Akhir Pengambilan Poin

Kini giliran Rhiana untuk maju. Lawannya kali ini seorang siswi tomboy. Rhiana mulai memasang kuda-kuda. Siswi itu juga. Yang Rhiana tahu, namanya Alviona.

Guru olahraga bernama Laken itu memberi instruksi untuk mulai. Alvio menyerang lebih dulu. Rhiana sendiri menahan dengan tenang. Dari gerakan hingga pukulan, ternyata Alvio sudah sabuk biru. Alvio juga satu-satunya siswi dengan sabuk biru diantara semua siswi. Para siswa tentu saja kagum pada gadis tomboy itu.

Rhiana mengerutkan kening ketika melihat kode dari salah satu siswi pada Alvio. Rupanya mereka ingin Alvio membuatnya terluka. Rhiana tersenyum sangat tipis. Rhiana kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Brilyan. Ekspresi pria itu terlihat tidak senang. Lebih tepatnya, terlihat khawatir.

Bruk!

Rhiana jatuh terduduk karena tendangan Alvio di perutnya. Rhiana memang sengaja melakukannya. Dia ingin tahu sampai tingkat mana kesombongan para siswi di kelasnya. Jika bertanya itu sakit, bagi Rhiana itu sama sekali tidak sakit.

Sudah dua pukulan Rhiana terima. Alvio terlihat bangga. Rhiana sendiri berpura-pura sakit. Guru Laken sudah bertanya untuk berhenti atau tidak, tapi Rhiana tentu saja masih ingin bermain.

"Beraninya dekat dengan pria yang aku sukai? Aku akan memberimu pelajaran!" Bisik Alvio yang sedang berusaha menjatuhkan Rhiana. Sayangnya Rhiana menahan dirinya untuk tidak jatuh. Dia masih ingin mendengar kalimat provokasi itu.

"Jika suka padanya, maka kejarlah. Kenapa menjadi pecundang seperti ini?" Rhiana membalas dengan tenang.

"Pecundang kamu bilang? Aku akan membunuhmu sekarang!" Kesal Alvio.

Mana berani dia mengejar Brilyan. Dekat 5 meter saja, dia sudah merasa seperti di gurun salju. Brilyan benar-benar dingin padanya. Tentu saja bukan hanya dia. Semua siswi di sekolah elit juga begitu. Hanya Rhiana satu-satunya gadis yang bisa dekat dengan Brilyan, idola mereka. Bagaimana mereka tidak iri?

"Coba saja!" Rhiana menjawab santai kemudian membalas tendangan Alvio. Kali ini Rhiana tidak menahan diri. Semua bagian tubuh Alvio berhasil Rhiana tandai dengan tendangannya.

Bruk!

Alviona terjatuh di atas matras.

Semua orang yang awalnya mendukung Alvio, kecuali Brilyan, syok. Para siswa kini berubah haluan dari Alvio menjadi Rhiana. Mereka semakin kagum dengan Rhiana. Meski terlihat cupu, tapi dia sangat keren!

Berbeda dengan para siswa, para siswi tentu saja kesal setengah mati. Rencana mereka kali ini benar-benar gagal total.

Pengambilan poin pun berakhir. Guru membaca hasil akhir. Poin Rhiana dan Brilyan ternyata sama. Guru Laken tentu saja akan mengingat dua siswi baru ini untuk dimasukan ke dalam club sekolah jika mereka mau.

Melihat dua hal hebat yang dilakukan Rhiana hari ini, Brilyan tentu saja berdebar. Jantungnya berdebar kencang jika mengingat bagaimana gerakan indah dan keren seorang Rhiana. Tanpa memikirkan apapun, Brilyan menggandeng Rhiana pergi dari lapangan membuat teman sekelas mereka melongo kagum dan iri.

...

"Kenapa membawaku ke UKS?" Rhiana mengerutkan kening bingung ketika mereka berdiri di depan pintu yang bertuliskan UKS.

"Untuk mengobati lututmu," Brilyan kemudian membuka pintu dengan masih menggenggam tangan Rhiana.

"Pria ini benar-benar perhatian," Gumam Rhiana dalam hati menyipitkan matanya.

