Zahra yang merasa tidak mendapati keadilan dari mama Amira, terus menggerutu kesal.
"Enak banget sih jadi Zidan," gerutu Zahra sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kedua tangannya.
"Iya sih yang mecahin gue, tapi kan gue juga nggak minum airnya juga plus gue nggak minta lagi. Awas aja lo ya Dan," celetuk Zahra.
"Duh, ni matahari ngapa sih harus bercahaya di depan gue," omel Zahra yang kemudian membalikkan badannya membelakangi rumahnya agar ia pun membelakangi matahari yang sedang terik-teriknya.
Setelah sekitar sepuluh menit berdiri di bawah sinar matahari, Zidan dan Amira pun datang dengan membawa kue ulang tahun untuk Zahra dan tak lupa mereka menyanyikan lagu ulang tahun versi Zahra.
"Happy birthday Zahra, happy birthday Zahra, happy birthday Zahra."
Zahra berbalik menghadap mama dan sahabatnya. Kedua bola mata Zahra mulai berkaca-kaca.
"Mama, Zidan."
Amira dan Zidan tersenyum. Amira lalu merangkul pundak Zahra dan kemudian mengecup kening Zahra seraya berkata, "happy birthday ya kesayangan mama."
Air mata Zahra akhirnya jatuh dan membasahi pipinya. "Makasih ya ma," ucap Zahra sambil memeluk mamanya yang sedang memegang kue ulang tahun Zahra dengan tangan kirinya. Melihat Amira yang sedikit kesulitan memegang kue, Zidan langsung berinisiatif untuk mengambil kue ulang tahun Zahra.
"Sini tan, biar Zidan aja yang pegang kuenya!" pinta Zidan dan hanya di balas senyuman hangat dari Amira.
"Maafin mama ya sayang jadi buat kamu panas-panasan gini," ucap Amira yang kemudian mengelus lembut rambut Zahra.
Zahra tersenyum dengan air mata yang mengalir dipipinya. "Iya ma, Zahra yang harusnya minta maaf udah mecahin gelas mama."
"Yaudah kita di dalam aja makan kuenya, yuk!" perintah Amira sambil merangkul Zahra dan Zidan secara bersamaan.
"Zahra tinggalin aja nggak apa-apa kok tan, udah biasa dia berjemur," ledek Zidan dan kemudian tertawa kecil.
Dengan sengaja Zahra mencolek krim pada kue ulang tahunnya dan mengoleskannya ke wajah Zidan.
"Kena lo, wekk!" ejek Zahra menjulurkan lidahnya sedikit.
"Awas lo ya!" ancam Zidan yang terlihat pasrah karena harus memegang kue ulang tahun Zahra.
"Bodo amat," jawab Zahra yang kemudian berlari memasuki rumah.
Amira tertawa kecil melihat aksi kedua anaknya ini, ya meskipun Zidan hanya sahabat Zahra, akan tetapi terlihat jelas Amira juga memperlakukan Zidan seperti anaknya sendiri.
"Sini kuenya biar tante aja yang pegang!" pinta Amira yang merasa kasian melihat Zidan tidak bisa membalas Zahra karena sedang memegang kue ulang tahun Zahra.
"Nggak usah tante biar Zidan aja," tolak Zidan tak enak hati.
Amira lalu mengambil paksa kue ulang tahun Zahra, "udah sana keburu Zahra ilang loh!" perintah Amira.
"Makasih ya tan," ucap Zidan kegirangan.
"Iya sama-sama," jawab Amira yang sudah memegang kue ulang tahun Zahra.
Zidan dan Zahra akhirnya saling mengoleskan krim ke wajah lawan secara paksa-memaksa. Zahra dan Zidan terlihat sangat gembira hari ini. Begitu pula Amira yang melihat keharmonisan mereka berdua.
...***...
Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan bagi rata-rata siswa/siswi SMA Cendrawasih atau lebih tepatnya hari yang paling menyebalkan bagi seluruh anak sekolahan. Ya, hari ini tak lain adalah hari senin. Hari rutinitas mingguan untuk melakukan upacara bendera. Hanya segelintir siswa/siswi yang bersemangat menyambut hari ini, akan tetapi siswa/siswi itu bukan termasuk Zahra. Ya, berbeda dengan Zidan yang memiliki jiwa nasionalisme yang sangat tinggi, Zahra justru berada di barisan para siswa/siswi yang seperti tidak niat sekolah. Seperti hari Senin sebelum-sebelumnya Zahra selalu terlambat.
"Yaah, telat lagi gue," gerutu Zahra saat melihat pintu gerbang sudah tertutup.
