Setelah cukup terdiam karena ucapan Nayna. Nima mulai mengatur emosinya kembali, tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan sepupunya itu, memang dirinya diberikan kebebasan oleh sang kakek. Namun, bukan karena kakeknya menyayanginya, melainkan rasa tidak peduli terhadap dirinya sehingga mendapatkan kebebasan.
Kakeknya hanya berpesan untuk selalu menjaga dan menyayangi ibunya, Nima pun merasa hanya ibunya yang menyayanginya dengan tulus. Tetapi, ibunya selalu memupuk ke dalam diri Nima untuk membenci Nayna. Ibunya selalu berkata, bahwa ibu Nayna adalah wanita yang tidak benar.
Nima terus melangkahkan kakinya menuju kantor kakeknya, dia merasa senang karena dirinya diminta untuk menemui sang kakek di kantor. Karena itu, Nima sengaja memasak untuk sang kakek. Ini adalah pertama kali Nima memasak untuk kakeknya, tadi dia sengaja berbohong kepada Nayna bahwa dirinya sering memasakkan untuk kakeknya, itu dilakukan hanya semata agar membuat Nayna iri.
Nima menyapa sekertaris kakeknya, semua karyawan tahu akan keramahan Nima yang berbanding kebalik dengan sikap Nayna.
“Aku ingin bertemu kakek.” Nima bicara kepada sekertaris sang kakek.
“Silakan masuk Nona, Tuan memang sudah menunggu Anda.” Sekertaris membukakan pintu kerja Adam, Nima pun masuk.
“Kakek, aku datang, apa Kakek sudah makan? Aku membawakan makan siang untuk Kakek, aku masak sendiri loch,” Nima duduk di kursi tamu di ruang kerja Adam dan mulai menata makanan yang dibawanya di atas meja.
“Bagaimana kabar ibumu?” Adam tidak melihat sama sekali makanan di atas meja, dia duduk berhadapan dengan Nima dan hanya fokus menanyakan kabar Sinta, putrinya.
“Ibu sudah mulai membaik, hanya kadang kadang vertigonya saja suka kambuh." Nima selalu merasa kakeknya dengan tulus menyayangi ibunya tapi kakeknya tidak pernah menanyakan kabar dirinya.
“Kalau Sinta sudah sehat bawalah ke Perancis, di sana ada museum The Louvre, kamu akan banyak melihat lukisan di sana, banyak juga Universitas yang bagus untuk melanjutkan study S2 mu di sana," papar Adam.
“Dalam dua tahun ini aku memfokuskan diri dengan lukisan-lukisanku Kek, dan aku berencana akan membuka gallery ku sendiri di sini." Nima berhenti sejenak untuk mengambil nafas, “dan belum berencana untuk melanjutkan study ku.”
“Kamu akan lebih banyak belajar lagi di sana, lebih banyak referensi di sana, kamu juga bisa sekalian bawa ibumu jalan-jalan, jangan biarkan dia banyak menyendiri. Jika dia pergi maka akan ada kesibukkan untuknya.”
“Apa Kakek mau mengusirku?” Nima tidak mengerti jalan pikiran Adam.
“Kenapa kamu bicara seperti itu?”
“Aku baru berada di sini selama delapan tahun ini Kek. Kakek mengirim aku dan ibu ke Amerika dari usiaku delapan tahun dan aku baru kembali saat kelas dua belas SMU.”
Nima bergetar apakah kakeknya benar benar tidak pernah menyayanginya.
“Dulu aku sangat percaya saat Kakek saat memberi alasan, bahwa pengobatan di Amerika adalah yang terbaik untuk ibu dan aku harus menemani ibu di sana. Semakin aku dewasa semakin banyak pula pertanyaan di kepalaku. Kakek seperti tidak menginginkan keluarga Kakek bersatu, sebelumnya Kakek mengirim aku dan ibu pergi ke Amerika. Setelah aku kembali, Kakek mengirim Nay untuk pergi dan sekarang Kakek akan mengirim aku dan ibu pergi lagi?”
‘Bukannya tidak ingin keluarga ini bersatu tapi memang sulit untukku menyatukan Nay dan Sinta,’ batin Kakek Adam.
“Aku mengirim mu karena memang ibumu membutuhkan perawatan di sana dan kau juga tau apa alasan aku mengirim Nay ke Singapura, bukan?” Kakek Adam berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya membuka laci dan mengambil amplop dari dalam meja dan menyerahkan amplop tersebut kepada Nima.
“Lihat ini."
Nima menerima amplop tersebut dan membukanya, seketika wajahnya memucat.
Amplop tersebut berisi data tentang enam tahun lalu, saat Nima menyuap seorang dokter klinik tersembunyi yang menjalankan ilegal aborsi dan membuat rumor di sekolah bahwa Nayna telah melakukan aborsi.
“Kakek menyelidikiku?” ucap Nima dengan wajah pias. Suaranya bergetar.
“Dari awal aku sudah tahu, saat berita Nay aborsi itu tersebar, aku langsung menyelidikinya," ujar Adam.
“Lalu, kenapa kakek diam saja? Kakek tahu Nay tidak bersalah dan akulah yang memfitnahnya, tapi Kakek malah membuat Nay pergi. Bukankah seharusnya aku yang seharusnya pergi?"
