Lila lalu masuk ke dalam kamar dan tak lupa ia menutup pintu kamar agar Andra tidak bisa masuk tanpa seizinnya. Tubuhnya perlahan melemah, hanya pintu yang dapat menjadi tubuhnya bersandar. Lila menangis sejadi-jadinya.
Andra berjalan menuju pintu kamar mereka. Andra lalu mengetuk pintu, berharap Lila mau membukakan pintu untuknya.
Tok tok tok!
“Sayang, buka pintunya sebentar!” perintah Andra, akan tetapi Lila tak kunjung membuka pintu untuk Andra.
“Aku mau jelasin semuanya, tolong buka ya!” pinta Andra berharap Lila akan membukakan pintu untuknya. Namun, lagi-lagi itu hanya menjadi harapan Andra semata.
Dengan semua rasa penyesalan di dalam diri Andra, membuatnya tak mampu berdiri tegak seperti sebelumnya. Perlahan tubuhnya mulai menjadikan pintu kamar ia dan sang istri sebagai topangan untuk tubuhnya yang melemah. Andai saja ia tahu kalau hari ini adalah hari yang paling mereka nanti-nanti, ia akan menunda pengakuan yang sangat menyakitkan untuk Lila.
Bersandarkan pintu yang sama, Andra dan Lila menangis dengan pemikiran yang berbeda-beda. Andra dengan pemikiran negatifnya bahwa Lila akan menggugat cerai dirinya, dan Lila yang meragukan kasih sayang Andra kepadanya. Di balik pintu yang sama, dua insan yang saling mencintai sedang berperang dengan pemikiran-pemikiran mereka masing-masing.
Setelah dua puluh menit berlalu, Lila akhirnya bangkit dari sandarannya. Lila berjalan menuju lemari untuk mengambil koper berukuran sedang sebagai tempat untuk beberapa pakaiannya. Perasaan yang tak kian mereda, memberikan sugesti kepada kedua matanya untuk terus menangisi masalah ini.
Setelah selesai memasukkan pakaian dan perlengkapannya ke dalam koper, Lila kemudian menurunkan kopernya ke lantai agar ia lebih mudah membawanya.
KLEKK!
Dengan perasaan campur aduk, Lila menarik gagang pintu untuk membuka pintu. Andra yang menyadari pintu mulai terbuka langsung berdiri menghadap pintu yang dari tadi ia belakangi. Lila tidak memperdulikan Andra yang kini berada di depan pintu kamar mereka. Tanpa menoleh sedikitpun kepada Andra, Lila berjalan sambil menyeret kopernya.
“Kamu mau ke mana?” tanya Andra sambil mencekal tangan kanan sang istri.
“Lepasin!” perintah Lila tanpa menjawab pertanyaan Andra.
“Nggak, aku nggak bakalan lepasin tangan kamu sebelum kamu jawab pertanyaan aku.” Jawab Andra menatap sosok sang istri dengan penuh pengharapan agar Lila mengurungkan niatnya untuk pergi.
Lila lalu menatap tajam kedua bola mata sang suami dengan rasa kecewanya yang teramat dalam seraya berkata, “emangnya penting sama kamu, aku mau pergi ke mana?”
Andra kemudian meraih tangan kiri Lila yang memegang koper. Tangan kiri Lila yang tidak terlalu kuat memegang koper, membuat Andra dengan mudah untuk meraihnya. Kini Andra telah berhasil menggenggam kedua tangan Lila. Lila yang sejujurnya merasa takut dengan Andra terpaksa menuruti perintah tubuhnya untuk berhadapan dengan sang suami.
“Kamu itu istrinya Mas, sayang.” Jawab Andra yang kemudian menghapus lembut butir-butir mutiara milik sang istri.
“Ke manapun kamu pergi, kamu harus izin dulu ke Mas, kan Mas suami kamu.” Ucap Andra dengan penuh kelemah lembutan sehingga membuat Lila mudah sekali terhanyut dalam aura positif Andra. Detik selanjutnya Andra melepaskan genggaman tangannya dan kemudian langsung memeluk Lila, karena Lila akan lebih tenang kalau berada dalam pelukannya.
Lila yang terhanyut dengan perlakuan manis Andra seakan lupa dengan niatannya untuk pergi. Ketika Andra dan Lila sedang saling melepaskan beban pikiran mereka dengan cara berpelukan, tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya datang dengan membawa beberapa makanan. Wanita paruh baya itu tak lain adalah ibunda dari Lila dan mertua dari Andra. Wanita yang memakai baju gamis berwarna coklat yang dipadukan dengan hijab berwarna senada ini tersenyum saat mendapati anak dan menantunya sedang berpelukan.
Lila yang menghadap ke pintu utama membuatnya cepat menyadari kedatangan sang ibunda. Lila lalu melepas pelukan Andra dan berlari menghampiri ibundanya.
