Tatapan bingung Kristof lansung meruak saat ia masuk kedalam Istana berpapsan dengan Ratu Rosmaryna yang dikawal dua pelayannya, mata cantik wanita paruh baya itu sedang menelisik 10 Paper-bag yang dibawa Kristof. biasanya memang pria ini tak ada membawa Paper-bag sebanyak ini.
"Yang Mulia, Ratu!"
"Itu apa?"
Kristof menelan ludahnya kasar, ia menatap Syusi Desainer ternama yang membantunya memilih berbagai macam pakaian termasuk pakaian wanita, tentu Kristof tak ingin bertanya banyak pada Yang Mulianya hingga ia hanya menurut. rasa malu saat meminta Mis Syusi membantunya mencari ini membuat Krsitof tak mampu berkutik.
"Mis, kau membuat pakaian untuk siapa?"
"Yang Mulia, saya diperintahkan oleh Putra Mahkota untuk memilih pakaian wanita!" Jelas Mis Syusi berambut pendek dengan garis rahang tipis itu.
"Apa itu untuk Vanelope?"
"M..Mungkin!"
Jawab Kristof karna tak mungkin ia berkata sembarangan pada Ratu kerajaan ini, bisa saja kepalanya jadi taruhannya nanti. sayangnya, ia juga tak berani mengatakan kalau Putra Mahkota tak mungkin memilih pakaian untuk Putri Vanelope.
"Kalau begitu, aku yang akan berikannya!"
"Maaf, Yang Mulia!" Kristof membungkuk halus mengelak sopan. "Ini barang-barang khusus, Putra Mahkota! saya rasa beliau ingin membuat kejutan."
"Kejutan? kalau begitu bagus! Vanelope pasti akan sangat senang." binar Ratu Rosmaryna membuat Krsitof pusing, pria dengan senyum tipis itu hanya mengangguk pamit lalu melangkah pergi bersama Mis Syusi.
"Yang Mulia akan marah besar!"
"Memangnya kenapa?" Tanya Mis Syusi bingung, untung saja Kristof tak kecoplasan mengungkap semua masalah Ardelof, kalau benar iya maka akan berakibat fatal.
"Mis, terimakasih atas bantuanya! saya bisa keatas dan anda bisa kembali bekerja!"
"Em, Sama-sama! lain kali kau bisa meminta lagi." ucap Mis Syusi tak rela lalu melangkah pergi membuat Kristof menghela nafas berat. ia masuk ke Lift menuju lantai Kamar Tuannya seraya melirik jam tangan mewah itu, ia tak terlambat sama sekali karna baru saja 30 menit keluar.
Setelah beberapa lama, ia sampai diatas. pintu Lift terbuka dengan langkah lebar ia mendekati Kamar Pria itu, sebenarnya agak janggal bagi Kristof. apa Putra Mahkota memang benar sudah berbaikan dengan Putri Vanelope setelah pengkhianatan wanita itu dulu atau ada maksud lain dari pakaian ini?
Pertanyaan itu terus bergulir mengantar Kristof kedepan pintu kamar Tuannya, ia tak berani memeriksa belanjaan ini karna dari pesanan Ardelof terdengar mengintimidasi dan Posesif.
"Yang Mulia!"
Panggil Kristof memencet tombol suara disamping dinding, suaranya akan terdengar ke Ponsel Ardelof melalui sistem kunci berteknologi tinggi ini.
Kristof terus memanggil tapi sayangnya didalam sana hanya ada Si Penyihir cantik Sofea yang tengah menyisir rambut panjangnya setelah mandi hanya memakai Bathrobe karna tak punya baju lagi, ia tak mendengar suara Kristof karna kamar ini kedap suara apalagi Ardelof sedang keluar beberapa menit yang lalu membuat suasana hati Sofea membaik.
"Em, boleh aku membukanya?"
Sofea berbicara dengan Guling diatas ranjangnya seraya menunjuk tirai, ia sudah bosan duduk didalam gelap begini karna ia juga ingin melihat mentari siang setelah berbulan purnama lamanya.