Setelah mengobati lututnya, Brilyan mengajak Rhiana ke kantin.

Sepanjang perjalanan, Keduanya menjadi sorotan. Terlebih Rhiana karena kejadian pengambilan poin tadi. Teman sekelas prianya ternyata seperti para gadis yang suka bergosip, membuat nama Rhiana terkenal di sekolah elit itu.

Sampai di kantin, Brilyan membawa Rhiana duduk di meja paling pojok. Brilyan kemudian memesan untuk mereka berdua.

"Permisi, boleh kami duduk di sini?" Suara Annalisha membuat Rhiana mengalihkan pandangannya dan tersenyum tipis membalas senyum kakak seniornya itu.

"Silahkan duduk, Kak." Rhiana tentu saja menyambut dengan cepat.

Itu bagus untuk dekat dengan Yeandre. Bagus untuk Rhiana, tapi tidak untuk Brilyan. Pria itu tentu saja wajahnya menggelap. Dia tidak suka melihat Yeandre. Belum lagi, ketika mengingat tindakan tidak sopannya pada Rhiana dulu, Brilyan ingin sekali memukul pria itu.

Yeandre hanya acuh dengan sekitar. Dia hanya memberi tatapan dingin pada Rhiana. Tentu saja dia hanya akan lembut pada Annalisha. Gadis yang dia sukai selama hampir tiga tahun ini.

"Ma...maaf, Kak. Kak Andre tidak boleh makan makanan yang mengandung asam. Itu akan mempengaruhi tubuhmu, Kak." Rhiana memberi peringatan pada Brilyan karena sudah membaca semua tentang tubuh pria itu. Jika zat asam di konsumsi, maka akan memicu virus dalam tubuh pria itu untuk semakin berkembang.

"Tahu apa kamu! Aku baik-baik saja. Jangan mengusikku!" Yeandre dengan datar menyahut Rhiana.

"Tapi, Kak..."

"Kamu siapa yang berani mengatur pola makanku?" Potong Yeandre membuat Rhiana segera memikirkan alasan yang cocok.

"Aku... aku...karena aku menyukai kak Andre." Rhiana berbicara dengan pelan tapi masih bisa didengar oleh mereka yang satu meja dengannya.

Perkataan Rhiana berhasil membuat suasana meja makan mencekam. Brilyan dengan aura kecemburuan bercampur marah, Yeandre tentu saja aura kebencian mendominasi.

"Gadis jelek sepertimu menyukaiku? Jangan pernah bermimpi! Bangun dan berkaca. Lihat dirimu! Sangat menjijikan!"

Brak!

Sret!

"Semua orang berhak menyukai orang lain. Kau tidak punya hak melarangnya. Jika tidak suka, diam saja! Jangan mengatakan hal buruk padanya," Brilyan yang tidak tahan, menggebrak meja dan menarik kuat kerah kemeja Yeandre.

"Hiks... hiks..."

Bugh!

Brilyan yang melihat Rhiana menangis, dengan cepat melayangkan tinjunya ke wajah Yeandre. Dadanya tiba-tiba terasa aneh melihat air mata itu. Brilyan tidak suka melihat air mata itu. Dia tidak suka melihat ekspresi menyedihkan itu.

"Kamu keterlaluan, Yeandre Lawrence. Minta maaf pada Rhiana!" Annalisha membuka suara dengan marah. Gadis itu sudah menarik Rhiana yang menangis palsu ke dalam pelukannya.

"Tidak!" Yeandre membalas dengan datar. Pria itu sedikit meringis karena bibirnya yang lebam karena pukulan Brilyan yang tidak main-main.

"Minta maaf sekarang!" Desak Annalisha dengan menatap tajam Yeandre.

"Tidak!" Yeandre masih keukeh dengan pendiriannya. Tatapannya jijik pada Rhiana yang masih menangis. Dia paling benci melihat orang menangis. Baginya itu merusak matanya. Terlebih lagi dengan gadis seperti Rhiana. Tentu saja Yeandre tidak suka.

"Minta maaf, atau jangan pernah bicara denganku selamanya!" Ultimatum seorang Annalisha tentu saja berhasil membuat Yeandre patuh.