“Bunda!” Farida yang mengetahui putrinya akan menyerobot memeluknya segera meletakkan beberapa makanan yang ia bawa di lantai saat mendengar Lila berteriak menyebutnya. Lila yang sangat merindukan sang ibundanya langsung memeluk erat wanita hebat di hidupnya itu. Farida pun membalas pelukan putri semata wayangnya dengan penuh kehangatan.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Farida karena tak biasanya Lila memeluknya seerat ini.
Tanpa Lila sadari air matanya mengalir deras membasahi pundak sang ibunda.
“Lila kangen banget sama bunda,” jawab Lila yang sebenarnya sedang merasa sangat dikecewakan oleh sang suami yang sangat ia cintai.
Farida tersenyum, ia tahu bahwa ada yang tidak beres antara putrinya dan menantunya itu. Namun, Farida berpura-pura tidak mengetahuinya. Ia sangat mengenal sifat Lila, Lila tidak akan bercerita apapun kepadanya dalam kondisi seperti ini. Lila akan menceritakan semuanya ketika ia sudah mulai sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
Andra yang terkejut mendapati mertuanya, semakin dipenuhi perasaan campur aduk. Andra mengacak-ngacak rambutnya, karena merasa pusing dengan masalah yang entah akan selesai dengan kondisi seperti apa. Namun, sebagai pemimpin rumah tangga, Andra mencoba untuk tetap bersikap biasa saja. Andra kembali merapikan rambutnya yang sempat ia acak-acak tadi. Andra lalu berjalan menghampiri dua wanita yang masih saling berpelukan.
“Bunda apa kabar?” tanya Andra sambil menampilkan senyum semanis mungkin di depan sang mertua.
Farida melepaskan pelukan sang putri, dan Andra sebagai menantu yang penuh sopan santun langsung mencium tangan kanan mertuanya.
“Alhamdulillah sehat nak Andra,” jawab Farida sambil mengusap-usap pundak menantu kebanggaannya itu.
“Kamu sendiri apa kabar nak Andra?” tanya Farida.
“Alhamdulillah sehat bun,” jawab Andra yang sudah melepaskan tangan mertuanya.
“Masuk dulu bun!” pinta Andra, “bawaan bunda biar Andra yang bawakan ke meja makan,” ucap Andra memberikan bantuan untuk sang mertua. Ya, Andra sudah sangat tahu dengan apa yang ibu mertuanya bawa, karena pakaian dan perlengkapan mertuanya memang sudah mereka lengkapi di rumah ini. Maka dari itu Farida hanya akan membawa makanan-makanan kesukaan putri dan menantunya saja.
Selama beberapa detik berjalan menuju meja makan, bunda Lila terus berpikir kondisi putri dan menantunya yang terlihat tidak sedang baik-baik saja. ‘Ada apa dengan mereka?’ batin Farida yang mulai curiga.
Setelah sampai di meja makan, Andra, Lila dan Farida melakukan ritual sarapan pagi, karena jujur saja mereka belum sempat sarapan dari tadi. Tidak ada satu kalimat pun yang muncul dari bibir mereka bertiga. Suasana canggung menjadikan Lila dan Andra memilih untuk sama-sama tidak memulai percakapan apapun. Kecanggungan ini terlihat jelas dari sorot mata mereka masing-masing, terutama sepasang suami istri yang ada di hadapan dan di samping Farida. Tentu saja semua ini tak lepas dari pandangan Farida sebagai orang tua dan mertua mereka.
“Kalian berdua kenapa?” tanya Farida mencoba memecahkan keheningan sejak beberapa saat lalu.
Andra dan Lila saling bertatapan, dan detik selanjutnya mereka menjawab secara bersamaan, “nggak kenapa-kenapa kok bun.”
Farida menatap mata Andra dan Lila secara bergantian mencoba mencari kebenaran dari keduanya. Farida yang sudah tahu dari awal ia melihat sikap kedua anaknya yang saling canggung ini pun menyadari bahwa Andra dan Lila sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
“Setiap keluarga itu pasti punya masalah, baik kecil maupun besar,” ucap Farida yang kemudian mengelap mulutnya setelah berhasil menghabiskan sarapannya.
“Apalagi lima tahun awal pernikahan, itu ujiannya subhanallah berat sekali,” lanjut Farida setelah sejenak flashback ke awal pernikahannya dengan almarhum ayahnya Lila. “Ada yang masalahnya ekonomi, ada juga masalah keturunan, bahkan ada juga masalah kesetiaan.”
Mendengar kata KESETIAAN sontak membuat Andra dan Lila saling melempar pandangan. Mereka sangat terkejut saat mendengar ucapan sang ibunda yang begitu sesuai dengan kondisi permasalahan mereka saat ini.
...Bersambung.......
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,
IG : @febiayeni21
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments