Zidan sangat beruntung memiliki seorang sahabat seceria Zahra. Kecerian Zahra membuatnya semangat menjalani kehidupan ini. Ia selalu berdoa agar ada ataupun tidak ada dirinya nanti, Zahra akan tetap seperti Zahra yang seperti ini. Baginya semangat Zahra adalah semangatnya, sedihnya Zahra juga akan menjadi sedihnya juga.
Setelah cukup berkeringat mengayuh sepada barunya, Zahra kembali ke tempat Zidan duduk. Zahra menurunkan cagak atau penyangga sepedanya agar dapat tetap berdiri. Zahra lalu duduk di samping Zidan dengan meluruskan kedua kakinya dan menjadikan kedua tangannya sebagai penyangga dirinya yang setengah duduk dan setengah berbaring.
"Huff, huff, huff." Napas Zahra terdengar sangat ngos-ngosan seperti atlet yang baru selesai melakukan lari maraton sejauh sepuluh kilometer lebih.
"Huff, capek banget gue," ucap Zahra dengan napas yang masih belum beraturan.
"Lemah lo, gitu aja udah capek," ledek Zidan yang kemudian berjalan meninggalkan Zahra di tepian got.
"Mau ke mana lo?" tanya Zahra sambil mengibas-ngibaskan tangan ke mukanya.
Zidan sama sekali tidak menggubris pertanyaan Zahra, Zidan terus berjalan sampai akhirnya ia sampai di rumah megah Zahra.
"Assalammu'alakum," ucap Zidan dengan nada sedikit meninggi.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mama Zahra, atau yang akrab dipanggil tante kembaran bunda oleh Zidan.
"Tante, Zidan minta minumnya ya!" pinta Zidan yang sudah sampai di meja makan tempat Amira berada.
"Ambil aja Zidan," jawab Amira seraya tersenyum manis kepada Zidan.
Tanpa menunggu lama Zidan lalu menuangkan air ke dalam salah satu gelas yang berada di atas meja makan.
"Kamu udah sarapan Zidan?" tanya Amira.
"Udah tante," jawab Zidan dan tak lupa ia menghiasi bibirnya dengan senyum. Amira pun membalas senyum Zidan.
"Makasih ya tan, air minumnya," ucap Zidan.
"Iya Zidan," jawab Amira.
Setelah mendapat jawaban dari mamanya Zahra, Zidan langsung membawa segelas air putih yang masih terlihat sangat utuh. Ya, Zidan mengambil minuman ini bukan untuknya melainkan untuk sahabatnya, Zahra.
Baru beberapa langkah Zidan berjalan, Amira langsung menegur Zidan, "kok airnya gk di minum?" tanya Amira yang berhasil menghentikan langkah kaki Zidan.
Zidan tersenyum ke arah Amira. "Bukan buat Zidan tan," jeda Zidan, "ini buat peri kecil Zidan tan," sambung sambil mengangkat sedikit air yang berada dalam gelas tadi.
Amira hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar Zidan mengatakan putrinya sebagai peri kecil.
"Yaudah tan, Zidan temuin Zahra dulu ya tan," ucap Zidan dan Amira pun menganggukan kepalanya.
Setelah mendapat persetujuan Amira, Zidan langsung berjalan menuju tempat terakhir ia meninggalkan Zahra tadi.
Amira yang masih teringat ucapan anak tetangganya itu sebelum ia kembali bermain dengan sang putri, seketika mengulang ucapan Zidan yang membuatnya ikut tersipu.
"Peri kecil," gumam Amira yang merasa sedikit geli dengan teks tersebut.
Tanpa menunggu lama, Zidan akhirnya sampai di tempat Zahra duduk. Zidan kemudian menyodorkan air minum yang ia ambil tadi ke depan wajah Zahra.
"Nih minum!" seru Zidan yang berdiri di belakang Zahra.
Zahra menatap air minum di depannya dan detik selanjutnya Zahra menengadahkan kepalanya ke atas, tepat di mana matahari paginya di tutupi oleh Zidan. Melihat wajah Zidan seketika memberikan ketenangan di hatinya.
"Ra!" panggil Zidan yang lagi-lagi tidak di respon oleh Zahra.
'Ya Allah, sungguh sangat indah ciptaan-mu ini.' Batin Zahra saat menatap wajah Zidan seperti ini.
"Zahra!" panggil Zidan lagi sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Zahra yang masih menatapnya. Namun, untuk ketiga kalinya panggilan Zidan tidak di respon oleh Zahra. Zidan yang mulai merasa kesal kemudian duduk di samping Zahra, tetapi detik selanjutnya Zidan kembali menyodorkan air minum yang ada di tangannya kepada Zahra.
"Mau nggak?" tanya Zidan dengan kesabarannya yang mulai menipis.
Melihat Zahra yang seperti orang sedang terhipnotis membuat Zidan berinisiatif untuk langsung meneguk air minum yang selalu diabaikan Zahra.
Gluk Gluk Gluk
Zidan meneguk habis air minum tanpa jeda sedikitpun. Zahra yang sudah tersadar dari lamunannya tekejut saat melihat Zidan meneguk air minum itu tanpa melakukan jeda sedikitpun. Kedua bola mata Zahra terbelalak ketika Zidan berhasil menghabiskan air minum itu.
"Kok diabisin sih?" tanya Zahra menggerutu dengan wajah yang mulai ditekuk.
"Bodo amat, lagian siapa suruh ngelamun," sahut Zidan santai.
"Curang lo," ucap Zahra yang masih kesal karena Zidan telah menghabiskan air minum yang seharusnya untuk dirinya.
Zidan tersenyum melihat wajah Zahra yang imut saat sedang merajuk seperti ini. Zidan yang geram melihatnya refleks langsung mencubit salah satu pipi Zahra dengan tangan kirinya. Zahra menundukkan kepalanya. Ia berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah karena merasa tersipu dengan sikap Zidan kepadanya.
"Nih pegang!" perintah Zidan sambil menyodorkan gelas kosong kepada Zahra. Dengan sangat terpaksa Zahra menerima gelas kosong itu dengan kedua tangannya.
Zidan yang menyadari Zahra sedang menyembunyikan senyum malu-malunya seketika langsung meledek wanita yang ia sebut peri kecil itu.
"Kalau mau senyum, senyum aja kali," ledek Zidan seraya mencolek dagu Zahra.
Zahra yang tak mampu menyembunyikan rasa malunya langsung menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Detik selanjutnya, Zidan segera menaiki sepeda yang ia berikan untuk Zahra sebagai hadiah ulang tahun Zahra.
"Kuy naik!" perintah Zidan sambil menaikkan cagak atau penyangga sepeda Zahra.
"Ke mana?" tanya Zahra dengan sangat polos.
"Ck, udah lo ikut aja!" perintah Zidan yang sudah sangat siap untuk membonceng Zahra.
...Bersambung.......
SYUKRON, JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN WA JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA, WASSALAMMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.
Jangan lupa di follow ya teman,
IG : @febiayeni21
FB : Febi Ayeni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments