Hari hari berikutnya, mereka tetap menjalankan aktivitas mereka yang sudah di rencanakan. Diving, mencoba selancar angin, menikmati sunset dan snorkeling malam. Sangat sedikit komunikasi diantara mereka, walaupun tidak romantis, tidak akrab, tetapi tidak pula bertengkar.
Sesekali mereka akan berfoto di setiap aktivitas mereka. Itu dilakukan untuk berjaga-jaga jika ditanya oleh Retno apa saja yang mereka lakukan di Maldives. Mereka sepakat untuk menyenangkan orang tua Samudra.
Honeymoon berakhir, mereka harus pulang. Sebelum pulang, mereka sempat membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga. Didalam pesawat pun mereka minim obrolan. Bicara hanya seperlunya saja. Saat masih di area bandara dan mereka masih berjalan menuju mobil untuk kembali ke rumah. Mata Nayna menangkap sesosok pria yang sangat dikenalnya, tanpa sadar mulai berlari mengejar pria itu. Samudra yang melihat Nayna pun langsung ikut mengejarnya.
“Apa yang kau lakukan? Kau kira ini taman bermain!” Samudra berhasil mencekal lengan Nayna.
“Tidak apa-apa, hanya tadi aku melihat seseorang yang mirip dengan temanku. Karena itu aku mengejarnya, tapi kurasa bukan dia. Sudah, ayo kita pulang."
Pria yang dikejar Nayna sudah tidak nampak lagi. Setibanya di rumah, mereka disambut oleh Retno. “Apa kalian senang dengan honeymoon nya?” tanya Retno sambil memeluk Nayna.
Mereka berjalan langsung kemeja makan. Mereka tiba bertepatan dengan waktu jam makan malam.
“Senang Bu, sangat senang. Oh ya, aku membelikan beberapa oleh oleh untuk Ibu, Ayah dan Kak Zima." Nayna mulai membuka kantong belanjaan yang dibawanya dan memberikan satu satu ke semua anggota keluarga.
“Terima kasih ya Nay, aku akan memakainya buat hang out." Zima menyukai baju yang diberikan Nayna.
“Kau tidak perlu repot repot begini Nay, tapi aku senang kau mengingat kami," ujar Leo dengan senyum mengembang.
“Aku pun menyukai perhiasaan ini Nay, cantik sekali." Retno mengelus lengan Nayna.
Nayna membalas senyuman Retno. Dia merasakan kehangatan keluarga yang tidak pernah ia rasakan di dalam keluarga Rastian.
“Ibu lihat, sebenarnya aku beli dua gelang, satu untukku dan satu untuk Ibu. Jadi kita kembaran.” Senyum merekah di wajah Nayna.
“Kau benar-benar anak Ibu, Nay.”
Samudra yang dari tadi diam merasa tidak dianggap, karena semua perhatian keluarganya terpusat kepada Nayna. “Sudah, sudah, kapan kita makannya mengobrol saja dari tadi, aku sudah lapar nih.”
“Baik, baik, ayo kita makan,” ucap Retno.
Setelah makan malam, Samudra masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Leo dan Zima masuk ke ruang kerja karena ada yang harus mereka bahas, sedangkan Nayna dan Retno mengobrol di ruang tv. Nayna menceritakan apa yang mereka lakukan di Maldives sambil menunjukan photo-photo yang mereka ambil.
“Lihat Bu, bagus kan pemandangannya?” Nayna antusias menunjukan photo-photo yang ada di ponselnya.
Retno mengambil ponsel Nayna dan mulai melihat photo itu, “Pasti sangat menyenangkan ya, Nay, di sana? Kalian memang pasangan yang sangat serasi." Retno memandang photo Nayna dan Samudra yang sedang berpose berdampingan.
Nayna hanya bisa tersenyum sebagai balasan dari ucapan mertuanya.
Retno tahu, Samudra sangat menyukai Nayna. Bagaimana anaknya sangat bersemangat saat dulu bercerita, bahwa Samudra akan menyatakan cintanya kepada Nayna. Walaupun Retno tahu Nayna menolak anaknya dan dari situlah sikap Samudra berubah, mulai sering berganti pacar, tapi Retno tahu bahwa Samudra masih sangat menyukai Nayna.
Terlebih Samudra tidak pernah membawa seorang gadis pun ke rumah dan anak lelakinya itu tidak ada penolakan sedikitpun saat dijodohkan dengan Nayna.
Retno memandang wajah cantik menantunya, “Nay, Ibu senang kamu menjadi istri Sam, karena hanya kamu wanita yang ada di hatinya.”
‘Apa? Hanya aku? Tidak mungkin pria play boy seperti itu bisa hanya mencintai satu wanita,' batin Nayna, tentu dia tidak bisa bilang pada Retno
“Bu, aku juga senang menjadi anak Ibu, aku senang bisa menjadi bagian dari keluarga ini.” Nayna selalu menganggap dirinya anak Retno, bukan menantu.
“Semoga pernikahan kalian langgeng, jika ada masalah bicarakan lah Nay, karena komunikasi adalah salah satu kunci dari keberhasilan sebuah keluarga."
Nayna menoleh memandang ibu mertuanya, tertarik dengan apa yang dibicarakan.
“Kalau komunikasi adalah salah satu kunci keberhasilan, apa ada lagi kunci yang lainnya?” tanya Nayna penasaran.
“Cinta , cinta yang tulus, itulah kuncinya, jawab Retno. "Jika kita mencintai dengan tulus maka kita akan percaya pada pasangan kita dan menerima kondisi apapun pasangan kita," lanjutnya.
Setelah 2 jam mereka mengobrol, akhirnya Nayna pamit untuk beristirahat, karena mulai besok dia akan mulai bekerja di Head Office Rastian Corp, perusahaan milik kakeknya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
mana oleh²ku 🤭🤭
2022-04-10
0
Yasmine Latifah
aku mampir lgi nih thor sama like dri ACP
2022-03-09
1
El_Tien
boom like untuk mu
2022-03-09
0