Gara-gara gelas pecah

Zahra akhirnya menuruti perintah Zidan tanpa melakukan protes lagi. Zahra yang merasa sangat senang berteriak kegirangan tanpa peduli dengan penghuni-penghuni yang berada di komplek Pelangi ini.

"Lets go!" teriak Zahra dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Tanpa mereka sadari ternyata Zahra masih memegang gelas air minum tadi di tangan kanannya.

Zidan mulai mengayuh sepeda milik Zahra dengan perlahan-lahan. Zahra terlihat sangat bahagia saat ini, bahkan ini adalah hal yang paling bahagia di sepanjang sejarah hidupnya.

'Gue nggak akan pernah melupakan moment bareng lo ini, Dan.' Batin Zahra.

'Gue nggak peduli Ra, lo bakal jadi milik siapa nanti. Gue hanya berharap gue bisa terus bahagiain lo kayak gini, Ra.' Batin Zidan, ia berjanji kepada Zahra meskipun tak terucap dibibirnya.

"YUUHUUUU, TERIMA KASIH TUHAN!" teriak Zahra sambil melambai-lambaikan kedua tangannya meskipun tangan kanannya masih memegang gelas.

"HAPPY BIRTHDAY MY LITTLE FAIRY!" teriak Zidan yang tak kalah menggelegar di komplek Pelangi ini.

"THANK YOU VERY MUCH MY BIG FAIRY!" sahut Zahra asal.

Zidan yang merasa aneh dengan kata-kata Zahra seketika menghentikan sepedanya.

"Big fairy?" tanya Zidan merasa aneh. Ya, kata-kata itu adalah kata-kata yang baru saja Zahra karang.

"Ya kan, lo bilang gue peri kecil, ya berarti lo peri besar dong." Jawab Zahra ketika Zidan telah memutar badan ke belakang menghadap dirinya.

Zidan menepuk jidaknya, "yaudah terserah lo deh," sahut Zidan tak mau ambil pusing. Detik selanjutnya Zidan membalikkan badannya seperti semula.

"Are you ready?" tanya Zidan yang mulai bersiap-siap untuk kembali mengayuh sepedanya seperti layaknya peserta lomba sepeda pada umumnya.

Zahra yang sangat bersemangat langsung berdiri menginjak pijakan yang terletak di bagian bawah tempat duduknya. Agar tidak terjatuh tak lupa Zahra melingkarkan kedua tangannya ke leher Zidan.

Zidan terkejut saat melihat gelas air minum yang mengenai dagunya. Zidan menarik napas dari hidup lalu menghembuskannya melalui mulut.

"Ayo cepetan jalan!" perintah Zahra yang sudah tidak sabar untuk kembali di bonceng.

"Ni gelas bisa nggak dijauhi dari dagu gue!" perintah Zidan sambil melirik gelas di tangan Zahra.

Zahra terkekeh, "hehe maap." Detik selanjutnya Zahra turun dari sepedanya dan kemudian melempar gelas tersebut ke dalam got.

PRANG!

Gelas tersebut pecah dengan sangat aesthetic. Zidan menatap Zahra dengan tatapan terkejut, sedangkan Zahra dengan sangat santai kembali duduk di boncengan sepedanya.

"Kuy lanjut!" seru Zahra antusias, "gelasnya udah gue buang," sambung Zahra dengan sangat santai. Namun, detik selanjutnya Zahra tersadar dari lamunannya, "eh!" Zahra menatap Zidan dengan tatapan terkejutnya.

"Eh!" Zidan sponta mengikut ucapan Zahra.

Zidan dan Zahra saling melempar pandangan seraya berkata, "Gelasnya!"

Zidan mengangkat kedua tanganya, "bukan salah gue ya," ucapnya sebelum Zahra menyalahkannya.

"Kan lo yang nyuruh," jawab Zahra dengan mata berbinar-binar.

"Gue kan cuma nyuruh lo jauhin dari dagu gue, bukan nyuruh buang." Ucap Zidan berkilah.

Zahra kemudian mengeluarkan jurus wajah menyedihkannya dengan mengedip-ngedipkan matanya. "Zidan," rengek Zahra yang tentu saja berhasil membuat Zidan luluh.

"Ck, yaudah-yaudah gue yang tanggung jawab," ucap Zidan dengan sedikit berdecak kesal.

Zahra kemudian tersenyum lebar, "Makasih my big fairy."

"Yaudah buruan pegangan!" perintah Zidan kembali keposisi awal mengayuh sepeda.

