Tatapan sendunya tak bisa dilepas dari wajah Yella yang hanya bisa menunduk, tapi apalah daya Sofea yang sangat berhutang budi pada dua manusia ini sedari kecil, saat ia dikurung oleh Tuan Edgar karna berani keluar tanpa pamit maka Yella lah yang akan melepaskan kuncian Gudang.
Jika Juand Kakaknya ingin melecehkannya maka Gibran-lah yang membantu, tapi sekarang. saat dua orang yang Sofea anggap sebagai Saudara kandung bahkan lebih begitu ia percayai malah memberikan pengkhianatan apalagi sudah lama dilakukan.
"F..Fea!"
"Lain kali jangan mau diajak berhubungan tanpa status, kau itu perempuan, hm? Biar kita tinggal dilingkungan barat tapi Harga diri masih ada!"
Nasehat Sofea mengelus kepala Yella yang menangis dipelukannya, sementara Gibran juga tak sanggup berkata banyak selain Maaf, tapi sayangnya Sofea tak ingin lagi menatapnya selembut biasanya.
"Ya, Sudah! ini sudah larut malam. aku harus pulang!"
"P..Pulang?"
Tanya Gibran menahan tangan Sofea yang ingin pergi dengan mata berairnya, tapi Sofea malah memberinya wajah berseri seorang sahabat bahkan Sofea tak ada raut untuk menghakimi mereka.
Bahkan, Sofea memberi nasehat yang berguna meski setiap kata yang keluar diiringi air mata kesakitan dari batinnya yang terkoyak.
"A..Apa yang ingin kau katakan?"
"Maaf!"
"Hm, Se..Semoga kalian bahagia. Aku..aku tak membenci kalian! untuk..untuk lagunya kalian bisa nyanyikan bersama, aku..aku pergi dulu!"
"Fea!! hiks!"
Yella histeris saat Sofea melangkah pergi berlari keluar sana membuat Gibran juga tak tahu harus apa, ia hanya bisa diam memilih untuk tak bergerak karna ini sangatlah sulit.
"Kejar!!! Kejar Feaa!!"
"Dia..dia terluka, El!"
Lirih Gibran membuat Yella langsung menangis tertahan, ia memukul kepalanya yang begitu kotor terbuai oleh keadaan dimana Gibran saat itu sedang mengalami kecerobohan obat hingga membuat mereka terjebak dalam Malam panas yang berlanjut.
"Maaf hiks, Fea maafkan aku, Sayang!"
Lirih Gibran menutupi wajahnya karna malu, kenapa ia menjadi pria brengsek seperti ini hanya karna Sofea tak mau melayaninya? ia begitu tak bisa menahan saat bersama Sofea karna aura Seksual dan wajah cantik Sofea seakan menundukan jiwa kelelakian siapapun.
Tubuh Sofea luruh didepan gerbang sana dengan Cadar yang sudah terlepas entah kemana, air matanya keluar sempurna dengan isak tangis yang membuat Sofea berpeggangan ke pagar Gerbang.
"Sakit hiks, Sakit ya Tuhan hiks!"
Isak Sofea mencengkram dadanya kuat, kenapa semua orang malah memperlakukannya begini? padahal ia sudah memberikan kepercayaan lebih dari dirinya sendiri. hati Sofea sudah hancur bahkan ia tak bisa lagi menata kehidupan yang diambang batas.
Jika seandainya dulu aku tahu, maka aku tak akan pernah menerima Cinta Gibran, aku akan rela jika Yella memilikinya tapi..tapi bukan begini caranya.
"A..Aku..Aku harus kemana?"
Lirih Sofea menekuk lututnya, tiba-tiba kilatan petir itu terlintas diatas langit sana memberontak hujan yang mengguyur deras, air mata Sofea bercampur dengan rintikan bening itu membawa rasa sakit dari fisik dan tubuhnya.
Pakaian Sofea basah dibalik Mantel sana, ia melepas Boots yang dipakai seraya menentengnya untuk berdiri, namun kaki Sofea sudah bengkak dan membiru membuat ia sulit berjalan.
"Ya, Tuhan! aku..aku mohon bantu aku sekali saja!"
Pinta Sofea mengadah keatas langit yang dikerlipi sinaran tajam, jalan ini sudah sunyi tak ada orang untuk meminta tolong untuk berteduh sebentar saja. kalau kembali masuk ke dalam sana ia hanya akan semakin dibuat terluka dari pada diluar sini.
Namun, Sofea memaksa untuk berdiri tegap memandangi Bangunan minimalis itu dengan sendu, kedua tangannya terulur mencengkram Trali dihadapannya dengan kuat.
