PRIA SALJU JATUH CINTA

Panji gelisah. Ia tak dapat memicingkan matanya. Sedang Mira telah terlelap di sofa. Gadis itu menggeliat.

Bruk!

Almira sedikit mengaduh. Panji membelalakkan matanya ketika melihat wanita yang telah jadi istrinya itu tertidur kembali tanpa membetulkan posisinya.

Panji merasa kasihan. Ia mendekati Almira dan membopong tubuhnya.

'Enteng," batin Panji.

Setelah menidurkan Mira di atas kasur. Ia merebahkan diri di sebelah wanita itu. Panji tidur dengan posisi membelakangi Almira. Tapi ia membalikkan posisin kini tepat di hadapan gadis itu.

Panji menatap lekat. Wajah oval hidung mancung, bibir merah jambu. Cantik. Puji Panji dalam hati.

Entah kenapa wajahnya mendekati wajah istrinya itu. Sebuah kecupan manis mendarat di bibir mungilnya. Panji tak berniat melepas ciumannya.

Mira mendecak. Tak sengaja ******* bibir suaminya. Panji menjulur lidahnya. Tubuhnya terasa bergetar saat Mira mengatup bibirnya. Panji terdiam tak tahu mesti melakukan apa.

Lidahnya masih di dalam rongga mulut istrinya. Pria tampan itu mengeksplor rongga mulut wanita yang masih terpejam. Ketika lidahnya bertemu dengan lidah Almira. Panji tiba-tiba menghisapnya.

Almira terbangun. Ia tersentak saat ia sadar mulut Panji, suaminya menempel pada bibirnya. Ia coba memundurkan kepalanya agar melepas ciuman itu. Tapi pria dingin itu menahan belakang kepalanya.

Mira terdiam tak tahu harus bagaimana. Namun sensasi ciuman pertama ini menggelitik sanubarinya.

Entah siapa yang memulai. Mereka berdua kini bergelut dalam gelora asmara.

Keduanya menggelepar lelah saat mencapai klimaks. Almira menitikkan air mata. Ada rasa haru menyembul di dalam hatinya. Ia telah menyerahkan kehormatannya pada laki-laki yang telah sah jadi suaminya.

Panji berbaring menghadap istrinya. Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Almira yang terharu.

"Terima kasih sayang ...."

Ucapan Panji menggetarkan hati Almira. Kini ia sudah jatuh cinta sungguhan pada pria dingin itu, kemudian memeluk tubuhnya erat sebagai ungkapan terima kasih juga.

Mendapat pelukan hangat dari sang istri. Membuat Panji bergairah lagi. Sejurus kemudian Almira kembali menahan jeritan kenikmatan akibat ulah suaminya itu.

-----

Pagi hari tampak rona merah di keduanya. Suryo hanya menggeleng. Ia sedikit bernapas lega. Aksinya menginap membuahkan hasil. Ia sadar betul watak putra semata wayangnya itu.

Suryo kadang takut jika putranya memiliki orientasi sex menyimpang. Tapi dugaannya salah. Rumor dingin dan arogan yang tersebar itu patah sesaat melihat dua kepala dengan rambut basah.

"Panji ..," panggil Suryo ketika duduk di teras. Mereka berdua tengah menikmati kopi mereka ditemani desert lezat buatan Almira.

"Ya Pa ...."

"Kenapa papa dulu nggak pernah liat kamu jalan sama lawan jenis?" Panji tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu.

"Aku nggak terlalu suka terlibat suatu hubungan yang nggak jelas. Sejujurnya aku ingin pacaran. Tapi aku sadar. Para wanita tentu berebutan ingin bersanding denganku karena tau siapa aku," jelasnya.

Suryo menghela napas. Ia bangga dengan kepercayaan diri putranya itu.

"Lalu sekarang?" tanya Suryo.

Panji paham apa maksud papanya. Ia menyesap kopi dengan nikmat.

"Tadinya Mira kusangka sama. Tapi melihat prestasi gemilangnya di kantor. Aku yakin dia tidak seperti yang aku bayangkan," jelas Panji.

Suryo tersenyum bangga. Pilihannya selalu tepat.

"Apa kamu menyesali tindakanku?" tanya Suryo sambil menatap lekat Panji dan menghirup kopinya.

"Tadinya iya. Sekarang tidak lagi," jawabnya lugas sambil tersenyum penuh arti.

Suryo bernapas lega. Kemudian mereka pun menikmati pagi dalam diam.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***