Setelah ngobrol dengan mertuanya, Nayna beralih ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
Mengingat kembali mertuanya yang sangat baik padanya hingga, tidak tega jika harus melukai orang-orang yang baik itu.
“Apa kau sudah tidur?” Nayna melihat Samudra tidur menyamping.
Mendengar suara Nayna, dia langsung berbalik “Ada apa?” tanya Samudra malas.
“Kapan kita bercerai, Sam?” tabya Nayna dengan santai.
Samudra diam sejenak. ‘Secepat itu kah dia ingin pergi dari ku?'
“Kita menikah belum sebulan, Nay. Apa kata orang jika kita bercerai?"
“Aku hanya tidak ingin terus membohongi Ayah dan Ibu, Sam. Semakin lama kita berbohong akan semakin menyakiti hati mereka.”
“Kalau begitu tidak usah berbohong." Sam bicara dengan santainya.
“Maksudmu, kamu mau bilang Ayah dan Ibu bahwa pernikahan kita hanya sebuah perjanjian?”
“Memangnya ada surat perjanjiannya?”
“Kita sudah sepakat, Sam, akan menjalani hidup kita masing-masing dan jika sudah waktunya kita berpisah, maka kita akan bercerai.”
“Apa kau lupa, aku tidak pernah menyetujui apapun perkataan mu? Dan satu lagi, Nay, aku bisa asal menikah tapi tidak asal bercerai!”
“Apa maksudmu?” tanya Nayna menaikan sebelah alisnya.
“Sudah jelas bukan, Nay, bagiku menikah dengan siapapun sama saja. Tapi aku adalah pria yang sangat serius dengan pernikahan, jadi aku tidak akan asal bercerai.”
“Aku masih belum mengerti?” Nayna bertanya dengan wajah bingung.
“Maksudku adalah aku tidak akan menceraikan mu!” Samudra sudah mulai kesal dengan omongan Nayna tentang perceraian.
“Apa?”
Samudra menghela nafas dan lebih memilih mendinginkan suasana. “Kalau kamu ingin lebih memiliki privasi, bagaimana jika pindah ke apartemen saja? Aku punya apartemen dekat kantormu, kalau di apartemen kita bisa menggunakan kamar yang berbeda. Jadi, kau bisa merasa lebih nyaman dan kita bisa membuat alasan jarak dari apartemen ke kantormu lebih dekat dari sana.”
“Tidak mau, aku lebih nyaman disini!” Tanpa pikir panjang Nayna langsung menolak usulan Samudra. Bagaimana bisa dia meninggalkan keluarga ini, dia baru saja merasakan kehangatan keluarga. Kalau bisa, Samudra saja yang pergi dari sini.
“Tidak bisa kah kamu yang pindah ke kamar tamu?” usul Nayna.
Samudra mulai jengah. “Apa kamu pernah melihat pengantin baru pisah kamar?" kesal Samudra. "Ais! Terserah kamu mau berbuat apa, aku ngantuk!" Samudra tidak memperdulikan Nayna lagi dan melanjutkan tidurnya.
“Dasar kau, Sam!" Baru saja ingin berbicara lebih lanjut, ponsel Nayna berbunyi.
“Hallo!” Nayna menjawab dengan pelan.
“Saya menemukan sesuatu nona," jawab pria di seberang telepon.
Nayna terdiam mendengar orang yang menjadi lawan bicaranya.
“Oke, besok siang kita bertemu di yellow light cafe.”
“Baik,” jawab pria di seberang telepon dan Nayna pun mematikan sambungan telepon.
Samudra masih memejamkan mata, tetapi telinganya masih bisa cukup mendengar apa yang Nayna bicarakan. Walaupun dia tidak bisa mendengar apa yang lawan bicara Nayna katakan.
‘Siapa yang ingin kau temui, Nay?' batin Samudra.
...****************...
Keesokan paginya, keluarga Alegian sarapan pagi bersama.
“Sam, kamu mengantar Nay ke kantornya 'kan? Ini hari pertama dia masuk kantor pusat loh!” ucap Retno sambil mengambilkan makanan suaminya.
“Tidak searah,” jawab Samudra dengan cuek.
Hari ini dia akan ke perusahaan yang dia bangun sendiri, Samudra memang lebih memilih mendirikan perusahaanya sendiri dibanding meneruskan usaha keluarganya. Dengan otak brilian, dia memulai usahanya sejak di bangku kuliah dan saat ini usahanya sudah berkembang pesat.
Baginya cukup Zima yang membantu ayahnya. Namun, ayah nya tetap menginginkan Samudra tetap memegang jabatan di perusahaan keluarga. Maka dari itu, dia memiliki dua jabatan di dua perusahaan.
“Kenapa seperti itu? Nay 'kan istrimu,” ucap Retno dengan nada tidak suka.
“Tidak apa, Bu. Sam ada sedikit urusan di pagi hari, aku bisa berangkat menggunakan taxi online,” ujar Nayna dengan ramah.
“Tidak bisa, tidak bisa! Masa menantu keluarga Alegian naik taxi online, nanti kakek mu akan mengira kami tidak memperlakukan kamu dengan baik bagaimana?" Retno mengajukan penolakannya.
“Aku bisa mengantarmu, Nay. Aku bisa agak siangan masuk kantornya!” Zima menawarkan tumpangan.
“Terimakasih tawarannya, Kak Zima. Kakak 'kan pemimpin, harus mencontohkan yang baik untuk karyawan. Tidak boleh telat, jadi tidak usah repot mengantarku dulu,” tolak Nayna halus.
“Kalian ini seperti tidak ada mobil lagi aja di rumah ini. Nay, kamu bisa pakai mobil yang ada di garasi, pilih saja yang kamu mau. Kalau kamu mau, bisa sekalian pakai supir Ayah dulu, nanti Ayah siapkan sopir pribadi untukmu,” ujar Leo.
“Terima kasih, Ayah. Jika memerlukan, aku akan pakai mobil yang di garasi tapi hari ini aku naik taxi online saja, karena mobilku nanti siang sudah selesai diperbaiki.”
Mobil Nayna sebenarnya tidak rusak, melainkan masih di rumah kakeknya, nanti siang dia berencana mengambil mobilnya.
“Baiklah jika itu mau, Nay" ucap Leo.
Setelah selesai makan Leo berangkat terlebih dahulu, sedangkan Nayna sedang sibuk dengan ponsel-nya untuk mulai memesan taxi online.
Zima berjalan di samping Nayna. “Benar tidak ingin aku antar?”
Belum Nayna menjawab apapun sudah ada suara di belakang mereka.
“Tidak perlu kau mengantarnya, dia akan berangkat bersamaku," ucap Samudra kepada Zima.
Samudra menatap sang istri, menggunakan isyarat mata kepada Nayna seakan mengucapkan, ‘ayo cepat jalan!’ Nayna pun jalan mengikuti Samudra.
“Bukannya kau bilang tidak searah?” gumam Zima.
“Bukan urusanmu!” ujar Samudra tetap berjalan tanpa menoleh.
Bersambung,...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
sam coba lembut dikit... 😒
2022-04-05
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Iya kaka... Makasih ya Kaka... karna sudah mampir kekarya saya...
2022-03-16
0
Queen
Mampir juga di novelq kak judulnya ijinkan aku menyayangimu, ceritanya tentang percintaan anak sma...
2022-02-24
0