"Ayolah, apa kau tak kasihan padaku, hm?" tanya Sofea seakan itu adalah Ardelof si Tuan Pemarah yang sangat menyebalkan.
"Boleh! apapun yang kau mau silahkan lakukan, ini semua milikmu!"
"Baiklah, Tuan! tapi aku mau buka semua Tirai.. supaya kau tak jadi Vampir!" Sofea terkikik dengan aksi monolognya hingga ia dengan keberanian dan ceriany menarik tirai besar menutupi balkon itu dengan pelan.
"Hmm.. ini yang namanya kehidupan!"
Gumam Sofea memejamkan matanya saat mentari diatas sana lansung menyinari kulit putih yang dilapisi Bathrobe itu, wajah Sofea berseri menguarkan kelembutan dari Pesonanya yang kuat, bahkan rerumputan lebar dan luar disamping Dermaga biru dibawah sana lansung segar mekar dengan aroma harum tubuh Sofea meruak membuat kupu-kupu terbang meninggakkan sarinya kearah Sofea.
"Woww!!"
Gumam Sofea melangkah memeggang Balkon dimana Air Dermaga yang biru membentang menyatu dengan hijaunya rerumputan yang seperti karpet luas, tak lupa awan diatas sana juga mendung biru tak gelap seperti biasanya.
"Hay, mau jadi temanku?!"
Kupu-Kupu itu mengelilingi rambut panjang hitam Sofea seakan suka aroma wanginya, tentu senyuman Sofea tak lekang dari bibir Sensualnya hingga terbuai dengan suasana disini.
"Penyihir!"
Degg..
Sofea terkejut mendengar suara kelam Pria yang sangat ia kenal itu, wajah Sofea mulai pucat karna pasti Ardelof akan marah jika ia membuka Tirai ini apalagi cahaya mentari sudah masuk kedalam kamar menerangi setiap sudutnya.
"T..Tuan!"
Sofea menunduk saat melihat wajah mengeras Ardelof yang baru saja keluar dari ruang kerjanya, ia tadi bicara pada Kristof agar menunggunya dibawah dengan Paper-bag menggunung itu ia letakan diatas Sofa. tapi, Ardelof naik darah saat melihat keberanian Sofea yang lancang mengubah kamarnya.
"Berani sekali kau, ha?"
"M..Maaf, tapi aku hanya ingin me..."
"Kau samakan ini dengan kamarmu! kau tuli, aku sudah bilang aku tak ingin siapapun menyentuh, barang-barangku!"
Geram Ardelof membuat Sofea gemetar, suara pria ini seakan menghisap keberaniannya tapi Sofea tak bisa. ia tak bisa hidup begini terus tanpa tahu arah.
"M..Maaf, aku..aku tak akan mengulangi ini!"
Ucap Sofea lalu melangkah masuk kembali dengan wajah sendunya, ia sesekali menoleh pada Balkon sana karna ia rindu suasana kamarnya yang berpapasan dengan alam.
Tentu itu semua membuat Ardelof serba salah, ia tak suka jika barang-barang dan semua kebiasaannya diubah tapi ia juga merasa sesak melihat wanita ini sangat sedih dan tak berdaya.
"Kenapa kau disitu?"
Sofea hanya diam meringkuk disudut ruangan yang terselip cahaya, ia membenamkan wajahnya ditekukan lutut itu seakan ia teraniaya tapi Ardelof sungguh merasa gelisah, ini kamarnya seharusnya ia bisa menepis kehadiran Sofea yang baru beberapa waktu disini.
"Kau dengar aku?"
"Ti..tidak!"
Ardelof menghela nafas berat duduk dipinggir ranjangnya, ia akan pergi ke Perusahaan lalu mengurus urusan Istana, ia tak punya waktu meladeni wanita ini tapi yang sangat menyebalkan Ardelof tak bisa mengabaikan Sofea disini.
"Kau tak lapar?"
"Tidak!"
"Kalau kau mati aku tak ingin mengurus Bangkai disini!"
"M..Maka jangan pedulikan aku!"