"Maaf." Satu kata tidak ikhlas itu dikeluarkan oleh Yeandre.

Rhiana hanya berdecak dalam hati karena tidak menyangka sahabatnya yang begitu lembut dan baik hati memiliki seorang kakak modelan Yeandre.

"Ti...tidak apa-apa, Kak." Rhiana harus bersikap sepolos mungkin.

"Ck..." Brilyan berdecak kesal dan pergi dari sana. Emosinya belum stabil. Dia harus menenangkan diri. Dia tidak ingin menghajar Yeandre habis-habisan.

Rhiana tidak mengejar Brilyan. Dia masih berpura-pura menangis dalam pelukan Annalisha. Setelah itu, mereka kembali duduk. Rhiana tidak lagi makan. Dia hanya melirik Yeandre siapa tahu pria itu memakan makanannya.

Sret!

Prang!

Rhiana menarik dengan cepat mangkuk milik Yeandre sehingga itu jatuh dan pecah. Bagaimana mungkin dia membiarkan kakak sahabatnya itu memakan makanan miliknya.

"Kamu..." Yeandre kembali kesal.

"Makan yang ini, Kak. Jangan itu lagi. Please, Kak." Rhiana memelas dengan lucu. Meski penampilannya cupu, gadis itu terlihat menggemaskan.

"Apa salahnya mendengarkan dia, Andre. Semua demi kebaikanmu juga," Annalisha dengan cepat membuka suara sebelum Yeandre semakin  emosi.

"Iya, Ndre. Ikut saja." Sony ikut menyahut.

Rhiana tersenyum tipis. Meski harus menahan diri untuk tidak memukul Yeandre, Rhiana setidaknya sedikit senang karena ada Annalisha dan Sony yang membantunya. Terlebih Annalisha yang menjadi kelemahan seorang Yeandre.

...

"Makan siang untukmu," Rhiana menghampiri Brilyan dengan membawa kotak bekal yang dia pesan di kantin untuk pria itu. Rhiana tentu saja masih punya hati untuk tidak membiarkan Brilyan kelaparan.

Brilyan yang sedang termenung tersadar dan menoleh menatap senyum polos Rhiana di depannya. Jantungnya berdebar melihat senyum polos itu. Dengan pelan pria itu menyambut kotak bekal itu.

"Suapi aku!"

"Sepertinya aku salah dengar," Rhiana bergumam dalam hati sambil menggosok telinganya.

"Tidak mendengarku? Suapi Aku!"

"Pria ini," Rhiana tidak tahu jalan pikiran Brilyan.

"Tapi..." Rhiana tentu saja tidak akan mendengarkan Brilyan begitu saja.

"Sekarang! Aku tidak makan, itu juga karena kamu." Brilyan berbicara dengan tegas. Rhiana sendiri berdecak kesal dalam hati.

Dengan patuh, Rhiana membuka kotak bekal itu dan menyuapi Brilyan.

Melihat wajah serius Rhiana yang menyuapinya, Brilyan berusaha menahan senyum senangnya.

"Bisakah kamu tidak perhatian padanya? Kamu tahu, dia tidak suka padamu," Ujar Brilyan pelan setelah dia menelan suapan terakhir.

"Mau bagaimana lagi, aku sudah terlanjur menyukainya." Perkataan sembrono Rhiana tentu saja membuat kedua tangan Brilyan terkepal.

"Tidak bisakah kamu menyukaiku?" Brilyan menyahut karena sudah tidak tahan. Dia berencana mengakui perasaannya jika mereka sudah semakin dekat. Sayangnya, dia sudah tidak sabar karena gadis yang dia sukai justru menyukai orang lain.

"Dia menyukaiku? Dengan tampilanku seperti ini?" Ujar Rhiana dalam hati tidak menyangka.

"Jangan bercanda, Iyan." Rhiana menggeleng dan tersenyum tipis.

"Aku serius! Jika kamu tidak menyukaiku sekarang, tidak masalah. Kita masih punya waktu dua tahun di sekolah ini," Nada serius Brilyan membuat Rhiana tertegun dan tersadar dengan cepat.

