Monica menatap dua pasang manusia dengan rasa cemburu. bibir indahnya mengatup keras hingga gemerutuk giginya terdengar.
Ia berdiri dengan kasar menghampiri pasangan yang telah menyelesaikan makanannya.
"Dasar perebut pacar orang!" teriaknya lantang.
Semua orang memandangnya. Almira terkejut bukan main. Namun karena pembawaannya yang tenang tak menyiratkan kekagetannya itu.
Berbeda dengan Panji. Pria itu merasa tak memiliki hubungan apapun dengan wanita yang menyerang calon istrinya itu, langsung menatap tajam.
Monica terdiam melihat tatapan dingin dan siap membunuh siapapun yang mengganggunya. Seketika nyalinya ciut. Terlebih pria tampan dihadapannya itu menarik lengan wanita cantik di sebelahnya, kemudian menggandeng mesra, tanpa menghiraukan dirinya.
"Sa ...."
Belum usai ia mengucap perkataannya itu. Panji menoleh menatapnya lagi. Tatapannya kini menyiratkan dia akan membuat perhitungan pada gadis yang mengganggunya itu.
Di dalam mobil. Almira memilih tak banyak bicara. Walau pikirannya masih bercabang dengan kejadian barusan. Ia pun menghela napas panjang. Helaannya itu terdengar oleh Panji.
"Ada apa?" tanya pria itu.
Almira sedikit kaget. Tak biasanya beruang kutub ini mengajaknya bicara. Apa jangan-jangan ada setan' masuk kedalam tubuhnya hingga ia perhatian seperti ini?
"Kau masih memikirkan kejadian tadi?" terka Panji datar.
'Waw .. cenayang juga dia,' gumam Almira dalam hati.
Almira hanya menjawab dengan senyum singkat.
"Jangan khawatir. Aku pastikan perempuan itu tak akan mengganggumu lagi," ujarnya dingin.
Almira membeliakkan matanya. Ada nada ancaman pada kata-kata yang baru saja didengarnya itu.
"Sudah tidak apa-apa. Tak usah hiraukan dia. Aku nggak apa-apa kok," tandas Mira tenang.
Sesaat Panji menoleh pada gadis yang duduk di sebelahnya itu. Almira nampak fokus pada jalan yang mereka lalui. Panji tersenyum. Sayangnya. Almira tak melihat senyuman manis itu.
Sedangkan di tempat lain. Monica tampak berkali-kali menghubungi pria yang baru saja ia damprat. Tapi tampaknya nomornya telah terblokir. Monica menghela napas sesak. Satu-satunya cara agar ia terhindar dari amukan Panji adalah menelpon papanya Panji.
Papanya Monica memiliki jabatan penting di perusahaan milik Suryo. Ia merasa yakin ia bisa membujuk Suryo agar Panji memaafkannya.
Monica mencoba menghubungi pria tua yang masih gagah itu. Sayang. Beberapa kali ia mencoba menghubungi tidak diangkat oleh Suryo.
"Aku harus ajak papa jika begini. Aku tak mau jika Panji marah padaku," ujarnya pada diri sendiri.
"Aku cari tahu. Siapa gadis yang diajak kekasihku tadi. Dasar wanita tak tahu diri!" gerutunya lagi.
Baru saja Monica masuk ke dalam mobilnya. Ia teringat sesuatu.
"Ah ... dia kan yang tempo hari ada di perusahaan Om Suryo yang nyaris bangkrut itu!" serunya sambil memukul setir mobil.
"Akan kusuruh Pak Dahlan memecatnya. Biar tahu rasa dia," lanjutnya sinis.
Diliriknya benda putih yang melingkar di lengan kirinya.
"Baru jam delapan malam. Ke night club dulu ah. Siapa tahu aku dapat ide briliant untuk mengerjai pelakor itu," ucapnya pada diri sendiri.
Kemudian mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang menuju jantung kota.
-----
Almira tengah menyantap makan siangnya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan seorang wanita.
"Eh ... liat nih. Ada pelakor di sini!"
Mira menoleh asal suara. Seorang wanita berpakaian seksi berambut blonde tengah berkacak pinggang tak jauh dari tempat duduknya.
Merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan. Almira melanjutkan makannya.
Monica tampak geram. Tiba-tiba ia mengibas tangannya di atas meja hingga makanan yang dimakan Almira jatuh berserakan di lantai.
"Kamu itu emang perempuan nggak tahu diri ya!" teriaknya.
"Berani-beraninya kamu jalan sama kekasih orang! dasar pelakor!"
Monica menampar Almira. belum sampai tangan itu menyentuh pipi Mira yang lembut. Almira telah menangkap tangan itu memutarnya ke belakang dan menguncinya.
Monica kesakitan.
"Lepaskan!" teriaknya.
Sekali dorong. Monica nyaris terjatuh jika saja tubuhnya tak ditahan Pak Hadi.
"Aku ingin kau dipecat!" teriak Monica berang.
"Siapa yang dipecat!" sebuah suara berat memenuhi ruangan kantin.
Tampak wajah Suryo memerah menahan amarah. Monica merasa di atas angin. Ia langsung merajuk mendatangi Suryo.
"Om ... pecat dia Om. Dia sudah kurang ajar padaku."
"Satpam!" teriak Suryo. Monica tersenyum sinis pada Mira.
"Bawa Nona Monica pergi dari sini," perintahnya.
Monica terkejut bukan main.
"Loh Om. Kok aku?!" serunya tak terima.
Suryo menatap gadis seksi itu dengan amarah yang membuncah. Monica bergidik melihat tatapan Suryo.
"Lepas ... aku bisa keluar sendiri!" serunya sambil menahan air mata.
Dengan langkah kesal. Monica pun meninggalkan kantin.
Almira tertegun melihat kejadian tersebut. Ia tadi mengira Suryo akan mengusirnya. Tapi ...
"Sekarang kamu keruangan Pak Sandi!" ujarnya memberi perintah, "Saya tunggu!"
Almira hanya mengangguk. Ia pun menelan Saliva. Dalam hatinya ia berharap agar pemecatan itu tidak terjadi. Setidaknya bukan sekarang.
Dengan langkah gontai. Ia pun melangkah keruangan direktur. Di mana ia ditunggu oleh Suryo. Calon mertuanya.
bersambung....
plisss 🌟 nya yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sandisalbiah
moni-kah... sayang gak ada colon lakinya jd gagal dong niatnya moni-kah.. 🤭🤭
2023-10-03
0
Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.
pelakor??? emng lu pcran ma Panji??? 😒😒😒
2022-05-05
1
Ni L. Pt. D. Virgianti Alit P.
hadehhh bw2 jbatan ortu lg
2022-05-05
1