**Hari ini adalah wawancara pertama Almira. Ia nampak gugup sekali. Bekali-kali ia meremas jemarinya. Anggono melihat putrinya yang gugup.
"Tenanglah, Nak. Kau takkan dapat pekerjaan jika kau terlihat amatiran seperti itu," ujarnya memberi semangat.
Almira menghela napas panjang. Mengelus dadanya yang berdetak lebih cepat. Inilah kelemahannya dari dulu. Cepat panik. Benar kata ayahnya, ia terlihat seperti amatir.
"Tenangkan dirimu. Kuasai keadaan," lanjut Anggono memberi intruksi agar sang putri tenang.
Lambat laun Almira bisa menetralisir kegelisahannya.
"Ambil ini," ujar Anggono sambil menyerahkan pulpen.
"Jika kau panik. Pegang ia, terserah kau apakan. Itu milik Ibumu." Almira mengambil pulpen berwarna biru tua.
"Terima kasih Ayah. Mira berangkat dulu," ujarnya lalu mencium takzim punggung ayahnya.
"Berangkatlah dan hati-hati. Jangan lupa berdoa!" teriaknya.
"Iya Yah. Assalamu'alaikum!"
"wa'alaikum salam ...."
Almira datang tiga puluh menit sebelum wawancara. Hatinya sedikit berdebar-debar. Tapi dia ingat apa kata ayahnya. Almira menarik napas perlahan lalu mengucap basmallah.
Begitu ia disuruh masuk ruangan, pandangannya takjub ketika melihat seorang wanita usia empat puluhan mengenakan hijab motif bunga. Bersetelan jas abu-abu dan rok panjang berwarna hitam senada dengan baju kaos di dalam jas.
"Dengan siapa saya bicara?" tanyanya penuh wibawa.
"Saya Almira. Almira Primastuti."
"Baiklah Almira ... Silahkan duduk,"
Almira duduk di hadapan wanita berwajah bulat dan cantik itu.
"Saya lihat dokumen Anda di sini, bahwa Anda baru saja lulus kuliah jurusan management akutansi?"
"I-iya ... benar Bu."
"Berarti anda belum berpengalaman. Apa Anda siap bekerja dibawah tekanan?"
"Siap Bu."
Wanita itu terdiam beberapa saat. Ia membaca dengan teliti berkas yang ada di tangannya.
"Baik. Untuk sementara Anda kami beri training terlebih dahulu selama dua bulan ke depan. Jika Anda berkompetensi. Anda kami terima," ujarnya lalu mengambil kertas memo kemudian menulis sesuatu.
"Bawa ini ke departemen training. Anda bisa baca petunjuk setelah keluar dari ruangan Saya," lanjutnya.
Almira berdiri dan menerima kertas itu hati-hati. "Baik, Bu. Terima kasih."
Wanita itu pun mempersilahkan Almira keluar dari ruangannya. Almira membaca kertas yang ada di tangannya.
'Traning two month. Dept. Personalia to Dept. Work Trainer."
Almira mencari petunjuk di mana tempat yang disebutkan oleh wanita tadi. Almira menemukan sebuah randa panah ke sebelah kiri dengan tulisan di bawahnya "Dept. Training".
Almira pun berjalan sesuai petunjuk. Kemudian menemukan lagi ke sebelah kanan. Barulah ia menemukan ruangan yang ditunggui seorang pria kurus berkacamata.
Di atas pintu ruangan tersebut bertuliskan Dept. Training. Terdengar oleh Almira suara makian yang keras. Almira sedikit ciut. Tapi pria yang duduk di hadapannya melihat kertas yang ia pegang terjulur di hadapan pria itu tanpa sengaja.
Pria itu mengambil kertas itu. Sedikit terkejut Almira terhenyak dari lamunannya.
" Nama?" tanya pria itu datar.
"Almira Primastuti."
"Ikut Saya!" tegasnya.
pintu terbuka lebar. Terlihat oleh Almira begitu banyak kesibukan. Ada pria dan wanita yang tengah berkutat dengan komputer.
"Bagian akunting!" teriak pria kurus pada rekannya yang duduk di tengah ruangan.
Pria yang duduk tengah membaca sebuah laporan menatap tajam Almira. Dengan hanya menggerakan kepalanya. Pria kurus di sebelah Almira menyuruh Almira duduk di sebuah kursi kosong dekat jendela.
Almira duduk sedangkan pria kurus yang mengantarnya mendatangi meja pria yang duduk. Pria berkacamata mengambil setumpuk berkas dari sebuah loker tak jauh dari pria yang duduk. Tampak mereka berdua tengah berbincang.
Pria berkacamata itu mendatangi Almira dengan setumpuk berkas kemudian menyerahkannya.
"Kerjakan ini!" perintahnya.
Almira menerima berkas-berkas itu. Beberapa saat kemudian ia pun mulai fokus dengan pekerjaannya.
Tak sampai sepuluh menit Almira menyelesaikan susunan berkas. Memindahkan angka-angka ke konputer. Walau terkadang ia mengernyit.
"Ah!" keluh Almira.
"Ada apa?!" tanya pria yang duduk tak jauh dari nya.
"Ini Pak. Semua angka di sini sepertinya dimark up," jawab Almira.
"Apa?!" pria itu nampak terkejut lalu mendatangi Almira.
"Mana-mana?" tanyanya. Almira langsung menyodorkab berkas.
