Makanan sudah tertata rapih di atas meja makan walaupun hanya dua hidangan, itu sudah cukup bagi Sam.
“Makan lah, selagi hangat," tawar Nay.
“Kamu juga makan."
“Uhm.”
Nay mengambil nasi ke dalam piring.
“Aku mau paha, capcay nya agak banyak,” ucap Sam.
Nay dengan patuh mengambil paha ayam ke atas piring dan juga capcay nya, lalu menyerahkan kepada Sam, mereka tampak seperti layaknya pasangan normal lainnya yang sedang dinner, sampai akhirnya Nay tersadar, dari tadi Sam memerintah ini itu kepadanya seperti seorang raja.
“Minum," Sam menunjuk gelasnya yang kosong berharap Nay mengisinya dengan air.
“Apa kamu tidak punya tangan sehingga harus aku semua yang melakukannya?”
“He ... he ... aku ambil sendiri!” Sam mengisi gelasnya sekaligus gelas Nay.
Mereka makan dalam diam, hanya terdengar benturan sendok dan piring, hingga makanan di piring Sam habis.
“Hari minggu ini ada teman kuliahku menikah, dia mengundangku, kamu ikut denganku!”
Ucapan Sam tidak berkata dengan nada bertanya, tapi hanya sekedar menginformasikan bahwa mereka harus datang bersama.
“Apa aku harus ikut?”
“Tentu, saat kita menikah tidak mengundang banyak orang, tapi teman ku sudah banyak yang tahu kalau aku menikah, pasti mereka akan bertanya kalau kamu tidak ikut.”
“Akan aku pertimbangkan,” ujar Nay.
“Harus ikut!” Tegas Sam.
Nay hanya memutar bola matanya malas sambil merapikan bekas makan mereka dan membawanya ke wastafel, mencuci tangannya tanpa mencuci piring kotor.
“Sam, kau gantian cuci piring, kan aku sudah masak!" Titah Nay kepada Sam.
“Okey," jawab Sam.
……..
Setelah Sam selesai mencuci piring mereka pulang ke rumah, saat sampai, di ruang tv ada Retno yang sedang menonton sinetron kesukaannya.
“Kalian sudah pulang? Sudah makan belum?”
Sam dan nay ikut duduk di ruang tv.
“Kami sudah makan, Bu,“ jawab Nay sopan.
“Kami makan di apartemen Bu,” imbuh Sam.
“Apartemen?” tanya Retno.
“Kalau aku dan Nay pindah ke apartemen apa Ibu keberatan? Bukannya tidak nyaman tinggal disini tapi kami hanya ingin lebih mandiri saja dan juga jarak dari sana lebih dekat dengan kantor Nay,” jelas Sam pada Retno.
“Tapi kalau Ibu ingin kami tinggal disini, aku dengan senang hati tinggal disini.” Ucap Nay.
Retno melihat Sam dan Nay bergantian, “Kalau Ibu sih terserah kalian saja, mau tinggal di apartemen pun boleh, lagi pula kalian termasuk pengantin baru pastinya ingin lebih bebas kan,”
Retno berhenti sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Ah, Ibu setuju kalian pindah kalau jarak dari apartemen ke kantor mu lebih dekat, karena kamu tidak boleh terlalu lelah agar bisa cepat hamil.” Ucap Retno pada Nay secara antusias.
“He… he ….” Nay bingung menjawab apa, jadi hanya tertawa kecil saja.
"Kapan rencananya kalian pindah?” lanjut Retno.
“Tidak dalam waktu dekat ini bu, lagi pula ini belum pasti,” jawab Nay.
“Kalau pun pindah, kami masih akan sering ke sini Bu,” tambah Sam.
Retno hanya menganggukkan kepalanya.
“Kalau gitu aku masuk ke kamar dulu Bu," ucap Sam.
“Kamu juga, istirahat lah Nay, kamu pasti lelah.” Perintah Retno.
“Baik Bu,” lalu Nay mengekor Sam dari belakang menuju kamar mereka.
…….
Minggu malam pun datang, Sam dan Nay bersiap menghadiri undangan pernikahan teman Sam, Nay menggunakan dress selutut berwarna peach, rambut panjang bergelombang yang alami dibiarkan terurai dengan pakaian yang cukup tertutup namun terlihat begitu elegan dipakai olehnya.
Setibanya turun dari mobil Nay dan Sam berjalan berdampingan dengan tangan Nay merangkul lengan Sam. Seperti biasa mereka akan memerankan pasangan yang serasi di depan umum, banyak mata yang memperhatikan mereka.
Masuk kedalam aula pernikahan, dekorasi ruangan yang bertabur bunga dan dedaunan segar, meja meja perjamuan pun tersusun rapi sedemikian rupa, tidak ada pelaminan di sana, karena sang mempelai memprioritaskan kebebasan dalam menjamu para tamu, sehingga tercipta suasana akrab dan santai.
Sam dan Nay berencana menghampiri sang mempelai, namun sebelum sampai dimana sang mempelai berada sudah ada yang menghentikan mereka.
“Baru dateng bos?” tanya Bian.
“Ya," jawab Sam.
