Hari hari berganti, aku dan Arumi menjadi semakin dekat. Walaupun bertemu tak bisa sebebas orang lain, karna selalu ada orang ketiga yaitu Nayla tapi aku senang setidaknya dengan adanya Nayla diantara kami , membuatku tak habis akal untuk membuat Arumi tersenyum dengan cara mengejek Nayla.
"Bisa gak sih ,sekali saja saat aku dan Arumi kau tak ikut? Kau ini kaya obat nyamuk aja, apa gak bosen lihatin ke uwuan aku dan Arumi?" tanyaku pada gadis aneh itu.
"Kau ini sering sekali membuatku kesal. Kalau kau ingin berduaan dengan Arumi tanpa ada aku, ya cepat nikahin dia. Lamar Arumi dan mintalah izin pada ibu Aisyah."
"Baik nanti akan aku bicarakan pada keluarga besarku. Dan nanti jika aku menikah dengan Arumi kau jangan pernah menganggu kami saat pergi berbulan madu."
Arumi yang sedari tadi mendengarkan perdebatan aku dan Nayla hanya bisa tertawa seraya menggelengkan kepala. Tawanya yang ceria membuatku sangat senang karna bisa membuat wanita yang cantik ini bisa bahagia jika bersamaku mislpun Nayla menjadi bahan dari ejekanku.
"Kau tahu mengapa aku selalu mengantar Arumi ketika bertemu denganmu? itu karna ibu Aisyah berpesan ,jika ada wanita dan laki laki yang bukan mukhrim berduaan saja, nanti akan orang ketiga yaitu syaitan."
"Kau bilang orang ketiga syaitan, berarti kau itu termasuk salah satu jenisnya ya. Karna kau ada saat aku dan Arumi bersama" Gelak tawa tak bisa kuhindari, kini Nayla melepas sendalnya dan mulai berlari mengejarku untuk memukul kepalaku.
" Sudah cukup, kalian ini selalu saja bertengkar. Mas Zidan itu jika dipikir pikir sangat cocok dengan Nayla dibandingkan denganku, sebab kau memiliki sifat yang sama. Aku beruntung bisa mengenal teman sebaik Nayla dan juga beruntung karna bertemu dengan pria sebaik dirimu mas" ungkap Arumi.
"Aku takan pernah mau jika nanti memiliki suami seperti pria gila ini. Lagi pula kau aneh aneh saja Arumi, kau sangat mencinta Mas Zidan tapi dengan enteng berbicara bahwa pria yang kau cintai cocok dengan wanita lain"
Aku yang tak mau kalah pun mulai bereaksi atas ucapan Arumi.
"Jangan bicara seperti itu Arumi. Mana mungkin aku bisa bersanding dengan wanita arogan seperti dia. Dia itu seperti singa, hanya karna tak sengaja menyenggolnya, dia akan memakanmu bulat bulat. Lagi pula, Aku sangat sayang padamu karna Allah. Takan ada yang bisa sepertimu. Insyaallah minggu depan aku akan pergi ke panti asuhan untuk menyatakan niat baikku pada ibu Aisyah"
Bulir bening keluar dari mata indahnya, Arumi terharu dengan niatku untuk melamarnya.
Nayla yang saat itu tengah memegang sendal, seketika menaruhnya kembali ditanah lalu memeluk erat tubuh Arumi.
Kulalui semua hari hariku dengan berwarna karna memiliki calon istri yang shalehah dan memiliki teman yang entah bagaimana aku harus mengatakannya, karna ia wanita yang sangat buas.
Setiap hari aku akan bertukar pesan dengan Arumi melalui ponsel Nayla, hingga kuputuskan untuk membelikan Arumi ponsel agar aku bisa leluasa membicarakan rencana pernikahan kita tanpa Nayla harus tahu.
Seminggu telah berlalu, kukatakan pada ayah dan ibu datang ke panti untuk meminangkan Arumi agar menjadi istriku. Namun mereka menolak dan mengatakan bahwa tak ada waktu untuk datang ketempat yang jelas bagi mereka sangat ramai sebab banyak anak kecil disana. Sampai akhirnya kuajak Bian sebagai bagian dari keluargaku untuk bertemu dengan ibu Aisyah.
Dari situ Bian mulai mengenal Nayla dan mulai dekat hingga merekapun mulai merencanakan hal baik sama sepertiku walaupun tak ada restu tentunya dari ibu dan ayah.
Rencana pernikahan Bian pun telah direncakan tiga bulan setelah pernikahanku bersama Arumi. Kita berempat sering bertemu di panti hanya untuk makan bersama anak yatim piatu disana dan membagikan beberapa mainan kepada mereka. Canda tawa kita lalui bersama. Persiapan pernikahan sudah kurancang dengan sangat baik , aku tak ingin ada kesalahan dan kekurangan apapun dalam acara pernikahanku nanti.
