Pertengkaran Zahra dan Hana

PLAKK!!

Satu tamparan mendarat di pipi Hana, “berani lo ngata-ngatain Zidan lemah lagi, bukan hanya pipi lo yang gue tampar!” ancam Zahra kepada Hana yang sedang meringis kesakitan, “AWAS LO YA!” ancam Zahra sambil menunjuk wajah Hana.

Zahra yang tak ingin membuat suasana menjadi lebih runyam, segera memutuskan untuk membawa Zidan keluar dari kelasnya. Zahra dan Zidan kini sedang berada di kantin untuk menyatap sarapannya.

“Dan, lo kenapa sih kok diem aja?” tanya Zahra yang kemudian menyuap sesuap nasi goreng ke mulutnya.

Zidan sama sekali tak menanggapi pertanyaan Zahra, ia hanya asik dengan ponselnya sendiri.

“Lo marah sama gue gara-gara Hana?” tanya Zahra lagi.

Zidan meletakkan ponselnya di atas meja, “mau sampai kapan lo kasar sama orang?” tanya Zidan yang kemudian menyuap nasi goreng miliknya.

“Jadi, lo mau biarin aja orang yang ngata-ngatain lo gitu aja?” tanya Zahra dengan tatapan sinisnya.

“Hana nggak salah kok ngatain gue lemah, buktinya untuk ngelindungi lo aja gue nggak bisa.” Tegas Zidan yang mulai emosi.

“Siapa bilang lo nggak bisa ngelindungi gue?” tanya Zahra, “justru lo yang buat gue jadi pemberani gini, mungkin kalau lo nggak ada gue bakalan jadi anak cupu.” Jawab Zahra yang kemudian tersenyum.

“Tapi gue nggak suka liat lo kasar gitu Ra, gue maunya lo jadi wanita yang feminim!” pinta Zidan dengan menantap kedua bola mata Zahra lekat.

“Untuk apa gue jadi feminim, Dan? Biar semua laki-laki dengan mudahnya permainin hati gue?” tanya Zahra dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Ra, jadi feminim bukan berarti lo harus jadi cewek lemah, tapi cewek yang bisa ngendalikan emosinya dengan baik.” Jawab Zidan sambil mengelus tangan kanan Zahra yang berada di atas meja.

“Kak Intan kurang sabar apa coba? Kurang feminim apa coba? Tapi tetap aja dia terus-terusan disakiti laki-laki, kan?” tanya Zahra yang sudah bangkit dari tempat duduknya.

“Kak Intan hanya belum ngerti bagaimana cara mencintai yang benar Ra,” jawab Zidan yang membuat emosi Zahra semakin meledak-ledak.

Seketika air mata Zahra jatuh, “jadi maksud lo kak Intan bodoh? Iya?” tanya Zahra dengan mata melotot.

“Ra, gue ga bilang kak Intan bodoh,” jawab Zidan yang mulai meninggikan volume suaranya.

Disaat Zahra dan Zidan sedang berdebat, tiba-tiba speaker sekolah berbunyi memanggil nama mereka berdua.

“Kepada Zahra Amira Kalandra dari kelas X. 1 dan Zidan Adhitama dari kelas X. 2 harap segera datang ke ruang BK!"

"Sekali lagi kepada Zahra Amira Kalandra dari kelas X. 1 dan Zidan Adhitama dari kelas X. 2 harap segera datang ke ruang BK!"

“Tu kan Ra, lagi-lagi kita masuk ruang BK,” ucap Zidan yang kemudian berdiri dari tempat duduknya.

“Kalau lo nggak mau terus-terusan masuk ruang BK, lo nggak usah berteman lagi sama gue!” perintah Zahra yang kemudian berjalan mendahului Zidan.

Zidan yang mulai usil pun akhirnya mempercepat langkahnya agar bisa mendahului Zahra, “galak amat sih Ra,” ledek Zidan sambil mencolek dagu Zahra.

“Bodo amat,” jawab Zahra ketus.

RUANG BK

“Zahra, butuh berapa kali lagi ibuk peringati kamu biar nggak mukul-mukul orang sesuka hati kamu kayak gini?” tanya Buk Rida tegas.

“Ini bukan salah Zahra kok buk, Hana kok yang mulai duluan.” Jawab Zahra yang merasa terpojokkan.

Buk Rida membesarkan kedua bola matanya menatap Zahra, “kamu ini ya udah jelas salah masih aja ngeles,” ucap Buk Rida ketus.

“Tapi memang benaran bukan Zahra yang salah kok buk, Hana yang duluan mancing emosi Zahra.” Jawab Zidan membela Zahra.

“Tapi Buk, meskipun Hana yang mulai duluan tapi, kan Hana nggak main fisik kayak Zahra Buk.” Sahut Hana yang tak mau kalah.

