Zahra menjalankan hukuman

Zidan membalikkan badannya ke belakang, “ZIDAAANNN, HUU!” panggil Zahra dengan rengekkan.

“Hhh, HAHAHA,” tawa Zidan pecah melihat Zahra yang sedang meringis kesakitan.

“Ck, Zidan bukannya bantuin malah ngetawain gue,” ujar Zahra sambil ngelus-elus sikunya yang terluka.

Zidan berjalan mendekati Zahra dan membantu agar Zahra kembali berdiri, “makanya jalan itu pakai mata Ra,” ucap Zidan.

“Jalan ya pakai kaki Zidan, jalan pakai mata yang ada tu mata buta kali,” jawab Zahra ketus.

“Iya juga ya,” ucap Zidan sambil membuka bungkus lolipop yang ia pegang.

Disaat Zidan ingin mengigit lolipopnya, tiba-tiba Zahra langsung menahan tangan Zidan untuk menjauhi lolipop tersebut, “ZIDAN!” pekik Zahra yang dibalas tatapan kebingungan oleh Zidan. “Lo itu nggak boleh makan lolipop tau,” lanjut Zahra yang kemudian melepas paksa lolipop tersebut dari tangan Zidan.

Zidan menekuk wajahnya kesal, “dikit aja boleh kali Ra, gue kan juga pengen!” pinta Zidan.

“Nggak boleh,” Zahra membesarkan kedua bola matanya kepada Zidan yang menimbulkan kesan seram.

“Pelit amat sih Ra,” jawab Zidan kesal.

“Gue nggak mau lo sakit lagi Dan,” ucap Zahra dengan penuh kekhawatiran.

Zidan seketika menatap wajah Zahra yang terlihat sangat khawatir itu dan kemudian Zidan tersenyum. “Ngapa lo senyum-senyum gitu?” tanya Zahra dengan menyembunyikan rasa malunya.

Zidan kemudian mencubit kedua pipi cubby Zahra, “lo tu lucu amat sih Ra kalau lagi khawatir gitu,” ucap Zidan.

Zahra melepaskan tangan Zidan dari wajahnya, “biasa aja kali,” jawab Zahra. Zahra lalu berjalan mendahului Zidan dengan pipi yang sudah mulai memerah.

Disaat Zidan ingin memanggil Zahra, tiba-tiba saja ia merasakan sakit yang berasal dari dadanya. Zidan meletakkan tangan kanannya di dada untuk menahan sakit yang ia rasa. Zahra yang sudah sangat jauh dari jangkauannya tiba-tiba menyadari bahwa Zidan sudah tidak lagi mengikutinya. Zahra membalikkan badannya, Zahra sangat terkejut ketika mendapati Zidan yang tengah membungkukkan badannya. Zahra kemudian berlari, “ZIIDAAAAANN,” teriak Zahra histeris. Zidan yang menyadari Zahra menghampirinya, dengan paksa ia melepaskan tangan yang menahan dadanya.

Zahra mengelus punggung Zidan, “Dan lo nggak apa-apa, kan?” tanya Zahra khawatir.

“Gue nggak apa-apa kok,” jawab Zidan yang masih membungkuk.

“Terus lo ngapain bungkuk-bungkuk gitu?” tanya Zahra yang mulai sedikit lega.

“Gue nyari sesuatu Ra,” jawab Zidan.

“Cari apaan dah paling juga nggak penting,” ucap Zahra dengan menyilangkan kedua tangan didadanya.

Zidan tiba-tiba membentuk simbol love dari tangan kanannya dan memberikan kepada Zahra, “cari ini,” jawab Zidan tersenyum.

Rasa bahagia yang hadir di hati Zahra membuatnya tersipu malu, “sa ae lo Dan,” ucap Zahra sambil menyingkirkan tangan Zidan dari hadapannya.

Zidan tersenyum lalu merangkul pundak Zahra santai. Zidan merangkul Zahra bukan dalam artian ia semena-mena terhadap Zahra, namun Zidan melakukan itu sebab ia tak sanggup berjalan tanpa bantuan saat ini.

“Ra, kantin yuk haus gue!” ajak Zidan.

“Yaudah yuk,” sahut Zahra yang kemudian memegang tangan kanan Zidan yang merangkulnya.

Sesampainya Zidan dan Zahra di kantin, Zidan langsung cepat-cepat duduk di salah satu kursi kantin. Zahra bingung melihat Zidan yang tak biasa seperti ini. “Dan, are you ok?” tanya Zahra yang kemudian duduk di samping Zidan.

“Pesanin gue minum dong Ra, jus alpukat tapi nggak pakai gula!” pinta Zidan.

“Itu aja?” tanya Zahra dengan tatapan khawatirnya melihat Zidan seperti ini.