Pertunanganku telah ditetapkan minggu depan, dan pernikahanku ditetapkan seminggu setelah acara pertunangan ini. Kupilih semua dekorasi indah untuk acara pertunanganku nanti. Cincin bekas almarhumah ibu masih tersimpan rapih didalam brankas kerjaku, dan akan ku gunakan untuk meminang pujaan hatiku nanti. Sengaja aku melangsungkan pertunangan dulu sebelum menikah, sebab aku ingin banyak momen indah bersama Arumi yang akan kami ceritakan jika nanti memiliki anak nanti.
[ Assalamualaikum cantik, lagi ngapain ? sebentar lagi kamu akan jadi makmumku saat shalat. Jangan lupa berdoa agar semuanya berjalan lancar. Amin] pesanku di aplikasi berwarna hijau yang terkirim untuk arumi.
[ Waalaikumsalam mas, insyaallah aku akan persiapkan ilmu untuk menjadi istri yang baik untukmu nanti. Terimakasih karna sudah mau menerimaku yang banyak memiliki kekurangan] balasnya.
[ Kau adalah wanita yang baik dan insyaallah shalehah, aku berjanji akan terus bersamamu dalam suka maupun duka dan menerimamu dengan kelebihan juga kekuranganmu. Maaf awal pertemuan kita yang tak menyenangkan. Tapi aku bersyukur, sebab rencana Allah lebih indah dari yang kita bayangkan. Aku ingin hidup sederhana bersama keluarga kecil kita nanti, kau akan menjadi ibu yang baik untuk anak anakku. Terimakasih]
Tak ada balasan darinya. Aku yang sedari tadi senyum senyum sendiri seraya berguling guling tak karuan sampai akhirnya aku tersungkur mengenai lantai.
Panggilan masuk, tertera nama Arumi disana dengan emotikon love merah berderet mungkin ada sepuluh yang sengaja ku save diakhir namanya.
"Assalamualaikum calon istriku" dengan semangat dan hati yang berbunga, kuucapkan kata kata dengan senyuman yang mengembang seperti balon.
"Waalaikumsalam laki laki gila. Cie yang ngebet pengen nikah"
jawab perempuan disebrang sana.
"Dih kenapa malah kau yang telpon? mana Arumi?" ucapku dengan kesal.
"Cie cie laki laki lapuk sudah mau nikah ni ye. Jangan lupa tanggal 4 Desember nanti kau akan bertunangan dulu dengan Arumi. Jangan sampai kau malah membawa penghulu karna gerogi. Kau hanya akan bertunangan dulu dan minggu depannya kalian akan menikah. Kau ingin tahu kenapa aku yang memegang ponsel Arumi?"
"Ya aku tahu, aku akan bertunangan dulu bersama Arumi. Tapi apa salahnya jika aku membahas pernikahanku bersama Arumi. Toh pernikahannya hanya selang satu minggu dari pertunangan. Oh iya, aku ingin tahu kenapa kau yang memegang ponsel Arumi?" tanyaku penasaran.
"Jadi begini, Arumi sedang bersama ibu Aisyah dan ponselnya dia titipkan padaku. Tak sengaja ada notifikasi pesan darimu hingga aku penasaran dan kubuka sebab ponsel Arumi tak memiliki sandi. Ternyata saat aku buka, aku menemukan pesan dari pria gila yang sedang dimabuk asmara" tawanya dengan kencang.
Aku yang menahan malu pada Nayla hanya bisa diam membisu, jika dia tahu mungkin sekarang wajahku sudah merah seperti udang rebus.
"Kau ini lancang sekali membuka pesan orang lain. Itu kan privasi Arumi kenapa kau malah membukanya? dasar kau ya wanita bermuka tua! " ucapku geram.
"ihhh singa marah, jangan marah marah kakak ipar, sebentar lagi aku akan menjadi adik iparmu juga. Jika kau marah marah padaku, nanti aku adukan kau pada Mas Bian "
"Kau yang singa! silahkan mengadu pada Bian. Aku tak takut, justru Bian yang akan takut padaku" sanggahku dengan kesal.
"Dih sok keras lu. Kabur ah singa udah keluar taringnya. Takut nanti digigit. Wassalamulaikum kaka ipar tersayang."
Telpon sudah terputus, aku yang merasa kesal kini duduk dan mulai mengotak ngatik semua berkas berisi tiket bulan madu ke korea bersama Arumi nantinya. Tunggu aku Arumi, sebentar lagi kita akan menjadi suami istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Mien Mey
wl sm arumi hrpanmu pupus smoga zidan klak hrpan yg ggl akn terwujud sm nayla
2022-04-02
0
dhapz H
bulan madu yg jadi kelabu
2022-03-12
1
Sukliang
lanjuttttt
2022-03-12
0