Hujan Sementara
"Hei, amu kenapa menangis?" tanya Zahra yang berdiri tepat di samping anak laki-laki tersebut.
Anak laki-laki tersebut hanya menggelengkan kepalanya. "Hei, nama atu Jahla, nama amu ciapa?" tanya Zahra yang kini menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman.
"Jidan," jawabnya singkat, ya anak laki-laki tersebut tak lain adalah Zidan.
"Atu punya dua lolipop," ucap Zahra sambil mengeluarkan lolipop dari ranselnya. "Catu buat Jidan satunya lagi buat Jahla," lanjutnya sambil menyodorkan lolipop yang ada di tangan kanannya kepada Zidan.
Zidan menggelengkan kepalanya, "kata bunda, Jidan nggak boleh makan lolipop," jawab Zidan yang sudah berhenti menangis.
"Kenapah?" tanya Zahra yang kemudian duduk di rerumputan depan Zidan.
"Kalena Jidan lagi atit," jawab Zidan dengan menantap wajah Zahra yang imut.
"Jidan atit?" tanya Zahra sambil meletakkan punggung tangannya ke kening Zidan, "tapi ga anas kok," lanjutnya yang kemudian menurunkan tanganya dari kening Zidan.
"Jidan bukan demam tapi Jidan punya penyakit bawaan sejak Jidan masih alam peyut bunda." Jawab Zidan dengan bijak.
"Kan sekalang Jidan udah nggak di alam peyut bunda lagi, kenapa macih atit?" tanya Zahra yang membuat Zidan kebingungan untuk menjawabnya.
Seorang wanita berumur sekitar dua puluh tujuh tahun datang menghampiri Zahra dan Zidan yang tengah duduk santai di atas rerumputan seraya berkata, "kata pak dokter, Zidannya masih sakit." Sahut Amira.
"Ohh gitu ya Ma," jawab Zahra polos. Ya wanita tersebut adalah Amira, Mama dari Zahra.
"Yaudah kalau gitu kita pulang ya!" pinta Amira sambil merangkul bahu mungil Zahra.
"Jidan boleh ikut nggak Ma?" tanya Zahra dengan mendongakkan kepalanya menghadap Amira yang lebih tinggi darinya.
"Boleh," jawab Amira tersenyum.
"Zidan, rumah kamu di mana?" tanya Amira yang juga merangkul bahu mungil Zidan.
"Di kompek Pelangi nomol dua ima tante," jawab Zidan polos.
"Wah kebetulan dekatan dong sama rumah Zahra, rumah Zahra komplek Pelangi nomor dua puluh satu, loh." Ucap Amira dengan merekahkan senyuman manisnya yang membuat Zahra sontak meloncat-loncat kesenangan.
"Pulang bareng tante dan Zahra ya Zidan!" pinta Amira.
"nggak ucah tan, bental lagi bunda jemput Jidan kok," jawab Zidan. Benar saja, beberapa detik setelah Zidan mengatakan bunda akan menjemputnya, sosok wanita cantik berumur tidak begitu jauh dari Amira sedang berjalan menghampiri mereka.
"Itu bundanya Jidan tan," ucap Zidan sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang diduga adalah bundanya.
Zidan yang melihat bundanya spontan langsung berlari mengejar bundanya. "BUNDAAA!" teriak Zidan yang langsung memeluk tubuh bundanya.
"Bun, Jidan udah punya teman, ayo kenalan Bun!" ajak Zidan sambil menarik-narik tangan bundanya.
"Iya Zidan," jawab Mira pasrah.
"Tante kenalin ini Bundanya Jidan," ucap Zidan.
"Halo, saya Mira." Ucap Mira sambil menjulurkan tangan kanannya.
"Hai, kok namanya bisa samaan ya?" tanya Amira yang kemudian menjabat tangan Mira. "Saya Amira," lanjutnya yang disambut kekagetan yang sama dengan yang Amira rasakan tadi.
"Wah iya nih," jawab Mira terkekeh.
"Tante nama aku Jahra," ucap Zahra yang tiba-tiba menyambar tangan kanan Mira. Ya begitulah Zahra mudah sekali akrab dengan orang lain, namun orang lain sulit akrab dengannya entah kenapa orang-orang pada tak mau bergaul dengannya.
"Wah si imut ini namanya Zahra ya?" tanya Mira sambil mencubit pipi cubby Zahra.
"Hehehe," Zahra hanya terkekeh mendengar ucapan Mira.
"Yaudah kalau gitu kita pulang dulu ya," ucap Mira sambil merangkul Zidan.