Zidan mengangguk kepalanya, “sama bakso!” pinta Zidan.

“Oke, lo tunggu bentar ya!” pinta Zahra sambil menepuk pelan pundak Zidan. Zidan hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah Zahra pergi untuk memesan makanan dan minumannya, Zidan diam-diam mengambil obat dari saku celananya dan kemudian ia meminumnya dengan bantuan air putih yang ada di atas meja kantin. Lima menit kemudian, Zahra pun datang dengan membawa pesanan Zidan. Kini Zahra mulai sedikit tenang melihat Zidan yang tidak segelisah tadi.

Zahra tersenyum sembari meletakkan pesanan Zidan di atas meja, “pesanan datang pangeran,” ucap Zahra.

“Terimakasih bidadari tomboy,” jawab Zidan yang membuat Zahra tersipu malu.

“Dan, lo tadi kenapa sih? Kok gue liat gelisah gitu?” tanya Zahra yang kemudian mencuri bola-bola bakso milik Zidan.

PUUKK

Zidan menepuk pelan tangan Zahra yang mengambil bola-bola bakso miliknya dengan menggunakan tangan kiri. “Kebiasaan amat sih makan pakai tangan kiri,” ucap Zidan dengan tatapan sinisnya, “GANTI!” perintah Zidan tegas.

“Galak amat sih Dan, kayak papa gue aja,” jawab Zahra yang kemudian memegang sendok dengan tangan kanannya.

“Gue tu galak gini biar nanti kalau lo udah nikah, suami lo nggak mau poligami.” Ucap Zidan dengan penuh penekanan.

Zahra kemudian mengunyah bakso sambil menjawab ucapan Zidan, “jauh amat sih pikiran lo, Dan.” Jawab Zahra.

Zidan yang melihat Zahra berbicara sambil makan tanpa basa-basi langsung menutup mulut Zahra dengan tangan kanannya. “Zahra, bisa nggak sebelum ngomong habisin tu makanan dulu?” tanya Zidan tegas.

Setelah Zahra berhenti mengoceh, Zidan pun melepaskan tangannya dari mulut Zahra lalu berkata, “entar kalau gue nggak ada, siapa yang bakalan ngingatin lo, Ra?” tanya Zidan yang membuat Zahra seketika menjadi sedih.

“Emang lo mau ke mana?” tanya Zahra dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Zidan sejenak terdiam, “nggak selamanya gue bisa di samping lo, Ra dan nggak selamanya juga gue harus selalu ngingetin lo.” Jawab Zidan yang tak sanggup untuk menatap kedua bola mata Zahra yang sudah pasti ingin menangis itu. Zidan hanya terfokus dengan semangkuk bakso yang berada di depannya.

Zahra kemudian meraih paksa kedua tangan Zidan lalu berkata, “Dan, liat gue dulu!” pinta Zahra yang tak mampu menahan air matanya lagi. Dengan sangat terpaksa Zidan kemudian menatap kedua bola mata Zahra, “penyakit lo makin parah ya?” tanya Zahra.

Zidan kemudian mengalihkan pandangannya dan melepaskan genggaman tangan Zahra, “suatu hari nanti gue pasti pergi kan, Ra?” tanya Zidan yang sejenak menatap mata Zahra. “Sehat ataupun sakit gue pasti pergi Ra,” lanjut Zidan.

GUBRAAAKKKK

Tiba-tiba Hana memukul meja yang ada dihadapan Zahra dan Zidan. “Uluh uluh, sweet banget sih sampai nangis-nangis segala,” ledek Hana. Zahra langsung cepat-cepat menghapus air matanya.

Zahra kemudian berdiri menghadang Hana, “mau apa lagi lo?” tanya Zahra tegas.

“Ra,” Zidan memegang tangan Zahra agar tidak melakukan kekasaran lagi terhadap Hana.

“Pacaran kok di kantin, kayak nggak ada tempat lain aja,” ucap Hana yang kemudian pergi meninggalkan Zahra.

“Suka-suka gue dong,” sahut Zahra penuh emosi.

“Zahra, duduk!” pinta Zidan dengan lembut. Zahra pun akhirnya duduk.

“Ra, lo harus bisa kendalikan emosi lo!" pinta Zidan dengan tatapan penuh kekhawatiran terhadap Zahra.

“Dan, orang kayak Hana itu harus di kasih pelajaran,” tegas Zahra yang kemudian melipat kedua tangan didadanya.

Jangan lupa koment dibawah ini ya guys😉

SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

Jangan lupa di follow ya teman,

IG : @febiayeni21

FB : Febi Ayeni

Terpopuler

Comments

Ana Ana

Ana Ana

💪💪👍

2024-07-07

0

Nurjana

Nurjana

lanjuttttt

2020-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!