Aku yang tersenyum didepan pintu kini berjalan bersama dengan Nayla menuju mobil berwarna merah. Cantik. Hanya satu kata yang bisa ku ucap kala melihat Nayla saat ini.
Tak ada obrolan yang kami lakukan didalam sini. Rasa canggung kini menyelimutiku saat tak sengaja terpergok olehnya aku memandang wajah Nayla dari samping .
"Ngapain mas liatin aku kaya gitu? Aku cantik ya" Senyumnya yang menyeringai membuat bulu kudukku berdiri.
"Gr banget sih kamu. Siapa juga kali yang mau liatin wanita tua kaya kamu. Masih banyak wanita cantik diluar sana yang lebih enak dipandang. Lihat tuh, standar cantik menurut aku kaya dia " kutunjuk asal wanita disebrang jalan.
"Dih, bukan apa apa ya mas. Dia itu putih bersih cantik tapi maaf itu kulitnya glowing banget kaya lampu"
Memang benar yang dia bicarakan. Wanita yang tadi kutunjuk memang cantik, tapi kulitnya begitu licin hingga terlihat begitu bersinar jika terkena lampu sent ku.
"Mas boleh aku tahu. Kenapa kamu gak buka hati buat perempuan lain? padahal banyak yang cantik dan baik didunia ini. Tapi kenapa mas masih lebih memilih sendiri?"
Kuambil nafas dalam dalam. Memang benar saat ini aku sudah terbilang bujang lapuk. Aku kini sudah berusia 29 tahun tapi tak ada satu pun wanita yang mampu membuatku berpaling dari Almarhumah Arumi. Arumi sangatlah berbeda dari wanita lain diluaran sana, sampai sampai aku tak bisa mencari wanita yang bisa menggantikan posisinya dihatiku. Mungkin takan pernah tergantikan.
"Nay kau tahu alasannya tapi mengapa kau masih bertanya? Aku sangat mencintai Arumi lebih dari diriku sendiri. Dia adalah semangat hidupku, belahan jiwaku. Saat tak ada yang mau mendengarkan keluh kesahku, hanya dia yang mau mendengarkan semua ocehan tak jelas yang aku ucapkan. Dia adalah wanita yang mampu membuat hatiku yang sekeras batu mencair menjadi lautan. Dia adalah wanita baik yang mungkin takan pernah bisa ternilai kebaikannya oleh siapapun, bahkan akupun sendiri. Bukannya aku melebih lebihkan, sebab itulah pendapatku."
Nayla bergeming mendengarkan setiap kata yang kuucapkan. Tak ada jawaban darinya hingga dia tersenyum kearahku yang membuat jantungku kembali berdetak hebat.
"Mas jika kau tahu, dulu sering sekali Arumi berbicara padaku mengenaimu. Dia bilang kau adalah pria pertamanya yang mampu membuat Arumi tersenyum dengan hati yang bahagia. Dia juga berkata bahwa kau adalah pria satu satunya yang mampu membuat dirinya nyaman jika berada disampingmu. Arumi sejak kecil tak tahu kasih sayang ayahnya, hingga dia tak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari pria manapun. Sampai saatnya dia bertemu denganmu, dia menemukan sosok ayah, teman ,sahabat, saudara dan pria spesial dihidupnya." bulir bening mengalir dengan perlahan dipipi mulus Nayla.
Aku yang mendengarkan semua penuturannya Nayla, hanya bisa menatap kosong pada jalanan didepanku. Tak ada obrolan diantara kami. Jauh sekali aku menerawang masa lalu bersama Arumi. Canda tawanya selalu terngiang dikepalaku, hingga aku pun membayangkan ketika Arumi direnggut kehormatannya secara paksa oleh pria bia*ab yang saat ini entah sedang dimana.
Lama kami menempuh perjalanan hingga kami tak sadar jika sudah memasuki kawasan cafe yang aku dan Hamdi sepakati. Terlihat pria berkaos putih kini sedang melipat tangannya didada. Tak ada senyum yang dia ukir kala melihatku ataupun Nayla. Ya, dia memang pria dingin, sampai sampai wanita cantik yang mau mendekat saja lari karna takut saat melihat tatapannya yang seperti es batu.
"Jangan melihatku seperti itu, kau belum tahu jika aku bisa menusuk matamu sampai meletus seperti balon" kutepuk jidatnya yang tertutup topi.
"Kau ini selalu saja memperlakukanku seperti saat disekolah. Aku ini sudah menjadi pria dewasa Zidan. Dan sekarang aku sudah tinggi sepertimu, jadi kau tak berhak menyentuh jidatku! " sentaknya padaku.
Tak ada rasa takut sedikitpun saat Hamdi memarahiku, justru aku senang sekali membuatnya kesal bahkan jika bisa ingin sekali kulihat air matanya seperti saat sekolah dulu.
"Assalamualaikum Ham" dengan menangkupkan tangan didadanya, Nayla tersenyum kearah Hamdi.
Pria yang seperti cacing kepanas itu mulai bertingkah aneh lagi. Tubuhnya luruh dilantai seraya memegang dada, seolah olah dia merasakan sakit dibagian hatinya.