"M..Mungkin mereka benar! ke..kehadiranku hanya sebagai Kutukan bagi semua orang, dan.. Selamat tinggal hiks!"
Gumam Sofea lalu menatap jalan yang remang akibat lampu taman, ia tertatih-tatih untuk melangkah menjahui tempat itu dengan arah tak jelas.
Ini Kota besar, tak akan ada yang mau menampungnya hanya untuk sekedar berteduh. yang ada nanti mereka akan memusuhinya hingga sampai menghakiminya lagi.
Whusss..
Sofea menatap kebelakang saat ada angin yang menerpa punggungnya yang masih dibaluti mantel, wajah bening sembabnya terlihat sangat pucat. antara rasa takut dan kelaparan apalagi ia tak makan apapun sedari pagi, belum lagi dengan udara dingin yang melahap tubuh moleknya.
"Astaga!"
Sofea terkejut saat ada suara tabrakan dari arah depan dibelokan jalan sana, mata Sofea bergelut resah mencari sesuatu yang seakan mencari perhatiannya.
"S..Siapa?"
Tanya Sofea dengan suara agak meninggi dan serak, ia terus mendekati jalan dibelokan sana karna takut jika ada binatang buas atau orang jahat disini, sedangkan jalan keluar hanya disana.
"S..Siapa? aku..aku tak mengganggumu!"
"Tapi sayangnya kita berjodoh!"
Degg..
Mata Sofea melebar saat melihat Juand yang tengah berdiri dibelakangnya dengan wajah yang tampak mempunyai dendam kebencian atas semua penolakannya.
"K..Kau..Kau!"
"Mau kemana, hm? apa begitu sakit dikhianati Sahabat sendiri?"
"Jaga bicaramu! kau yang bukan pria baik-baik, aku sangat jijik padamu!"
Mantel ditubuh Sofea ditarik dari seseorang dibelakang hingga membuat Sofea tersungkur tepat dihadapan kaki Juand yang sangat berhasrat melihat tubuh molek Sofea sudah basah dan terbentuk ketat oleh Dress Toska itu.
"P,.Papa!"
"Sudah puas kau mempermainkan-ku hm?"
Tuan Edgar yang ternyata juga ikut mencari Sofea, ia sudah tahu kalau Sofea akan pergi ke dua Sahabatnya itu dan ia tahu betul hubungan terlarang Gibran dan Yella hingga pasti Sofea tak bisa kemana-mana lagi.
"Pada siapa kau mau meminta tolong?"
"P..Pa hiks, aku..aku minta maaf kalau aku salah, tapi..tapi aku mohon jangan lakukan apapun!"
"Kali ini aku tak berminat!"
Ucapan Tuan Edgar membuat Sofea berbinar, ia mencoba berdiri agak pincang seraya kedua tangan menutupi dadanya yang tampak sangat padat dibalik seulas kain sana.
"P..Pa, aku..aku janji akan bekerja keras. tapi..tapi aku mohon kalian perbaiki sikapmu selama ini!"
"Kau yakin?"
"I..Iya, tapi..tapi kalian jangan sakiti Ma..Maa lagi!"
Juand dan Tuan Edgar saling pandang lalu mendekati Sofea yang berjaga-jaga, ia masih merasakan ada niat tersembunyi dua pria ini padanya.
"Aku akan mengobati Ibumu!"
"Be...Benarkah?"
"Yah, tapi kau harus melakukan sesuatu!"
Sofea mengangguk, akan ia lakukan apapun agar Mamanya baik-baik saja. Penyakit Asma wanita itu harus sembuh agar dia bisa bersama Mamanya.
"A..Apapun, Pa!"
"Pergilah kesini!"
Tuan Edgar memberikan satu kartu ke tangan Sofea, dahi Sofea mengkerut saat melihat nama Hotel Emerst Stars yang sangat terkenal di kota ini.
"H..Hotel?"
"Yah, datang kesana di kamar 56!"
"Ta..Tapi apa yang..!"
Grett..
Tuan Edgar mencengkram pipi Sofea yang meringis saat kuku pria itu menekan kulit lembutnya, tatapan Tuan Edgar sangatlah menusuk.
"Jangan kembali sebelum aku menyuruhmu!"
"B..Baiklah!"
...
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Biduri Aura
paling nggak senang aku lihat perempuan yg terlalu lemah dan lembek kya Sofea😔😔😔😔sangat berlebihan..
2023-07-10
3
SumiNem
sedih banget ceritanya kasihan kamu sofia
2023-06-24
0
Rangrizal28
jgn jgn jgn fea dijual
2023-05-25
0