Flash back off
Mentari bersinar cerah, awan dilangit menampakkan keindahannya. Hari ini aku akan melihat rekaman cctv yang telah Hamdi miliki. Dia adalah stalker dan mata mata yang bisa diandalkan. Hanya saja dia tetap Hamdi yang gila uang. Masa kecilnya yang tak menyenangkan membuatnya bercita cita menjadi pengusaha muda yang sukses dan saat ini cita citanya terwujud.
Hanya orang orang yang memiliki daftar hitam yang bisa mengenalnya, karna dia merupakan seorang pembuka agen rahasia yang menangani kasus yang sulit dipecahkan.
Kukirim pesan kepada Nayla agar cepat bersiap siap untuk ikut denganku bertemu dengan Hamdi.
[ Heh wanita tua bangun! cepat kau ganti baju dan besiaplah untuk berangkat menuju tempat pertemuan yang kita sepakati. Jangan lupa bersihkan iler yang mengalir diwajahmu dan belek dimatamu] tak lupa sedikit senyuman ku ukir diwajah saat mengirim pesan konyol padanya.
[ Aku bukan wanita tua! justru kau merupakan bujang lapuk! kau ini selalu membuatku kesal. Ini masih pagi, jangan sampai aku sarapan dengan dagingmu]
Kubaca pesannya tanpa membalas, aku yang sengaja memancing kekesalannya agar ia tak terpuruk dalam kesedihan yang Bian berikan pada Nayla. Kukenakan kemeja berwarna merah dengan kancing yang sengaja dibuka agar terlihat mempesona.
"Zidan sini makan bersama. Mama sudah buatkan makananan kesukaanmu." dengan senyum palsu, kini ibu mengajakku untuk segera bergabung sarapan.
Aku yang mulai duduk dan mengambil makanan dihadapanku sengaja duduk paling dekat dengan Clara berada disamping kiriku. Terlihat dia yang kini sedang asik menyantap makanannya tanpa ada rasa sungkan ataupun canggung.
"Mas Zidan mau pergi kemana? kok tumben pagi begini udah keren"celetuk Siska padaku.
"Mau pergi mengantar Nayla ke panti" Aku yang dengan malas menjawab pertanyaannya hanya dapat menatap piring berisi makanan dihadapanku seraya menyuapkan makanan.
"Kok Nayla gak bilang ke aku sih mas?" tanya Bian dengan terkejut.
"Ya iyalah dia gak bilang. Toh dari semalam kamu kan ada dirumah sakit sama Clara diruangan Algi. Mana sempat dia gangguin kamu cuman mau bilang dia mau ke panti. Lagipula kau juga tak akan mau mengantarnya bukan? Kau lebih mengutamakan sepupumu ini untuk berjaga di rumah sakit, dibandingkan keperluan istrimu. Jadi apa salahnya jika aku mengantarnya, kau tak usah cemburu. Aku hanya mengantarnya ke panti bertemu ibu Aisyah karna ibu ingin mengunjungi makam Arumi" jelasku padanya.
Hanya diam yang kini Bian lakukan. Terlihat bahwa kini ia tengah bingung mau menjawab perkataanku. Kebetulan sekali, hari ini ayah tak ikut sarapan bersama kami. Jadi aku akan lebih leluasa menyindir Bian dan Clara.
Suapan demi suapan masuk kedalam mulutku, hingga aku mendengar langkah kaki sepatu mendekat kearah kami makan. Kulihat sosok perempuan dari bawah keatas, terlihat gamis berwarna pink fanta serasi dengan kerdung yang ia gunakan. Polesan make up memperindah wajah sang wanita didepanku.
"Nayla" ucap kami serempak.
"Nayla kamu kok pakai make up?" tanya ibu padanya.
Tak ada jawaban darinya membuat kami semakin heran dengan tingkah lakunya. Dia mendekat kearahku dan duduk disamping sebelah kanan.
Aku yang tak pernah melihat dirinya secantik ini hanya bisa mengagumi kecantikannya. Hingga aku tersadar bahwa dia adalah istri dari adikku.
"Sayang ko kamu gak jawab pertanyaan ibu? kenapa kamu pakai make up? padahal kan cuman mau ketemu sama Ibu Aisyah dan pergi kemakam Arumi?" Bian mulai bertanya.
Dengan anggun Nayla menyendok nasi kedalam piringnya, hatiku entah kenapa merasa bergetar ketika berada disamping singa betina ini.
"Ya boleh dong mas kali kali aku pakai make up. Kemarin ada pria tua bilang kepadaku bahwa aku ini bermuka boros, jadi aku sedikit memoles wajah cantikku" ucapnya dengan lugas.
"Kamu itu sangat cantik Nay, jangan sampai jika kau terus memakai make up nanti banyak pria yang mengejarmu" sanggah Bian.