Tidak pernah terpikirkan dalam benak Rhiana, dia akan bertemu dengan orang yang menyukainya selama misinya di sekolah elit ini. Rhiana tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Rhiana hanya ingin menjaga kakak sahabatnya itu. Setelah itu, dia mungkin akan bersenang-senang dengan keluarganya.

"Maaf, aku harus menolakmu. Aku menyukai kak Yeandre." Rhiana harus menolak Brilyan dengan alasan menyukai Yeandre.

"Tidak masalah. Aku masih punya waktu dua tahun lagi di sini. Sampai saat itu, aku tidak akan menyerah. Aku yakin, kamu akan menjadi milikku sebelum kita lulus." Brilyan tersenyum sangat lembut membuat Rhiana sedikit terpesona. Ingat, hanya sedikit.

"Aku harap, kamu secepatnya menyerah." Rhiana bergumam pelan.

"Kamu mengatakan sesuatu?" Brilyan mengerutkan kening merasa Rhiana mengatakan sesuatu.

"Tidak."

***

Waktu pulang sekolah tiba.

Brilyan yang sudah menyatakan perasaannya, semakin berani. Pria itu dengan tenang membawa tas Rhiana di sebelah kiri bersama tas miliknya, sedangkan tangan kanannya merangkul bahu Rhiana.

Tindakan Brilyan membuat Rhiana hanya menghembuskan nafas pelan. Ingin mendorong tangan itu, sayangnya tidak berhasil.

"Menyatakan perasaan pada orang lain, tapi bermesraan dengan pria lain. Sangat menjijikan!" Suara penuh ejekan itu berhasil membuat langkah Rhiana dan Brilyan terhenti.

Rhiana sudah menunduk dengan mata berkaca-kaca. Brilyan yang merangkul Rhiana tidak senang. Pria itu lalu menatap orang yang bicara tadi.

"Bukankah kau tidak menyukainya? Maka biarkan dia bersama orang lain. Ck..." Brilyan mencibir pada Yeandre.

"Maaf, Kak." Rhiana meminta maaf setelah menghapus air matanya. Senyum polosnya terukir lucu.

"Kamu tidak salah. Kenapa minta maaf? Ayo pergi. Benar-benar kakak senior yang tidak tahu diri!" Brilyan kembali mencibir sebelum membuka pintu mobil untuk Rhiana.

Ketika mobil Brilyan sudah melewati Yeandre sekitar beberapa meter, Rhiana tiba-tiba menyipitkan matanya.

"Berhenti!" Rhiana berbicara setelah menepuk pelan bahu Brilyan.

"Ada apa?" Tanya Brilyan tapi menginjak pedal rem.

Rhiana kemudian turun dengan cepat. Brilyan juga ikut turun. Pria itu masih tidak mengerti ada apa.

"Kak..." Rhiana berteriak pada Yeandre yang ingin membuka pintu mobil. Pria itu justru tidak mendengar. Rhiana berdecak kesal dan berlari dengan cepat.

Sret!

Tsk...

Rhiana mengerutkan kening. Gadis itu lalu menatap tajam seorang pria dengan seragam yang sama dengan mereka tapi wajahnya tertutup masker.

Bugh!

Bruk!

Rhiana memberikan pria itu tendangan di perutnya. Pria itu akhirnya jatuh. Takut ditangkap, pria itu ingin melarikan diri. Sayangnya, Brilyan sudah menangkapnya.

Semua terjadi begitu saja. Yeandre sendiri masih tertegun. Dia tidak menyangka gadis yang dia benci justru menyelamatkannya.

Beberapa saat lalu, Rhiana menyadari pria mencurigakan ingin mendekati Yeandre. Rhiana lalu meminta Brilyan berhenti. Karena memanggil Yeandre tapi tidak didengar, Rhiana akhirnya berlari ke sana. Untungnya dia cepat. Pisau yang ingin menusuk Yeandre kini beralih menusuk perutnya.

Karena waktu pulang sekolah, sehingga ada siswa yang melihat. Satpam juga datang dengan cepat mengamankan siswa mencurigakan itu. Rhiana sendiri sudah dalam dekapan Brilyan yang khawatir. Padahal Rhiana tidak merasakan sakit apapun.

