"Ra, terserah lo ya mau ngikutin kata-kata gue atau enggak, yang pasti ketika gue nggak ada nanti lo harus bisa untuk hadapi semuanya dengan kepala dingin." Mimik wajah Zidan seolah ingin mengatakan, bahwa ia ingin hidup lebih lama lagi bersama Zahra. Namun, ia tak bisa berharap banyak mengenai penyakitnya yang terus mengusik kehidupannya.
Biaya operasi jantung yang sama sekali tidak murah membuat orang tua Zidan harus kerja sangat keras. Mira yang merupakan single parent tidak mampu bertindak banyak kepada kesembuhan Zidan. Akan tetapi, Mira selalu berusaha agar Zidan bisa tetap hidup sampai saat ini.
Melihat kondisi perekonomian keluarganya yang tidak stabil, sering membuat Zidan berpikir untuk memilih salah satu antara meneruskan pengobatan atau meneruskan sekolahnya. Namun, Mira bersikeras agar Zidan tetap meneruskan keduanya.
"Lo kenapa ngomong gitu sih?" tanya Zahra, "lo nggak akan pergi ke mana-mana, Dan. Kita akan tetap bersama-sama sampai kapan pun itu." Sambung Zahra meyakinkan Zidan.
Zidan menatap kedua bola mata indah Zahra sejenak. Ada harapan yang begitu besar yang Zahra tawarkan kepadanya untuk tetap melawan sakitnya.
"Ra, pulang sekolah nanti kita ke taman yuk!" ajak Zidan antusias.
Zahra merekahkan senyuman indahnya, "OKEY."
KRIINGG!!
Bel berbunyi menandakan pembelajaran akan segera di mulai. Zahra dan Zidan bergegas memasuki kelasnya masing-masing.
Zahra yang tak sabar menunggu jam pulang sekolah, tanpa sadar ia tidak memperhatikan penjelasan guru yang sedang mengajar di kelasnya.
"Zahra!" panggil guru yang terkenal killer di sekolah ini.
Zahra hanya tersenyum-senyum malu dengan imajinasi yang ia ciptakan sendiri. Ia bahkan tak sadar bahwa seluruh teman sekelasnya memperhatikannya.
Bu Yohana, pemilik julukan guru killer di sekolah SMA Cendrawasih ini mulai mengambil penghapus papan tulis.
"ZAHRA!" panggilnya sekali lagi. Namun, lagi-lagi Zahra tak mendengar panggilannya. Yohana mulai geram dengan ulah Zahra yang tidak seperti murid-murid lainnya.
Yohana yang memiliki stok sabar sangat tipis ini, segera menunjukan atraksi kebanggaannya dalam melempar penghapus papan tulis.
PLAAKK!!
Alat perang Yohana mendarat sempurna di atas meja belajar Zahra. Jelas hal ini membuat Zahra terbuyar dari lamunan yang sangat indah itu.
"Ma... maaf Buk," ucap Zahra dengan perasaan takut dan juga malu.
Yohana tersenyum sadis seperti pemeran antagonis dalam perfilman profesional Indonesia. Tanpa membuang beribu-ribu kosa kata, Zahra sudah menghafal arti dari senyuman sadis dari Yohana sang guru killer SMA Cendrawasih ini. Zahra berjalan perlahan melewati teman-temannya, dan tak lupa ia memberikan senyuman kepada Yohana sebelum keluar dari kelas.
"Permisi Buk!"
"Silahkan Zahra," sahut Yohana yang kembali tersenyum sadis, "kamu memang murid ibuk yang paling the best, Zahra." Yohana menepuk pelan pundak Zahra.
Langkah Zahra yang sudah sampai di ambang pintu tiba-tiba terhenti oleh panggilan Yohana, "Zahra!"
Dengan sangat cepat Zahra membalikkan tubuhnya menghadap Yohana, berharap hari ini mood Yohana lagi baik. "Iya buk," sahut Zahra tersenyum hangat kepada Yohana.
"Selamat ya, matahari kesukaan kamu sedang bersinar cerah siang ini." Ucap Yohana yang seketika melunturkan senyuman hangat Zahra.
Semua teman-temannya sontak menahan tawa, terutama Hana yang melihat moment-moment terbaik ini.
"Rasain lo," ejek Hana dari kejauhan. Meskipun Hana tidak mengeluarkan suara, tetapi sudah cukup bagi Zahra untuk mengerti ucapan Hana yang memberikan gerakan bibir dengan sangat jelas.
Zahra berbalik berjalan menuju tiang bendera dengan ekspresi wajah kesalnya. Sepanjang jalan Zahra hanya bisa menggerutu.
"Pantesan aja bentukannya sama, namanya aja sama-sama Hana, huff!" Zahra terus menggerutu dan menghela napasnya setelah sampai di depan tiang bendera yang sangat dekat dengan kelasnya.
"Ck, ni tiang bendera ngapain juga tumbuh di depan kelas gue sih!" tiang bendera yang tak hidup pun seakan menjadi pelampiasan kemarahan Zahra.
Hana yang tak ingin melewatkan moment ini pun mencuri-curi kesempatan untuk mengejek Zahra yang sedang melaksanakan upacara otodidak.
"Buk!" Hana memanggil Yohana sambil mengacungkan tangan kanannya.
Mendengar ada yang memanggilnya, Yohana yang sedang menyatat rumus-rumus Matematika langsung berbalik mencari sumber suara berasal. "Iya, ada apa Hana?" tanya Yohana.
"Izin ke toilet ya, buk." Sahut Hana yang menjadikan toilet sebagai bahan agar bisa keluar kelas sejenak.
"Silakan," jawab Yohana singkat.
Tanpa menunggu lama, Hana segera menjalankan misinya untuk memberikan asupan gizi untuk Zahra yang tengah menikmati panas matahari siang ini.
"Sutts, sutts!" Hana mengode Zahra yang sedang kepanasan.
"Apa lo?" tanya Zahra ketus.
"Kacian ya, ayangnya Zidan lagi dihukum," ejek Hana dengan suara pelan, tetapi pendengaran Zahra yang amat tajam mempermudah untuk mendengar apa yang Hana katakan.
"BUK HANA MINTA DIHUKUM JUGA NIH, DIA GANGGUIN SAYA!" teriak Zahra yang membuat Hana lari pontang-panting.
"ZAHRA BOHONG, BUK!" pekik Hana sambil berlari.
"Haha," Zahra tertawa puas melihat Hana lari ketakutan.
Yohana keluar dari kelas untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Ia melihat Zahra sedang tertawa dan Hana yang lari dengan kecepatan penuh. Yohana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah murid-muridnya. Yohana kemudian kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan pembelajaran.
Jangan lupa koment dibawah ini ya guys😉
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,
IG : @febiayeni21
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rindu Novita
semangat nulis nya ya Cen🥰
2022-10-12
0
Fatimah
semangat Zidan, kmu pasti bisa😊
2022-10-08
0
N. Yusta A
tiang benderanya udah berbuah kayaknya Ra😂
2022-09-09
0