Bian melihat kesamping Sam, “Hai nyonya bos, aku Bian." Bian menyapa Nay, lalu mengulurkan tangan untuk berkenalan.
“Hai, aku Nayna." Nay lalu menyambut jabatan tangan bian.
“Ini bian teman kuliahku dulu sekaligus asistenku,” Sam memperkenalkan Bian ke Nay.
Nay hanya sedikit mengangguk sebagai jawaban.
“Apa kau sudah menghampiri jares?” tanya Sam.
“Sudah, aku bahkan sudah berfoto dengannya,” jawab Bian.
“Kalau gitu aku ke sana dulu.” Ucap Sam sambil menggandeng tangan Nay.
Nay dan Sam berjalan ke tempat Jares, sang mempelai pria yang sedang berdampingan dengan mempelai wanita, mereka memberi selamat dan juga sedikit mengobrol tentang pernikahan Sam dan Nay yang tidak banyak orang ketahui.
Saat Nay mengedarkan pandangan melihat sekitar, mata Nay melihat sosok pria yang sedang memperhatikannya dengan tatapan tajam.
Nay langsung terpaku, “Sam, ayo kita pulang,” bisik Nay pada Sam.
“Kenapa? Apa kamu kurang enak badan?” tanya Sam.
“Tidak apa apa, hanya kurang nyaman saja, banyak yang tidak aku kenal."
“Baiklah kita pulang, tapi tunggu sebentar aku haus aku ambil minum dulu, mau aku ambilkan sekalian?”
“Aku ikut saja.”
Nay dan Sam pamit pada Jares lalu menuju meja perjamuan untuk mengambil minum, dan sesosok pria yang memperhatikan Nay tersebut menghampiri sang pengantin pria.
“Kamu kenal dengan Nayna?” tanya Justin.
“Wanita tadi? Yang rambutnya bergelombang?” ucap Jares.
“Iya."
“Oh, aku juga baru mengenalnya, dia istri temanku, Samudra.”
“Istri?”
“Iya, mereka juga pengantin baru, sepertinya baru sekitar satu bulanan menikahnya."
Justin langsung meninggalkan Jares tanpa pamit dan menuju meja perjamuan dimana Nay berada, Nay berdiri tidak jauh dari Sam namun Sam sedang asik mengobrol dengan temannya yang lain, hingga akhirnya Justin sudah berada tepat di depan Nay.
“Hai," sapa Nay terhadap Justin.
“Kamu harus menjelaskan sesuatu padaku!” Justin menarik tangan Nay dan berjalan cukup cepat hingga Nay agak kesulitan mengimbanginya.
Hingga sampai di pintu keluar aula Sam baru melihat Nay berjalan bersama seorang pria dengan tangan saling berikatan.
‘Sial,' Sam mulai memaki dalam hatinya.
Sam mulai mengejar Nay tapi dihentikan oleh teman Sam yang lain untuk menyapa , setelah sekedar say hello dengan temannya Sam mulai mencari kembali keberadaan Nay.
Gedung pernikahan ini sangat megah dan dikelilingi taman yang luas, Nay dibawa keluar aula, dibawa ke sudut taman yang agak gelap barulah Justin melepas tangannya.
“Kamu juga diundang?” tanya Nay basa basi.
“Mempelai prianya pernah berkerjasama denganku,” jawab Justin.
"Oh, bagaimana kabarmu? Kapan kau kembali ke Indonesia?” tanya Nay.
“Tidak usah membahas diriku, jelaskan padaku kenapa kau menikah dengan pria itu?
Kamu tau aku sudah menyukaimu dua tahun ini dan sudah berulang kali mengungkapkan perasaanku padamu, baru ku tinggal pergi ke Eropa tidak sampai tiga bulan dan kamu sudah menikah dengan pria lain.”
“Maaf kan aku, tapi kita tidak ada hubungan apa apa dan aku tidak pernah memberimu harapan apapun, karena kita memang tidak mungkin bersama,” jelas Nay.
“Tidak mungkin bagaimana, bagaimana bisa tau cocok atau tidak kalau kita saja belum mencoba menjalin hubungan.”
“Perasaan tidak bisa di coba coba, dan kalau aku tau tidak memiliki perasaan wanita terhadap lelaki padamu dan menerimamu menjalin sebuah hubungan maka itu sangat tidak adil bagimu,” jelas Nay.
“Apa kamu mencintai pria itu? kau bilang kau tidak akan jatuh cinta."
“Mengenai perasaanku biar aku yang mengurusnya,” ucap Nay lalu membalikan badan untuk pergi namun tangannya ditarik lagi oleh Justin.
“Lepaskan tanganku!”
“Tidak akan!"
Disaat Nay mencoba melepaskan tangan Justin, ada suara bariton bergema disekitar mereka.
“Lepaskan tanganmu dari tubuh istriku!” Ucap Sam dengan lantang.
Bersambung……….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
wah babang ngamuk 🙈🙈🙈🙈
2022-04-11
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
awas.... ada yang marah tuh😅
2022-03-13
1
Age Nairie
terima kasih 🥰🥰🥰
2022-02-18
0