"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit. Kamu akan baik-baik saja," Brilyan berbicara dengan suara sedikit bergetar. Pria itu beralih menatap tajam Yeandre.

"Bawa mobilmu! Kita ke rumah sakit." Brilyan memerintah dengan datar.

Tentu saja semua ini karena kakak seniornya itu. Jadi, Brilyan tidak perlu berlaku sopan meski dia masih Junior. Yeandre tidak membantah dan dengan cepat membuka pintu mobil untuk Brilyan. Yeandre kemudian mengemudikan mobil ke rumah sakit.

...

Luka di perut Rhiana sudah dijahit. Awalnya Brilyan ingin Rhiana dioperasi, tapi Rhiana menolak. Luka ini bukan apa-apa. Dia juga tahu, luka di perutnya ini tidak mengenai organ vitalnya.

"Jangan banyak bergerak. Aku akan menyuapimu," Brilyan baru masuk dengan baki berisi makanan rumah sakit.

"Yang luka perutku, kenapa harus makan makanan itu?" Protes Rhiana dalam hati.

"Bisakah aku memakan yang lain?"

"Kamu ingin makan apa?" Brilyan tersenyum tipis setelah menaruh baki di atas nakas.

"Ekhem... aku membawa ini untukmu, sebagai permintaan maaf." Suara Yeandre dari arah pintu mengalihkan perhatian Rhiana dan Brilyan.

"Tidak perlu!" Brilyan menolak dengan datar.

"Terima kasih, Kak. Berikan padaku," Rhiana menyahut dengan senang.

"Ck... aku yang akan menyuapimu." Brilyan terpaksa mengambil apa yang ada di tangan Yeandre dan membantu Rhiana makan.

***

Setelah tiga hari dirawat, Rhiana diperbolehkan pulang. Hari ini juga dia akan ke sekolah.

Sampai di pintu pagar rumahnya, mobil Brilyan juga tiba. Rhiana yang melihatnya menghela nafas pelan.

"Naik," Brilyan sudah membuka pintu mobil untuk Rhiana.

"Tidak bisakah kamu beristirahat saja di rumah? Lukamu belum sepenuhnya sembuh." Omel Brilyan selama perjalanan. Akhir-akhir ini, Brilyan sangat cerewet. Tentu saja perubahannya itu karena seorang Rhiana.

Rhiana memang sempat berdebat dengan Brilyan perihal dia masuk sekolah. Tentu saja Brilyan khawatir karena luka Rhiana belum tertutup sempurna. Meski tidak mengenai organ vital, tapi luka itu cukup lebar dan mengharuskan beberapa jahitan. Karena siswa mencurigakan itu menusuk kemudian menariknya dengan sembarangan, luka itu robek cukup besar.

Rhiana yang mendengar omelan Brilyan justru berpura-pura tidur. Tentu saja dia harus menghindari paksaan pria itu. Brilyan tidak lagi mengomel karena melihat Rhiana yang tertidur.

"Rhi... Masuk sekolah, atau kita pulang saja?" Brilyan membangunkan Rhiana dengan lembut ketika mereka sudah sampai di halaman sekolah.

Rhiana tidak sadar bahwa dia benar-benar tertidur. Maklum saja, selama 3 hari menginap di rumah sakit karena paksaan seorang Brilyan, sehingga beberapa hal yang harus dilakukan terlambat selama 3 hari juga. Akhirnya Rhiana begadang semalam.

Rhiana sedikit menguap dan membuka seat belt kemudian keluar mobil.

...

Sampai di kelasnya, Rhiana menaikan sebelah alisnya melihat sebatang coklat yang diikat pita terletak manis di mejanya.

Brilyan yang melihatnya, dengan cepat mengambil coklat itu dan membaca secarik memo di sana.

...'Permintaan maaf.'...

Brilyan berdecak kesal karena tahu siapa yang mengirim coklat ini. Tentu saja itu Yeandre.

Rhiana segera duduk dan mengirim pesan pada seseorang. Tidak lama kemudian pesan balasan muncul. Isinya mengatakan bahwa yang mengirim coklat itu adalah Annalisha yang mengatasnamakan Yeandre.

