Cahaya matahari mengintip di balik jendela. Menandakan hari sudah pagi, Nayna mengerjapkan mata. Dia tidak lupa bahwa ini bukan kamarnya, melainkan kamar pengantin mereka. Yang membuat Nayna terkejut adalah dia berada dalam dekapan Samudra. Mereka saling berpelukan.
Perlahan dia mengangkat tangan Samudra yang menindih perutnya. Lalu Nayna berjalan ke kamar mandi.
“Kenapa bisa seperti ini?" gumamnya.
Wajahnya merona, tidak dipungkiri dia merasa nyaman dalam dekapan Samudra. Nay memulai aktivitas mandinya.
Setelah keluar kamar mandi, Samudra sudah bersandar di tepi ranjang menunggunya.
“Sudah selesai?" Sam mulai menegakkan duduknya. "Ayo kita sarapan, yang lain sudah menunggu,” ujar Samudra.
“Kamu sudah rapih, dimana kamu mandi?” tanya Nayna menelisik sang suami.
“Di kamar sebelah, di kamar tamu, kenapa? Kamu kecewa kita tidak mandi bersama?”
“Dasar mesum!” ucap Nayna sinis.
Samudra mendekati Nayna dan berbisik dengan nada yang sinis. “Kamu tenang saja, aku tidak tertarik dengan tubuhmu, lebih tepatnya aku tidak tertarik dengan barang bekas!"
Kata-kata kasar yang terlontar dari mulut Samudra memang sengaja diucapkan untuk membuat Nayna semakin membencinya.
‘Ah, tidak tertarik lalu kemaren kenapa dia mencium ku?' batin Nayna.
Seperti bisa membaca pikiran Nay, Sam langsung menjelaskan. “Ciuman kemaren itu untuk membungkam mulut cerewetmu itu dan itu berhasil bukan?"
Sam berdiri dan mulai berjalan keluar kamar. Sebelum itu, Nayna membuka mulutnya.
“Apa perlu kamu bicara kasar seperti itu, Sam? Dan kamu juga jangan lupa, sesama barang bekas tidak usah saling menghina, cukup berjalan dijalan mu dan aku berjalan dijalan ku.” Nayna sudah malas berdebat dengan Samudra, lalu pergi dengan jalan cepat untuk mendahului sang pria.
Walau dulu, saat masih kecil tidak jarang bermain di rumah Samudra. Tetap saja masih merasa canggung di rumah tersebut. Apalagi sudah lebih dari 6 tahun tidak ke rumah itu.
Samudra pindah ke kota itu saat usia mereka 9 tahun. Leo, ayah Samudra dan Bima, ayah Nayna adalah teman saat kuliah. Setelah lulus, Leo pergi ke luar negri untuk menjalankan perusahaan keluarga dan semenjak itu, Leo dan Bima tidak ada komunikasi karena kesibukan mereka. Leo juga akrab dengan Adam, kakek Nayna.
“Selamat pagi, Bu. Selamat pagi, Ayah. Selamat pagi, Kak Zima," sapa Nayna.
Nayna selalu menghormati orang tua Samudra. Baginya, mereka adalah orang tua yang sempurna. Dengan rumor yang beredar, mereka masih menerima dirinya dengan baik.
“Selamat pagi, Nay.” Zima selalu menampilkan senyum ramahnya pada Nayna.
“Duduklah, Nay, kita sarapan," ucap Retno.
“Baik, Bu,” jawab Nayna.
Samudra dan Nayna duduk bersebelahan.
“Kenapa kalian bangun pagi sekali? pengantin baru, bangun siang juga tidak apa apa. Apa semalam sangat melelahkan, Nay? tidak tidur nyenyak kah?” tanya Retno antusias.
“Aishhhh, Ibu ini kenapa? Bertanya panjang kali lebar. Semalam memang malam yang melelahkan tapi kami tidur sangat nyenyak, Bu. Bahkan sampai berdengkur," oceh Samudra dengan nada agak kesal.
‘Kenapa bicara sembarangan,’ batin Nayna.
Nayna langsung mengulurkan tangan ke perut Samudra. Mencubitnya untuk berhenti bicara dan itu berhasil, Samudra menahan sakit cubitan itu dengan wajah yang di tekuk.
“Baguslah, baguslah. Sepertinya aku akan memiliki cucu dengan cepat," ucap Retno antusias.
“Memangnya seperti beli cabai langsung dapat, Bu," ujar Zima.
“Sudah, sudah kapan kita sarapan kalau bicara terus," ucap Leo.
Keluarga Alegian memulai sarapan mereka dengan tenang. Tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Setelah sarapan, Retno mengeluarkan amplop untuk diserahkan ke Nayna.
“Nay, Sam," ujar Retno menatap pengantin baru bergantian. "Kalian cepat siap-siap, penerbangannya siang ini," ujar Retno sambil memberikan amplop tersebut ke Nayna.
“Apa ini bu?” tanya Nayna heran.
“Buka saja.”
Dengan ragu, Nayna membuka amplop tersebut. “Tiket ke Maladewa, maksud Ibu?”
“Pergilah honeymoon, bukankah kamu suka air?"
“Tidak perlu honeymoon, Bu. Sam pasti sibuk, dia harus kembali ke perusahaan. Aku juga akan mulai bekerja, Bu," tolak Nay halus.
“Tidak usah dipikirkan, Samudra sudah kuberi cuti. Aku juga sudah bilang ke kakekmu untuk ditunda dulu bekerjanya, nikmati saja bulan madu mu,” ujar Leo, masuk ke dalam obrolan istri dan menantunya.
Samudra melihat tiket yang dipegang Nayna, lalu mengambil nya.
“Kalau suka air, tidak perlu ke luar negri. Pulau di sini juga banyak air, sama-sama kepulauan, untuk apa jauh-jauh ke Maldives?"
“Sam, jika kamu tidak mau, biar aku gantikan saja. Kamu bisa ambil alih pekerjaanku, aku bisa rehat sejenak bersama Nay,” ucap Zima dengan senyum mengejeknya.
Sam hanya membalas dengan tatapan sinis.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Lidiya Setiawati
mulai sukaaaa
2022-06-04
1
Febryanti Anisa
udah mampir nih Thor dan lgsg favorit
2022-03-25
1
El_Tien
boom like mendarat
2022-03-01
1