"Kenapa sih gue selalu telat hari Senin? kenapa nggak hari Minggu aja?"
"Hari Minggu libur neng," sahut seorang laki-laki yang sedang duduk menikmati makanannya di belakang SMA Cendrawasih. Ya, tadinya Zahra ingin memilih untuk masuk dari belakang pagar sekolah. Namun, harapannya menjadi pupus ketika melihat bakso pakde Narto.
"Terlambat lagi neng Zahra?" tanya pakde Narto yang sedang sibuk merapikan dagangannya.
"Iya pakde," jawab Zahra yang duduk di kursi sebelah laki-laki yang menyambar ocehannya tadi.
"Baksonya satu ya pakde!" pinta Zahra dengan raut wajah yang sangat kusut seperti baju belum di setrika.
"Siap neng Zahra," jawab pakde Narto semangat.
"Anak baru ya?" tanya laki-laki di sebelahnya. Laki-laki berumur sekitar dua puluh satu tahun yang tentunya tidak memakai seragam sepertinya.
"Nggak," jawab Zahra sedikit ketus. Ya, itulah Zahra jika sedang badmood, tidak peduli dengan orang di sekitarnya terutama kepada orang yang tidak ia kenal.
"Ini neng baksonya," ucap pakde Narto sambil memberikan semangkuk bakso kehadapan Zahra.
"Neng Zahra ini cuma setiap hari Senin ke sini mas Arka, kalau selasa sampai Sabtu neng Zahra libur ke sininya." Ucap pakde Narto menjawab pertanyaan dari Arka untuk Zahra.
Arka, pemuda tampan pemilik Arkara Coffee yang berada tepat di seberang SMA Cendrawasih. Kafe yang baru buka sekitar sepuluh hari yang lalu. Sejak pertama kali kafenya buka, Arka sudah memilih untuk mencoba bakso pakde Narto dan ternyata ia sangat menyukai bakso buatan pakde Narto, sehingga tidak heran jika pakde Narto sudah mengenal Arka, karena Arka sudah menjadi pelanggan setia pakde Narto yang baru.
Zahra yang bersikap dingin kepada Arka membuat Arka geleng-geleng kepala. 'Kok ada ya cewek kayak ni anak,' batin Arka.
Zahra yang sangat ceroboh dalam memasukkan cabe ke mangkuk baksonya, tiba-tiba saja tersedak karena kepedasan. Dengan spontan Zahra menyerobot air mineral milik Arka. Arka terkejut saat melihat Zahra mengambil air mineral miliknya dan langsung menghabiskannya.
"Ah," Zahra mengelap mulutnya dengan lengan bajunya.
Zahra yang mendengar bel tanda upacara selesai dan pelajaran selanjutnya akan di mulai, dengan tergesa-gesa untuk segera pergi. Zahra yang melihat tampilan Arka seperti bukan anak sekolah, langsung mengambil kesempatan untuk memanfaatkan moment ini.
Zahra menepuk pelan pundak Arka sambil tersenyum, "Kak tolong bayarin ya!" pinta Zahra.
Arka terkejut dengan perubahan sikap Zahra yang berubah seratus delapan puluh derajat.
"Apa?" tanya Arka untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar.
Zahra kembali tersenyum, "kakak pasti bukan pengangguran, kan?" tanya Zahra.
"Ii-iya," jawab Arka terbata-bata.
"Kalau gitu jangan lupa bayarin bakso Zahra ya Kak!" pinta Zahra sambil menepuk pundak Arka sebanyak dua kali.
"Nan-" belum sempat Arka menyelesaikan ucapannya Zahra langsung memotongnya, "makasih kak Arka!" teriak Zahra yang sudah menjauh.
Pakde Narto terkekeh melihat ekspresi lucu Arka seperti orang habis terkena hipnotis.
"Yang sabar ya mas Arka," ucap pakde Narto sambil membereskan mangkuk bakso Zahra tadi.
"Tu anak memang aneh ya pakde?" tanya Arka sambil menuang air mineral ke gelas bekas Zahra.
Pakde Narto tersenyum, "neng Zahra itu lebih tepatnya unik mas Arka. Dari sekian banyak pelanggan pakde, cuma sama mas Arka dia berani minta di bayarin."
"Masa iya pakde?" tanya Arka yang mulai penasaran dengan keunikan gadis SMA itu.
Pakde Narto menganggukkan kepalanya. "Iya mas Arka."
...Bersambung.......
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,
IG : @febiayeni21
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rindu Novita
hayuk thor up lagi, seru ceritanya
2022-10-18
0