"Iya, ati-ati ya tan," ucap Zahra sambil melambaikan tangannya.
"Iya sayang," jawab Mira sambil mencubit kembali pipi cubby Zahra.
Zidan dan Mira pun akhirnya pergi meninggalkan Zahra dan Amira yang masih tersenyum lebar ke arahnya.
Sejak saat itu Zidan dan Zahra menjadi teman dekat bahkan sahabat. Zidan yang lemah selalu dilindungi oleh Zahra. Zidan dan Zahra selalu bersama, tak seharipun mereka lalui sendirian. Zahra selalu melindungi Zidan dari orang-orang yang ingin menjahilinya.
...***...
Waktu begitu cepat berlalu dan saat ini Zidan dan Zahra sudah menginjak umur enam belas tahun. Mereka berdua sudah duduk di kelas sepuluh, Sekolah Menengah Atas. Sayangnya untuk kali ini Zidan dan Zahra kurang beruntung, karena di mana Zidan dan Zahra untuk pertama kalinya tidak sekelas.
Terlihat wajah sedih yang terpancar dari Zahra yang sedang termenung di kursinya. Zidan yang berada diambang pintu tersenyum melihat Zahra yang tengah sedih itu. Ia sangat paham apa yang sebenarnya membuat Zahra sedih seperti itu. Tanpa pikir panjang Zidan langsung menghampiri Zahra yang murung itu.
"Zahra," ucap Zidan yang kemudian duduk di depan Zahra.
"Lo kenapa sedih?" tanya Zidan sambil merapikan poni Zahra yang menutupi matanya.
"Gimana gue nggak sedih, kita nggak sekelas nanti siapa yang jagain lo?" jawab Zahra dengan kembali melontarkan pertanyaan.
"Ya Allah Zahra, gue udah segede ini masih mau lo jagain Ra, gue laki-laki Ra harusnya gue yang jagain lo, bukan malah sebaliknya Zahra." Jawab Zidan tegas namun tetap dengan nada yang lembut. Ya itu lah Zidan yang tak pernah kasar terhadap Zahra, meskipun terkadang Zahra membuatnya kesal.
"Gue tau kok, cuma gue khawatir dengan kondisi lo Dan," ucap Zahra dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Zidan memegang tangan kanan Zahra seraya berkata, "Zahra, gue nggak apa-apa kok selagi lo dengarin apa kata-kata gue," jawab Zidan dengan suara yang sangat lembut.
"Tapi lo harus janji sama gue kalau lo ga bakalan ninggalin gue!" pinta Zahra sambil mengacungkan kelingkingnya.
Zidan menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Zahra, "insyaAllah gue janji Ra," jawab Zidan tersenyum.
GUBRAAAKKKK,
Hana tiba-tiba datang memukul meja Zahra. Hana adalah musuh Zahra sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama atau SMP.
"Lebay amat sih lo berdua, jijik tau gue liat lo lo pada," ucap Hana sambil menunjuk Zahra dan Zidan secara bergantian.
Melihat kelakuan Hana membuat Zahra naik tensi. "Lo bisa nggak sopan dikit?" tanya Zahra dengan volume meninggi.
"Nggak, kenapa rupanya?" tanya Hana santai tanpa merasa bersalah.
Zidan yang tak ingin Zahra lagi-lagi masuk ruangan BK karena mukulin anak orang pun langsung menahan tangan Zahra. "Ra Ra udah, jangan berantem lagi bisa, kan?" Zidan memegang kedua tangan Zahra memohon.
"Dan, dia udah buat lo kaget, terus gue harus diam aja?" tanya Zahra sambil menatap kedua bola mata Zidan.
"Zahra, gue nggak mau lo masuk ruangan BK lagi, lo nggak kasian sama mama lo?" tanya Zidan tegas.
"Tuh dengarin Ra kata cowok lo yang lemah ini," ucap Hana sambil mendorong bahu Zidan.
Zahra yang dipenuhi amarah tanpa pikir panjang langsung melepaskan paksa kedua tangannya dari pegangan Zidan. Zidan yang tak terlalu kuat memegang tangan Zahra pun akhirnya membuat Zahra berhasil melepaskan cekraman tangan Zidan.
Sorry ya kalau masih belum ngefell🙏🙏
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,😉
IG : @febiayeni
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Fatimah
Semangat Umma😍
2022-09-10
0
Dinda Syahira Febrianie
di tunggu lelanjutan nya ..
semangat 💪
2020-04-30
0