"Ini Pak. Saya tahu jika ini dimark up karena jumlah pemasukan awal tidak balance dengan ini, ini dan ini," jelas Almira sambil menunjuk beberapa poin mencurigakan.
"Ah ... Kau teliti sekali. Dari kemarin tidak ada yang berhasil menemukan ini. Kami memang tengah mencurgai akan adanya ini. Tapi tim kami tak bisa menemukan kejanggalan ini," jelas pria itu.
"Oh ya. Saya Hadi Aryono," ucap pria itu memperkenalkan diri. "Kamu bisa panggil saya Pak Hadi."
"Saya Almira Primastuti. Bapak bisa panggil Saya Mira."
"Baik Mira. Sekarang apa yang kamu butuhkan untuk mengungkap keganjilan ini?" tanya Hadi.
"Saya mau struktural keseluruhan keyangan tiga tahun belakangan Pak!"" jawab Almira tegas. "Beri saya waktu tiga hingga empat jam kedepan untuk mengungkap semuanya."
Hadi melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10.15. Berarti Almira akan melewati makan siang.
"Kamu yakin?" tanya Hadi ragu.
"Yakin Pak," jawab Almira tegas.
"Baik. Sekarang kamu buka file di komputer susunan keuangan perusahaan. Di sana tertera tahun-tahunnya. Kamu buat sendiri struturalnya dan harus selesai sebelum makan siang," perintah Hadi.
Almira melongo. "Apa akuntan sebelumnya tidak memberi laporan berupa struktural pertahunnya Pak?"
Hadi tersenyum kecut. "Saya baru tahu harus ada laporan itu."
"Saya baru bekerja dua tahun ini. Mungkin sebelumnya iya," lanjutnya.
Almira mengecek file perusahaan. Sedikit menghela napas panjang. Almira menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kenapa?" tanya Hadi lagi.
"Saya menemukan struktural terakhir tahun 2011. Berarti selama sembilan tahun perusahaan ini tak mengetahui perincian keuangan secara berstruktur," jelas Almira kecewa.
"Apa kamu bisa menyelesaikan hingga sebelum nakan siang?" tanya Hadi lagi.
"Saya usahakan Pak. Mungkin agak lewat sedikit," jawab Almira.
"Baik. Kerjakan sekarang," perintah Hadi.
Hadi meninggalkan Almira yang mulau fokus dengan pekerjaannya.
"Jika kamu butuh seusatu bilang saja!" teriak Hadi.
"Boleh saya minta buku besarnya Pak?!"
Hadi menggarukkan kepala. "Saya akan menyuruh staff akunting untuk mencarinya. Tunggu."
Hingga Almira nyaris selesai dengan pekerjaannya. Buku yang ia minta belum juga datang.
"Pak. Bukunya mana?!" teriaknya.
"Aarghh!!" hanya itu jawaban Hadi.
Almira mendengkus.
"Kamu makan siang saja dulu!" teriak Hadi.
Almira berdiri dari duduknya. Ia telah mematikan komputer. Kemudian ia pun pergi ke arah kantin yang berada di basemen kantor.
Ketika ia tengah menyantap makanannya. Ia melihat pria yang tak asing dipenglihatannya.
'Itu Panci eh Panji kan?' tanyanya dalam hati.
Panji datang bersama seorang wanita cantik berpakaian seksi. Wanita itu menggandeng tangan pria tampan itu dengan manja. Almira merinding melihat gaya wanita itu menggelayut.
'Apa ia sengaja merangsang Panji dengan menggosok payudaranya?' tanyanya geli dalam hati.
Panji mengedarkan pandangan. Tatapannya tertumpu pada gadis yang menatapnya nyinyir. Panji mengerutkan dahinya. Tersadar ia menatap gadis yang menggelayut di tangannya.
"Apa-apaan sih!" gerutunya pelan kemudian melepas tangan gadis yang menggelayut padanya.
Gadis itu mencebik.
"Sayang. Kita makan di restoran bintang lima saja yuk," ajaknya, "Aku sakit perut kalau makan di sini."
"Siapa sayangmu?" tanya Panji sedikit marah.
Sang gadis tergagap. "Maksudku ...."
"Ingat. Kau bukan apa-apa ku!" seru Panji perlahan. "Jadi jangan berharap berlebihan."
Si gadis hanya tertunduk tapi ia tetap mengekori kemana langkah Panji. Pria tampan itu risih. Sebenarnya ia ingin mendatangi gadis manis yang tengah menyantap makan siangnya. Tapi urung ia lakukan karena Monica bersamanya.
"Sepertinya Mira mendapat pekerjaan di sini. Biar nanti aku tanya Pak Sandy di departemen mana ia bekerja," ujarnya dalam hati.
Sedangkan Almira sibuk bertanya dalam hatinya. "Ngapain dia di sini? Apa dia kerja juga?". " Siapa cewe yang sama dia?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hehe.. oke juga tuh julukan buat si dingin.. PANCI.. 😂😆 semangat Mira...!! aku suka gaya mu..
2023-10-03
0
Win
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️ Kencang trus jangan kasih kendor
2023-06-08
0
ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
jangan tegang Almira..bnyk minum air putih jugaaa buat netralisir pikiran ,bahaya klo trll panik/khawatir mpek ubun ubun,mnding positive thinking
2023-06-06
0