"Siap bos!" seru Zahra yang merasa aman dari omelan mamanya nanti.

Setelah beberapa saat, Zidan dan Zahra sampai di pekarangan rumah Zahra. Zahra yang merasa akan aman dari omelan mama Amira, dengan santai berjalan memasuki rumahnya. Sedangkan Zidan mulai merasa deg-degan.

'Mampus gue, bakalan diomelin abis-abisan gue sama tante Amira,' batin Zidan.

"Assalammu'alakum," ucap Zahra tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Mama, Zahra pulang!" seru Zahra.

"Wa'alaikumsalam," jawab Amira seraya tersenyum manis kepada putrinya.

"Assalammu'alakum tante," ucap Zidan dengan menundukkan kepalanya.

"Wa'alaikumsalam Zidan," jawab Amira sangat kegirangan. Namun, detik berikutnya Amira menjadi khawatir dengan Zidan yang masuk dengan wajah tertunduk dan wajah yang mulai pucat.

Amira lalu berjalan mendekati Zidan. "Zidan are you ok?" tanya Amira seraya menaikkan dagu Zidan agar bisa menatapnya dengan jelas.

"Zidan baik-baik aja kok tan," jawab Zidan dan kemudian ia tersenyum kaku.

"Tapi kamu pucat loh," ucap Amira yang semakin khawatir dengan Zidan di tambah lagi Zidan sampai sekarang masih bergantung dengan obat-obatan.

"Zidan pucat bukan gara-gara sakit kok ma," sahut Zahra yang kemudian menghempaskan badannya di sofa.

"Terus Zidan kenapa Zahra?" tanya Amira.

"Pucat karena udah mecahin gelas mama," jawab Zahra tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Amira menghela napas panjangnya. "Ya ampun Zidan, kirain kenapa?"

Zahra yang sudah bersandar santai di sofa sontak terkejut dengan respon mamanya yang tidak mempermasalahkan gelasnya yang pecah.

"Kok mama nggak marah?" tanya Zahra sambil mengubah posisinya ke arah Amira dan Zidan yang masih berdiri.

"Kenapa harus marah?" jawab Amira kembali melempar pertanyaan kepada sang putri.

"Tau gitu Zahra nggak perlu bohong," celetuk Zahra dengan suara yang sedikit pelan.

Mendengarkan ucapan Zahra membuat Amira langsung duduk tepat di samping putrinya itu. "Bohong kenapa?" tanya Amira dengan pandangan mengintimidasi.

Tanpa menyadari keberadaan Amira, Zahra kembali menyandarkan tubuhnya yang lelah ke sofa. "Kalau sebenarnya yang mecahin gelasnya itu Zahra bukan Zi-" Zahra menghentikan perkataannya saat menyadari apa yang barusan ia perbuat.

"Bukan Zidan maksud kamu?" tanya Amira melanjutkan perkataan Zahra yang terpotong.

Zahra menatap Amira dengan sedikit senyum ketakutan. Zahra lalu merapikan duduknya seraya berkata, "Ee... nggak gitu ma," jawab Zahra dengan keringat dingin.

Amira menatap tajam kedua bola mata putrinya itu. "Kamu berdiri di luar, SEKARANG!" perintah Amira dengan memberi tekanan pada kata, sekarang.

"Tapi ma, kan di luar panas," rengek Zahra yang tak lupa menunjukkan wajah melasnya.

"Nggak pakai tapi tapian, ZAHRA!"

Zahra kemudian berdiri. "Mama nggak asik deh. Giliran Zidan aja nggak di hukum, giliran anak sendiri di hukum, mama pilih kasih," celetuk Zahra yang tak terima dengan keputusan Amira.

"ZAHRA LAKSANAKAN!" tegas Amira sambil menunjuk halaman depan yang sedikit terlihat dari pintu depan yang terbuka.

Zahra menekuk mukanya kesal, "sebenarnya yang anak mama itu Zahra atau Zidan sih?" tanya Zahra menggerutu.

"BURUAN!" tegas Amira sekali lagi.

"Iya iya," jawab Zahra kesal.

Zahra kemudian berjalan meninggalkan Amira dan Zidan dengan perasaan yang sangat kesal. Sedangkan Zidan yang dari tadi sedang menahan tawanya hanya bisa tersenyum tipis, hingga pada akhirnya Zahra sampai di halaman rumah tawa Zidan pecah. Amira yang juga berniat mengerjai putrinya itu juga ikut tertawa.

...Bersambung.......

SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

Jangan lupa di follow ya teman,

IG : @febiayeni21

FB : Febi Ayeni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!