“Apa aku harus bilang ke semua orang bahwa cucuku yang satu difitnah oleh cucu ku yang satunya lagi? Cukup sampai disini Nima, berhentilah! Dan kamu jangan berbuat macam-macam lagi terhadap Nay. Fokus saja pada ibumu.”
Kakek Adam tidak tega melihat Nima, dia tahu gadis itu adalah gadis yang baik dan dia tahu Sinta lah yang membuat Nima membenci Nayna. Tapi Kakek Adam pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Sinta, karna dia tahu penderitaan Sinta sudah terlalu banyak walupun itu akan mengorbankan kedua cucunya.
Nima masih terdiam, terlalu banyak pertanyaan didalam otaknya.
“Kakek,” setelah terdiam akhirnya Nima bersuara, "apa Kakek tahu mengapa aku bisa melakukan itu?” tanya Nima mendongakkan kepala l, mencoba untuk menatap Adam.
“Apapun alasanmu, itu sudah tidak penting lagi, Nima! Lupakan semuanya dan jangan sampai Nay tahu yang sebenarnya. Dia tidak akan tinggal diam kalau sampai tahu apa yang telah kau lakukan." Kakek Adam diam sejenak, lalu menyandarkan punggungnya di kursi.
“Pergilah, Kakek mau beristirahat.” Usir Kakek Adam halus.
Tatapan matanya Nima sendu. Dirinya tak diberi kesempatan untuk menjelaskan. Nima berdiri dengan kaki yang masih sedikit bergetar. “Aku permisi.“
Nima keluar dari ruangan Adam dengan wajah yang sedih. Ya, dia memang yang telah melakukan fitnah terhadap Nayna , itu dia lakukan karna rasa iri kepada Nayna.
Di lubuk hati, saat itu dirinya merasa bersalah namun tidak mampu untuk berkata yang sejujurnya kepada sang kakek.
Saat dia menuju lift untuk turun ke lobby, pintu lift terbuka, keluarlah dua orang pria yang dikenalnya, Leo dan Zima. Nima baru saja ingin menghindar. Namun terlambat, Leo dan Zima sudah melihatnya.
“Nima,” sapa Zima.
“Siang Kak Zima, siang Om Leo,” jawab Nima.
“Siang Nima, apa Kakekmu ada di dalam?” tanya Leo kepada Nima.
“Kakek ada di dalam, Om Leo bisa langsung masuk saja.”
“Kalau begitu, aku masuk dulu.” Leo mengalihkan pandangannya ke Zima, “ayo Zima.”
“Ayah duluan saja, aku mau ke toilet sebentar.”
“Baiklah,” ujar Leo, lalu pergi menuju ruangan Adam.
Saat Nima akan masuk lift, tangannya ditarik oleh Zima.
“Apa kamu baik baik saja?” tanya Zima kepada Nima.
Zima bisa melihat keadaan Nima yang kurang baik, maka dia putuskan untuk menanyakan keadaan gadis itu.
“Aku baik-baik saja, Kak." Melepas tangan zima dan masuk ke dalam lift. Tetapi Zima juga ikut masuk ke dalam lift dan lift pun tertutup.
“Bukannya tadi Kak Zima mau ke toilet?” tanya Nima dengan bingung.
“Sepertinya kamu sedang tidak baik, aku akan antar kamu pulang dulu."
Tidak biasanya Zima berlaku seperti ini. Beberapa tahun ini, Nima selalu mengejar Zima tetapi lelaki itu tidak pernah peduli. Kalau dulu, mungkin Nima akan menerima dengan senang hati atas tawaran Zima. Namun, saat ini dia hanya ingin menghindari lelaki ini.
Dia sudah tidak pantas mengejar seorang Zima, karna itu dia putuskan untuk menyerah. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dipikirnya Zima, jika Nima lah yang memfitnah Nayna atas kasus aborsi itu.
“Tidak usah, Kak, aku bisa pulang sendiri.” tolak Nima.
“Benar kamu tidak apa-apa? Wajahmu pucat, apa kamu sakit?”
Ini adalah pertama kali Zima perhatian kepadanya, hati Nima mulai menghangat.
“Tidak, aku baik-baik saja, Kakak ke sini pasti ada urusan pekerjaan bukan? Keluarlah, Kakek dan Om Leo pasti sudah menunggu Kakak."
‘Tumben tumbenan dia tidak agresif,' batin Zima.
“Baiklah, kalau kamu tidak mau diantar."
“Kalau begitu, Kakak cepat pergi ke ruangan kakek," usir Nima.
“Lift ini sedang bergerak turun, Nima! Sepertinya kamu lupa kita sedang ada di dalam lift."
Akward!
“He ... he ..., aku lupa,”
“Sudahlah, setidaknya aku antar kamu sampai lobby."
Nima hanya menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
ini perjalanan panjang ku untuk marathon tanpa hrs menskip ceritamu ini thor
2022-04-11
1
Atha Mie
lunas ya kak
2022-02-23
0
Sweet Suga
hai kak, aku mampir nih, semangat terus nulisnya, ntar lanjut lagi
2022-02-15
1