LAMARAN

Anggono menatap putrinya yang tengah menyiapkan makan malam untuknya. Almira sesekali mengusap peluhnya. Anggono menghela napas berat. pikirannya bercabang.

"Aku ayah yang jahat," pikirnya.

Dengan langkah tertatih ia mendekat meja makan, Almira langsung menghampiri dan menggandengnya.

"Hati-hati Yah ...," ujar Mira sambil menarik kursi dan mendorongnya sedikit agar sang ayah nyaman.

Makan malam mulai tanpa ada percakapan. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang beradu.

Selesai makan Anggono mulai percakapan.

"Om Suryo memintamu jadi menantunya. Apa kamu bersedia?" ujar Anggo tiba-tiba.

Hal itu membuat Almira seketika mematung. Hatinya mulai kalut. Otaknya mulai berpikir keras.

'Jangan-jangan ini persyaratan yang Om Suryo minta padaku?' terkanya dalam hati.

sedangkan dipikiran Anggono berharap. Putrinya menolak lamaran itu. Tapi jawaban Almira justru membuat Anggono tak percaya. Almira mengangguku menerima lamaran Suryo.

Anggono terdiam. Ia tak bisa memaksa putrinya untuk tidak menikah. ia pun mengelus kepala putrinya.

"Kalau begitu. Ayah akan menyiapkan semuanya."

******

Hari begitu cepat. rombongan pelamar datang. Panji mengenakan jas Koko warna hitam dengan list warna gold. Ia begitu tampan dan sempurna. begitu juga Suryo.

Suryo membawa kolega pentingnya. Kecakapan Almira tentang pembukuan telah menyebar. Semua memujinya. Kecuali Panji.

Almira turun dengan dress selutut tanpa lengan berwarna peach. Rambut yang tergerai dan riasan wajah yang hanya mengenakan bedak dan lipstik.

'Cantik ...,' puji pria tampan dalam hati.

Acara lamaran berlangsung dengan lancar. Almira menerima lamaran Suryo dengan wajah tertunduk.

(Syarat dari peminjaman uang kemarin adalah menikah dengan putraku.).

Begitu isi pesan Suryo. Almira hanya menatap datar layar ponsel yang kini sudah mulai pudar. Kadang ia tak jelas membaca tulisannya.

Dalam pertemuan lamaran. Suryo mendominasi percakapan. Ia tampak tahu sekali kelemahan Anggono dalam berbicara formal.

Almira pun tak bisa berbuat banyak. Ia juga ikut terdiam akan semua runtutan percakapan calon mertuanya itu.

Acara lamaran berakhir. Suryo dan Panji berikut rombongan telah pulang. Tinggal Almira yang memberesi semua ruangan. Mira telah mengganti bajunya dengan daster peninggalan sang ibu.

Ting tong ...

Terdengar bunyi bel. Almira membukanya.

"Iya ...''

Terlihat dua orang wanita di depan pintu.

"Maaf Nona, kami dari jasa pembersih rumah. Diminta untuk datang kemari membersihkan rumah oleh Pak Suryo," ujar mereka berbarengan.

Mira hanya melongo. Dengan sedikit menggeser tubuhnya. Kedua wanita tersebut masuk dan langsung mengerjakan tugas mereka.

Terkadang Almira membantu. Walau sedikit mereka melarang Almira membantu mereka. Rumah sudah bersih. Mereka pun pamit.

Almira hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Untung ayahnya telah tidur, hingga ia tak perlu menjelaskan perihal ini padanya.

Ting ...

Sebuah pesan singkat masuk.

(Papa menyuruhku mengajakmu makan malam. Jam tujuh malam nanti aku jemput. Jangan banyak tanya. Siapkan dirimu.).

Mira membesarkan bola matanya. Bibirnya berdecis.

"Cowo arogan!" sungutnya.

Ia memilih tak menjawab pesan itu. Tiba-tiba ponselnya berbunyi lagi.

(Kenapa nggak dibalas?)

'Apaan sih maunya?' gumamnya kesal.

Almira mengetik.

(iya).

ponselnya berbunyi lagi.

(Dasar tidak punya adab! dibalas hanya kata seperti itu!).

Lagi-lagi Almira membelalakkan matanya. Ia kembali mengetik.

(Kamu mau jawaban kaya apa?)

Sedangkan di ujung sana seorang pria tersenyum sinis. memilih mengabaikan pesan dari gadis yang mulai mengusik pikirannya secara tak sadar.

Ting ....

Ponsel Panji berbunyi. Sebuah notifikasi dari applikasi pesan muncul.

Jenny. (Sayang. Kita makan malam yuk.)

Wajah Panji menekuk. Ia sangat tidak suka dengan panggilan itu. Ia selalu memberi ultimatum pada wanita yang mendekatinya untuk tidak memanggilnya dengan sebutan itu.

Panji memilih untuk memblokir nomor Jenny. Sedangkan di tempat lain. tampak seorang gadis dengan rambut bercat pirang menunggu jawaban pesan dari sang pujaan. Ia tampak mendengus kesal karena jawaban tak kunjung datang. Ia berinisiatif menelpon pria pujaannya.

Matanya yang berlensa biru itu tampak kesal, karena ponsel yang ia hubungi telah memblokirnya. Ia menyambar tas bermerk miliknya. Lalu meninggalkan tempat itu dengan wajah cemberut.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

wah.. Mira... kamu harus swdiain stok sabar yg buanyakk.. selain buat menghadapi calon imam yg dingin² empuk itu, juga buat menghadapi kenyataan bahwa bakal banyak ulat atau ular yg bakal berkeliaran di sisi Panji si panci es... semangat...

2023-10-03

0

Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.

Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.

seneng jg sich sm panji yg lngsung nolak cwek yg mau dketin dy

2022-05-05

1

Nazla K. R

Nazla K. R

klo cwoknya gk mau jgn maksa

2022-02-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!