Rhiana menggeleng. Ternyata kakak sahabatnya itu sepertinya tidak punya hati nurani. Rhiana sudah menduganya. Dari ekspresinya yang menjenguknya selama 3 hari di rumah sakit, sama sekali tidak ikhlas. Itu adalah ekspresi terpaksa. Sudah pasti Annalisha yang memaksa pria itu.

Rhiana tidak peduli lagi. Gadis itu mulai membuka tas dan mengambil buku pelajaran pertama. Rhiana tidak mempedulikan Brilyan yang memberikan coklat itu pada salah satu siswa.

...

Sebelum guru kelas pertama masuk, wali kelas Rhiana masuk lebih dulu.

"Selamat pagi, semuanya... hari ini kita kedatangan murid baru. Dua orang sekaligus. Mereka kembar!" Mendengar perkataan wali kelas mereka, Rhiana mengerutkan kening. Kembar? Perasaannya tidak enak.

Terpopuler

Comments

Rianti Dumai

Rianti Dumai

mesti kembaran'a rhiana yeah Thor,,,!!!

2024-08-03

0

Machan

Machan

sapa si kembar itu

2022-02-27

0

Sidart Nigam

Sidart Nigam

Pasti kknya rhiana kan thor smga aja deh

Semangat trus thorrr ona bakal dukung terus sampai ceritanya tamat semangat 😊

2022-02-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Misi
3 Sekolah Baru
4 Brilyan Scoth
5 Mencariku?
6 Kamu tidak ingin mengundangku masuk?
7 Restaurant
8 Balapan
9 Bagus sekali! Aku menunggumu, dan Kamu Menggoda Pria Lain?
10 Menyusup
11 Brilyan Vs Hann
12 Kakak Brilyan
13 Pengambilan Poin
14 Akhir Pengambilan Poin
15 New York
16 Siaran Langsung
17 Pikiran Dangkal
18 Brilyan Vs Axtton
19 Tuduhan
20 Kembalikan Ponselku!
21 Sama Sekali Tidak Menghibur
22 Aku akan tidur sebentar, temani aku!
23 Rusia dan Olimpiade
24 Pertandingan (Prancis Vs Rusia)
25 Rhiana Vs Marie
26 Pentagon
27 Pelelangan
28 Keributan
29 Final Takewondo
30 Pemanasan
31 Olimpiade Basket
32 Olimpiade Basket 2
33 BOM
34 Menjinakkan Bom
35 Ledakan
36 Gadis Malaikat
37 Apa itu sangat enak?
38 Merasa Dirugikan
39 Turun Gunung
40 Menjenguk Dion
41 Bertemu Teman Mommy
42 Hukuman
43 Foto Bersama
44 Alun-alun Kota
45 Dibawa Pergi
46 Tunggu Hukumanmu
47 Bandara
48 Insiden
49 Nyamuk Pengganggu
50 Dijodohkan Netizen
51 Bikin Khawatir Saja
52 Room 11
53 Rubah Tua Bau Tanah Berulah
54 Ciuman Pertamaku!
55 Si Penggila Kebersihan Benar-benar, ya.
56 Bangunan Tua
57 Jadi, Annalisha...
58 Tameng
59 Ruang Operasi
60 Ruang Rawat
61 Artya Galau
62 Aku Akan Membuatmu Hanya Melihatku!
63 Guru Baru
64 Serum X dan Si Putri Mahkota
65 Ayo! Belajar Bersama Rhiana
66 Sejarah Keluarga Scoth
67 Untuk Serigala Kecilku
68 Saudari Angkat
69 Keluarga Scoth
70 BAB 70
71 Brilyan Menang Banyak
72 Universitas AX
73 Membasmi Serangga
74 Star's Sport
75 Rhiana VS Liloyd
76 Aksi Idola Para Pecinta Basket
77 Insiden II
78 Ketahuan
79 Bab 79
80 Ditusuk
81 Semoga Rhiana baik-baik saja!
82 Kebakaran
83 Psikopat Gila