Zahra seketika berdiri, “Intinya kan lo yang mulai duluan, coba lo nggak mancing emosi gue pasti gue nggak bakalan nampar lo.” Tegas Zahra sambil menunjuk-nunjuk wajah Hana.

"Dasar lo nya aja yang nggak mau di didik sama orang tua lo," tukas Hana dengan tatap sinisnya.

"Nggak usah bawa-bawa orang tua bisa nggak?"

“SUDAH SUDAH SUDAH, pokoknya saya tidak mau lagi dengar ada keributan di antara kalian lagi,” ucap Buk Rida yang mulai kesal dengan mereka bertiga.

“Untuk kamu Zidan, kamu boleh masuk kelas sekarang!” perintah Buk Rida, “dan untuk kamu Zahra, bersihkan toilet wanita sampai benar-benar bersih!” perintah Buk Rida.

Mendengar ucapan Buk Rida membuat Hana tersenyum bahagia karena melihat Zahra yang harus membersihkan toilet. Hana menjulurkan lidahnya mengejek Zahra, “rasain lo,” ledek Hana dengan suara pelan.

“Lo kok saya dihukum sih, Buk?” tanya Zahra protes.

“Kalau nggak mau dihukum nggak usah cari masalah Zahra,” tegas Buk Rida yang membuat Zahra merengut.

“Dan untuk kamu Hana silahkan beresin buku-buku di perpustakaan!” perintah Buk Rida.

“Lho saya kok juga dihukum, Buk? Saya kan korban,” protes Hana kesal.

“Masih syukur disuruh beresin buku, daripada bersihin toilet kamu mau?” tanya Buk Rida.

“Eeh nggak Buk, beresin buku aja.” Jawab Hana, “entar kasian kuku-kuku saya yang baru perawatan ini kalau harus bersihin toilet, iuh.” Lanjut Hana sambil memperlihatkan kuku-kukunya ke arah Zahra.

Zahra langsung menekuk jari jemari Hana yang menghalagi pandangannya, “gue patahin jari-jari lo baru tau rasa lo nanti,” ucap Zahra kesal.

Hana langsung menarik tangannya, “ih apaan sih lo, entar lecet lagi jari jemari gue yang aduhai ini.” Ujar Hana sambil mengelus-elus jarinya.

“Kuku jelek aja dipamerin,” jawab Zahra sinis.

“SUDAH SUDAH SUDAH, KERJAKAN TUGAS KALIAN SEKARANG!” teriak Buk Rida yang membuat Zahra, Zidan dan Hana menutup telinganya.

“Ii... Iya iya Buk,” jawab Zahra, Zidan dan Hana secara bersamaan.

Dengan sangat terpaksa Zahra mengerjakan hukumannya dengan omelan, “kalau nggak gara-gara Hana, gue nggak bakalan bersihin toilet gini,” oceh Zahra yang tak henti-hentinya.

“Buk nggak bosen apa ngomel-ngemel mulu?” tanya Zidan yang berdiri bersandar di tembok dekat pintu.

“DIAM LO!” perintah Zahra ketus.

“Udah sering dihukum juga lo nggak bosen apa Ra?” tanya Zidan, “gue aja nih ya yang cuma liatin lo dihukum aja sampai bosen lho,” lanjutnya.

“Hobby gue mah dihukum, dari pada hobby kok gangguin gue,” ledek Zahra kesal.

“Oh jadi gitu,” jawab Zidan sambil menunjukkan lolipop ke depan pintu toilet, “yaudah gue pensiun aja deh jadi teman lho, bye Zahra.” Lanjut Zidan yang membuat Zahra kesal.

“Ihh Zidan, ngacamnya kok pakai lolipop sih?” tanya Zahra, “gue kan ga bisa nolak kalau itu,” regek Zahra dengan ekspresi khas seperti anak-anak.

Zidan seketika tak peduli dengan rengekkan Zahra, “bodo amat,” ucapnya yang kemudian berjalan meninggalkan Zahra.

Disaat Zahra ingin mengejar Zidan, tanpa sengaja ia terpleset dan menoreskan luka di siku tangan kanannya. “AAA, ZIDAAAAN!” teriak Zahra yang seketika menghentikan langkah kaki Zidan.

Kira-kira apa ya yang Zidan lakukan ketika melihat Zahra terjatuh? 🤔

SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

Jangan lupa di follow ya teman,😉

IG : @febiayeni21

FB : Febi Ayeni

Terpopuler

Comments

iamrainyshah

iamrainyshah

Ah namanya keingat Laura.

2020-04-30

2

Noe larassati

Noe larassati

ceritanya seru😇. semangat up
mampir novelku juga ya

2020-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!