Jawab Sofea mulai bergetar, ia ingin pulang menemui Mamanya karna ia tak tahu apa dan bagaimana kabar wanita itu, tapi jika ia mengungkit ini lagi maka Ardelof akan kembali murka padanya.
"Aku sangat sibuk, tak ada waktu meperdulikanmu!"
Sofea hanya diam tanpa ingin bicara, dan yah, akhirnya Ardelof menyerah. ia mengbibaskan tangannya membuat para kupu-kupu itu masuk mendekati Sofea dengan tirai yang terbuka lebar memasukan cahaya keemasannya menyinari tubuh Sofea dari sudut sana.
"C..Cahaya!"
"Makan makananmu, aku akan pulang larut!"
Ardelof menyambar Jasnya. ia membuka Tutup Nampan yang tadi pelayan bawa kedepan kamarnya tentu Ardelof tahu jika wanita ini kelaparan.
"Kau..!"
"Jangan mencoba pergi!"
Sofea menunduk hingga akhirnya Ardelof membelakanginya memasang Jas dengan rapi. tapi pria itu terlihat mendegus melihat Dasi diatas ranjang, sampai kiamatpun ia tak akan bisa memasang benda ini.
"Ximus harus merubah cara memakainya!"
"A..Apanya?"
Ardelof hanya diam meraih Dasinya lalu menggunakan sihirnya agar benda ini terpasang rapi dileher kokohnya, Penampilan Ardelof kembali sempurna bahkan sangat dengan sehelai rambut pendeknya berjuntai didekat kening dengan wajah sangar namun sangatlah tampan tanpa kumis atau bulu halus di pipinya.
"Lain kali jangan melamun!"
"Ha?"
Ardelof mengumpat, ia baru tahu kegemaran Sofea adalah menghayal atau melamun membuatnya sangat diuji.
"Ka..Kau tak marahkan?"
"Hm!"
Ardelof melangkah keluar dari kamar membuat Sofea mengelus dadanya lega, setidaknya pria itu akan pulang larut hingga ia akan sendiri mencari jalan keluar dari tempat ini.
........
Senyuman dari bibir mungil itu mekar, mata coklat si kecil berusia 7 Tahun itu berbinar berlari masuk ke dalam Istana megah ini. dinding bangunan mewah itu dilapisi Emas murni dengan rombongan Pelayan yang menjaga langkah Pangeran kecil itu.
"Grandma!!!"
"Beclie!"
Sahut Ratu Rosmeryna saat melihat si kecil berambut coklat dengan mata agak sipit itu tampak penuh binar berlari menuju Neneknya, ia sangat merindukan tempat ini apalagi seseorang yang telah lama tak menemuinya.
"Grandma!"
"Hay, Prince. apa kabarmu, nak?"
"Baik! bagaimana dengamu?"
"Sangat baik!"
Jawab Ratu Rosmeryna menggendong bocah kecil itu seraya menatap Vanelope yang sengaja membawa Putranya agar simpati Ratu Rosmeryna semangkin kuat padanya, ia yakin tak akan ada yang berkutik jika Ayahnya dan Ayah Ardelof itu sahabat karip apalagi bisa saja terjadi Pertempuran antar Kerajaan jika Ardelof berani menceraikannya. tentu Ardelof tak berat tapi memikirkan Raja Petratolison agar tak hancur dengan jalinan persahabatan dua kerajaan ini.
"Vanel!"
"Salam yang Mulia!"
Tiba-tiba Beclie bersembunyi dibalik leher Ratu Rosmeryna saat Raja Petratolison datang dengan penuh aura tak bersahabat, ia tak memandang bocah itu melainkan menatap Vanelope datar.
"Kau temani Ardelof ke Perusahaan!"
"Baik, Yang Mu..."
"Tidak!"
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
novi 99
si Ard tu bukan perjaka lagi sewaktu sama Fea.
2022-10-26
1
Bzaa
sabar ya sof, semoga lama2 tuh si babang pangeran jdi bucin...
2022-03-04
0
Zaitun
apa lah maksa banget
2022-02-21
0