember itu padanya, Rhiana menyeringai dan melepaskan sesuatu di tangannya yang entah sejak kapan ada digenggamannya. Benda itu lalu berguling menghampiri pria tadi.
BYURR
BRUKK
"Hahaha..."
Tawa seisi kelas memenuhi ruangan itu. Mereka tertawa karena siswi yang mendorong Rhiana tadi basah kuyup, sedangkan pria yang menyiramnya jatuh telungkup di depan kelas.
"Denis sialan...! Aku akan membunuhmu!" Teriak gadis yang basah kuyup itu.
Keduanya kemudian saling kejar-kejaran hingga keluar kelas.
"Sayang sekali. Tapi tenang, masih ada kejutan lain untukmu!" Jony kembali memberi isyarat pada dua teman prianya.
Dua pria itu terlihat keluar entah kemana. Gadis yang masih bersidekap dada di depan Rhiana dengan tanpa perasaan memaksa Rhiana berlutut setelah menendang betisnya. Rhiana kini berakting menangis sambil menahan sakit. Seisi kelas tertawa senang melihat penderitaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
RIRES
Bagus Rhiana
2022-01-27
2
Machan
niatnya mo ngerjain, malah dia yang kena🤣🤣
2022-01-25
2