"Wa...waalaikum salam Nayla yang cantik" kedipan mata yang dilakukan Hamdi membuatku jijik dan kesal. Hingga kuseret tubuhnya dilantai sampai kemeja yang sudah Hamdi pesan.
"Lepaskan aku bujang lapuk!" teriaknya padaku.
"Kau berani sekali sekarang memanggilku bujang lapuk hah !" kuangkat tubuhya agar bisa duduk diatas kursi kayu dihadapanku.
"Memang benar kau bujang lapuk!" ejekan yang ia lontarkan membuat Nayla tertawa.
Kupandangi wajahnya yang meneduhkan, teringat lagi bayangan Arumi saat dulu melihatku dan Nayla selalu berdebat.
" Kau mengatakan aku bujang lapuk. Padahal kau juga sama saja" jawabku tak kalah.
Muka masam Hamdi kini terpancar jelas didepanku, segera akupun duduk dikursi samping Hamdi seraya mulai membuka laptop yang berada diatas meja.
"Jadi mana rekaman yang kamu punya Ham ?"
"Ini, rekaman yang aku ambil tepat didepan rumah yang berada dipersimpangan. Walaupun tak begitu jelas, tapi kita akan bisa mengenali ciri ciri dari pria itu dari postur tubuhnya"
Lama kutatap layar laptop dihadapanku, terlihat jelas seorang pria memakai jaket biru, memakai masker hitam dan sarung tangan tengah berjalan menghampiri Arumi yang baru saja kuantar pulang. Pria berjaket biru itu sudah memakai sarung tangan karet dan mulai berbicara kepada Arumi dengan santai.
Tak ada ketegangan yang dirasa Arumi sebab dia terlihat begitu asik bercengkarama dengan pria misterius itu, hingga benar ada pria yang dulu menjadi saksi mata menyapa Arumi dan pria tersebut tak melihat ke arah saksi sebab terhalang Arumi. Selain itu didalam rekaman cctv, pria itu terus saja menunduk hingga tak terlihat jelas oleh kamera.
"Bagaimana mungkin pria ini begitu santai berbicara dengan Arumi? padahal Arumi begitu segan jika ada pria mendekat kearahnya. Kau juga tahu kan Nay bagaimana Arumi" Aku yang geram karna wajah sang pelaku tak terlihat jelas terus saja berkomentar.
"Iya mas aku tahu, Arumi takan pernah mau berbicara dengan orang yang baru saja dia kenal apalagi berduaan saja. Menurutku mungkin saja pria didalam rekaman itu adalah teman atau warga disitu hingga Arumi terlihat begitu akrab dengannya. Jika dilihat dari awal bertemu, si pria misterius ini hanya membuka setengah maskernya kearah Arumi. Agar Arumi mengenali dahulu pria itu. Sampai saat Arumi sudah tahu siapa dia, dia mulai mengobrol dengan Arumi supaya Arumi mempercayainya dahulu lalu memakai kembali maskernya" terang Nayla.
Ya benar, Arumi akan mau berbicara dengan orang lain yang hanya dia kenal. Jika orang asing, mana mungkin Arumi mau diajak berduaan saja dengan pelaku pembunuhannya walapun hanya berbicara saja, sebab dulu saat kami dekatpun tak akan mau dia diajak bercengkarama ataupun pergi hanya berdua bersamaku.
Kutatap kembali layar laptop dihadapanku, saat yang paling menyakitkan bagiku pun terjadi dijam 22.38. Mungkin saja karna sudah kemalaman, terlihat Arumi izin pamit kepada pria tersebut yang dibalas dengan anggukan. Namun saat ia mulai membalikan badan, pria kejam itu membekap mulut Arumi seraya menyeret tubuhnya menjauh dari jangkauan cctv.
Kulihat beberapa kali Arumi berontak, dengan cara memukul perut sang pelaku dengan sikutnya dan juga mencakar wajah serta tangan sang pelaku. Hingga tak terlihat lagi Arumi didalam rekaman tersebut.
Tangis tak dapat terbendung. Aku menangis melihat Arumi yang diperlakukan sekasar itu. Terbayang jika saat itu mungkin Arumi berharap jika ada saja pertolongan datang padanya. Mungkin saja dia berteriak dalam bekapan tangan kotor pria beja* tersebut. Di panggilnya mungkin nama Nayla, ibu bahkan mungkin dia memanggil manggil namaku. Sungguh malang nasibmu Arumi. Aku berjanji takan pernah biarkan pria tersebut bernafas dengan lega, bahkan akan aku pastikan jika pelakunya tertangkap dia akan membusuk didalam penjara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Yuli Yuli
tu msih kurang jelas cctv-nya, JD g kliatan orgnya pinter jg plakunya
2024-04-19
0
Andi Fitri
mgkin ayahx bian alasan keluar kota krn sdh merencanakanx..
2023-10-01
1
Sri Wahyuni
ap jng jngan pelakunya biyan atau gk ayahny biyan iya yg bunuh arumi
2022-12-19
1