84 Siapa orang itu?
85 Tersiksa
86 Kepergian Rhiana untuk selamanya?
87 Balas Dendam Pertama
88 Desa M
89 Kehidupan di Desa M
90 Berburu
91 Ketahuan
92 Menyusup
93 Keadaan Sienna
94 Steven Belajar Berburu.
95 Lanjut Balas Dendam
96 Fakta Desa M
97 Fakta Desa M ~ Part 2
98 Rencana Penghancuran Desa
99 Rencana Pelarian
100 Rencana Pelarian - Part 2
101 Penyergapan
102 Akhirnya
103 Kehidupan di Kenya
104 Secercah Harapan
105 BAB 105
106 RV Bank
107 BAB 107
108 Penyusup
109 Ketahuan
110 No caption
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Prolog
2
Misi
3
Sekolah Baru
4
Brilyan Scoth
5
Mencariku?
6
Kamu tidak ingin mengundangku masuk?
7
Restaurant
8
Balapan
9
Bagus sekali! Aku menunggumu, dan Kamu Menggoda Pria Lain?
10
Menyusup
11
Brilyan Vs Hann
12
Kakak Brilyan
13
Pengambilan Poin
14
Akhir Pengambilan Poin
15
New York
16
Siaran Langsung
17
Pikiran Dangkal
18
Brilyan Vs Axtton
19
Tuduhan
20
Kembalikan Ponselku!
21
Sama Sekali Tidak Menghibur
22
Aku akan tidur sebentar, temani aku!
23
Rusia dan Olimpiade
24
Pertandingan (Prancis Vs Rusia)
25
Rhiana Vs Marie
26
Pentagon
27
Pelelangan
28
Keributan
29
Final Takewondo
30
Pemanasan
31
Olimpiade Basket
32
Olimpiade Basket 2
33
BOM
34
Menjinakkan Bom
35
Ledakan
36
Gadis Malaikat
37
Apa itu sangat enak?
38
Merasa Dirugikan
39
Turun Gunung
40
Menjenguk Dion
41
Bertemu Teman Mommy
42
Hukuman
43
Foto Bersama
44
Alun-alun Kota
45
Dibawa Pergi
46
Tunggu Hukumanmu
47
Bandara
48
Insiden
49
Nyamuk Pengganggu
50
Dijodohkan Netizen
51
Bikin Khawatir Saja
52
Room 11
53
Rubah Tua Bau Tanah Berulah
54
Ciuman Pertamaku!
55
Si Penggila Kebersihan Benar-benar, ya.
56
Bangunan Tua
57
Jadi, Annalisha...
58
Tameng
59
Ruang Operasi
60
Ruang Rawat
61
Artya Galau
62
Aku Akan Membuatmu Hanya Melihatku!
63
Guru Baru
64
Serum X dan Si Putri Mahkota
65
Ayo! Belajar Bersama Rhiana
66
Sejarah Keluarga Scoth
67
Untuk Serigala Kecilku
68
Saudari Angkat
69
Keluarga Scoth
70
BAB 70
71
Brilyan Menang Banyak
72
Universitas AX
73
Membasmi Serangga
74
Star's Sport
75
Rhiana VS Liloyd
76
Aksi Idola Para Pecinta Basket
77
Insiden II
78
Ketahuan
79
Bab 79
80
Ditusuk
81
Semoga Rhiana baik-baik saja!
82
Kebakaran
83
Psikopat Gila
84
Siapa orang itu?
85
Tersiksa
86
Kepergian Rhiana untuk selamanya?
87
Balas Dendam Pertama
88
Desa M
89
Kehidupan di Desa M
90
Berburu
91
Ketahuan
92
Menyusup
93
Keadaan Sienna
94
Steven Belajar Berburu.
95
Lanjut Balas Dendam
96
Fakta Desa M
97
Fakta Desa M ~ Part 2
98
Rencana Penghancuran Desa
99
Rencana Pelarian
100
Rencana Pelarian - Part 2
101
Penyergapan
102
Akhirnya
103
Kehidupan di Kenya
104
Secercah Harapan
105
BAB 105
106
RV Bank
107
BAB 107
108
Penyusup
109
Ketahuan
110
No caption

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!