Aku yang mendengarkan obrolan mereka hanya bisa manggut manggut seraya bergumam dalam hati, bahwa memang benar jika Nayla terus terlihat cantik seperti ini tak menutup kemungkinan bahwa aku juga akan luluh dengan pesonanya..Ups.
"Kamu ini ko aneh banget sih Nay? biasanya ibu tanya langsung jawab. Ini malah diem aja. Gak sopan tau gak !" bentak ibu padanya.
Senyum yang diukir Nayla di wajahnya terlihat begitu manis. Tak ada sedikitpun rasa sedih yang terpancar dari sorot matanya kali ini. Dia benar benar telah berubah, rasa sakit yanh dialaminya kini telah mengubah diri Nayla yang lemah menjadi lebih kuat.
"Maaf bu tadi aku sedikit buru buru ingin makan, jadi tak sempat menjawab perkataan ibu"
Terlihat sorot mata tak suka dari Clara saat melihat Nayla yang begitu cantik. Bian yang tak henti hentinya menatap Nayla kini mulai mengedipkan mata kearahnya.
"Mas udah makannya belum? jika sudah sekarang antar aku ke rumah sakit. Algi kasian jika ditinggalkan terus sama perawat" ucap Clara dengan nada kesal.
"Loh ko kamu nyuruh Bian? kamu kan udah tua, masa gak bisa pergi naik ojeg" sanggahku.
Muka Clara kini memerah seperti udang rebus. Terlihat kemarahan yang ia pendam dari ucapanku. Mungkin karna dia cemburu sebab Bian terus saja memperhatikan Nayla dibandingkan dirinya hingga dia memilih mengajak Bian untuk pergi bersamanya dengan alasan kerumah sakit.
"Ya terserah aku dong, dia itu kan pamannya Algi masa gak boleh ngnter aku sih!" jawab Clara dengan nada yang kesal.
"Ya sudah gak papa. Pergi saja mas aku juga mau pergi ko sama Mas Zidan dan Ibu Aisyah nanti ke makam Arumi" Nayla dengan santai menyuapkan sesendok makanan kemulutnya. Tak ada tatapan sedih maupun kecewa dimatanya kini. Mungkin Nayla memang sudah benar benar mati rasa oleh kebohongan yang Bian lakukan.
Bagus, kalau sampai Nayla nanti berpisah dengan Bian, akan aku carikan dia pria yang lebih baik dan jauh lebih tampan darinya. Mungkin saja Hamdi atau siapapun yang aku tahu kepribadiannya dengan baik. Bahkan jika perlu aku saja yang mendampinginya. Ups. Lagi lagi aku bergumam dengan pikiranku sendiri.
"Ya sudah aku pergi dulu Nay. Kamu baik baik disana, jangan sampai ada pria yang macam macam karna melihat kecantikanmu" Bian segera bangkit dari kursinya lalu menyoforkan tangan kearah Nayla.
Nayla pun mencium tangan Bian dengan lembut seraya tersenyum kearahnya.
"Hati hati mas, semoga saja tak ada yang tergoda dengan ketampananmu dan ingin merebutmu dariku. Amin" ucap Nayla yang mungkin sedang menyindir Clara yang kini berdiri disamping Bian.
Gugup sudah pasti yang kini Bian rasakan, terlihat dari sikapnya yang menggaruk kepala bagian belakang.
"Cepat mas kita pergi! ibu, Siska aku pergi dulu ya" Clara yang sedang menahan kekesalannya kini pergi meninggalkan kami yang tengah menyantap makanan.
Denting sendok dan piring beradu, membuat kami saling diam tanpa mau membuka pembicaraan.
Hingga dering ponsel mengagetkanku. Terlihat disana nama Hamdi sedang mencoba menghubungiku. Tanpa menunggu banyak waktu aku pun bangkit dan meninggalkan makananku diatas meja.
"Nay, ayo kita pergi. Aku ada urusan dikantor mendadak, jadi tak bisa lama lama dimakam nanti" aku berjalan meninggalkan ibu dan Siska tanpa ada ucapan pamit sedikitpun.
Hingga saat aku berada didekat pintu keluar, kulihat kaki Siska sengaja berada tepat di hadapan Nayla yang sedang ingin berjalan. Aku menduga bahwa Siska sengaja ingin membuat Nayla terjatuh. Tapi apa yang kulihat justru diluar dugaan. Diinjaknya kaki Siska oleh Nayla dengan sangat keras.
"Ups, maaf" ucap Nayla dengan nada sedikit mengejek.
Senyumku berkembang seiring dengan Nayla yang kini berjalan kearahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Yuli Yuli
ya Nayla jgn smpe trpuruk dgn klakuan suamimu itu, yg tgas dn jgn mau dtindas lg
2024-04-18
0
Yuyun Haryanto
jgn² mereka ber2 berjodoh yah thor. saya setuju tuh
2023-01-27
1
Love Toon
nah Harus gt, Masa mau lemah terus
2022-05-20
0