Dari kejauhan terlihat bu Yohana yang ingin mengajar di kelas Zidan. Yohana yang tak sengaja menatap ke arah lapangan, sontak terkejut melihat Zidan (murid favoritnya) sedang berjemur di samping Zahra.
"ZIDAN!" panggil Yohana dan dibalas sahutan oleh Zidan.
"Iya buk!"
"Ngapain kamu di situ?" tanya Yohana yang mulai berjalan ke arah Zidan dan Zahra.
"Berjemur buk!" sahut Zidan tanpa beban sedikit pun.
"Dan, sana lo masuk kelas!" pinta Zahra seraya menyenggol siku Zidan.
"Gue mau berjemur sama lo," jawab Zidan sambil menatap wajah letih Zahra sekilas.
"Lo mau beneran di hukum sama bu Yohana?" tanya Zahra dengan nada mengancam Zidan.
Zidan tersenyum ke arah Zahra, "emang itu yang gue cari," jawab Zidan dengan santainya.
"Dan, gue berterima kasih banyak sama lo, tapi lo harus inget beasiswa lo Dan!"
Senyum Zidan sontak memudar mendengar kata beasiswa yang Zahra ucapkan. Ya, Zidan bisa ada di sekolah ini tak lain karena mendapat beasiswa. Tanpa beasiswa, Zidan mungkin tak mampu bersekolah di sekolah elit ini. Berbeda dengan Zahra yang memang terlahir dari keluarga kaya raya.
Zidan memandang wajah Zahra cukup lama. Ia sangat-sangat tidak ingin harus pindah sekolah hanya karena hal ini. Bukan hanya pindah sekolah yang Zidan takutkan, akan tetapi bagaimana jika ia tidak bisa bersekolah lagi? Bagaimana kehidupannya nanti kalau tidak bersekolah? Pertanyaan-pertanyaan itu seakan memenuhi isi kepala Zidan. Belum lagi mengingat sang ibu yang single parent dan harus benar-benar berjuang untuk memenuhi semua obat-obatannya yang cukup mahal ditambah lagi kebutuhan hariannya dan sang ibu.
Setelah beberapa detik menatap Zahra, Zidan akhirnya menundukkan kepalanya dengan raut wajah sedihnya. "Gue minta maaf ya Ra, gue nggak bisa nemanin lo di sini!"
Zahra menepuk pelan pundak Zidan sambil tersenyum, "gue nggak apa-apa kok. Lo nggak usah sedih, gue udah biasa kok dihukum gini!"
"Eheemm!" dehem Yohana yang sudah berdiri tepat di hadapan Zidan dan Zahra. "Dramanya udah tamat!"
"Gue pergi dulu ya Ra, lo yang semangat di sini!" pamit Zidan yang kemudian berjalan meninggalkan Zahra.
"Oke!" sahut Zahra sambil mengacungkan jempolnya dengan sangat gembira.
Yohana kemudian berjalan mendekati Zahra. Ia lalu mendekati bibirnya ke telinga Zahra seraya berbisik, "makanya jangan jadi perempuan nakal!"
Kedua bola mata Zahra sontak membulat mendengar apa yang baru saja Yohana bisikan.
Yohana berlalu, sedangkan Zahra masih terdiam membisu mencerna apa maksud dari perkataan Yohana barusan.
"Nakal?" tanya Zahra pada dirinya sendiri, "maksudnya perempuan nakal?"
"Ah bodo amat, dia kan emang nggak suka sama gue," ucap Zahra membantah semua pertanyaan-pertanyaan yang dia ciptakan sendiri.
Yohana memang sangat terkenal dengan sebutan guru killer, akan tetapi semua ketegasannya kepada Zahra seperti ada sesuatu yang tidak beres. Yohana tampak seperti membenci Zahra daripada tegas. Namun, Zahra selalu menganggap semua ketegasan Yohana kepadanya seperti biasa saja, layaknya antara guru killer dan murid yang nakal saja.
Selang beberapa menit setelah Yohana meninggalkannya, bu Rida yang memberi hukuman kepada Zahra pun datang menghampirinya.
"Zahra, hukuman kamu selesai," ucap Rida.
"Beneran buk?" tanya Zahra terkejut hukumannya selesai sebelum waktunya.
"Iya, sekarang masuk ke kelas dan belajar!" perintah Rida yang membuat Zahra sangat senang karena ia tidak harus berdiri di sini sampai bel pulang sekolah.
"Makasih buk Rida yang cantik," puji Zahra.
"Kamu ini ya," jawab Rida sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Zahra tersenyum dan kemudian berlari ke kelasnya dengan membawa ransel dan air minum yang Zidan berikan tadi.
...Bersambung.......
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,
IG : @febiayeni21
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments