Malam kian beranjak, hujan turun begitu deras secara tiba tiba. Angin bertiup dengan kencang menerpa gorden jendelaku. Kututup jendela seraya memandang langit yang begitu gelap.
Kutunggu pesan balasan dari Arumi namun tak kunjung ku dapatkan jawaban darinya. Malam ini aku tak bisa tidur sebab selalu terbayang acara pertunganku esok. Gadis yang tak sengaja kutabrak dulu, kini sudah menjadi calon istriku. Aku tak menyangka jika aku yang memiliki perilaku buruk, akan mendapatkan wanita sholehah seperti Arumi. Aku beruntung bisa memilikinya. Karna aku adalah pria yang dulu berandalan kini bisa diluluhkan dan diubah oleh seorang wanita biasa. Dia cantik fisik dan hatinya, takan pernah ada yang bisa menandingi kecantikannya walaupun ia disandingkan dengan artis papan atas.
Tok...tok..tok...
Pintu diketuk, segera kubuka dan terlihat Bian basah kuyup karna kehujanan.
"Mas maaf boleh aku masuk?" tanyanya dengan badan yang mengigil.
"Silahkan, ini pakai handuk dulu dan segera kau ganti pakaian"
"Nanti saja mas mandinya. Ini aku sudah memesan semua makanan yang tadi mas bilang. Ini bon tagihannya dan insyaallah besok makanannya akan datang pukul 10.00 pagi sebelum acara mas berlangsung"
Adikku yang hebat, ia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tak lupa memberikaan semua total pengeluaran yang sebenernya aku tak membutuhkannya. Inilah sebabnya aku sangat mempercayai Bian.
"Ya sudah, mas percaya kok sama kamu. cepat ganti baju dulu nanti kamu sakit. Jangan lupa besok bangun pagi dan antar aku tempat acara pertunanganku digelar. Oh ya, ngomong ngomong bagaimana tadi sama Nayla?" tanyaku penasaran.
"Tadi sama Nayla seru mas, kami makan bersama anak anak dipanti dan tak lupa membicarakan semua rencana pertunanganku nanti dengan Nayla. Tak lupa Ibu Aisyah memberikanku Makan malam yang sangat lezat mas" terpancar kebahagian dari mata adikku ini,. Nayla bisa beradaptasi jika dengan orang yang ia cintai. Berbeda saat denganku, dia selalu saja menyebalkan dan membuatku selalu naik darah.
"Ya sudah mas, aku kekamar dulu ya. Dingin takut besok sakit"
Kuanggukan kepala seraya mulai turun menuju dapur. Terlihat ayah yang baru datang dengan pakaian yang basah kuyup. Aku yang acuh hanya menatapnya sekilas seraya berlalu menuju dapur untuk mengambil air minum dikulkas.
"Tunggu!" ucap ayah tiba tiba.
Kuhentikan langkah kaki seraya membalikan badan untuk berhadapan dengan pria paruh baya yang selalu memandangku salah.
"Ya, apa?"
"Besok kau mau bertunangan dengan wanita yang tak tahu asal usulnya itu?" tanyanya dengan muka datar.
"Jangan kau bicara seperti itu. Aku sudah bersabar selama ini dan sebisa mungkin menghormatimu. Jika kau tak mau datang, setidaknya jangan berbicara buruk tentang calon istriku" aku yang geram hanya bisa menahan gejolak amarah didalam dadaku ini.
Lama ia berpikir untuk membalas ucapanku, hingga ia meminta maaf padaku. Mungkin karna kehujanan dan kedinginan, hingga ia bisa berkata seperti itu padaku. Aneh.
" Maaf karna ayah telah berbicara buruk mengenai calon istri mu. Ayah harap semua rencanamu akan berjalan dengan lancar. Esok ayah akan pergi keluar kota untuk bisnis, jadi ayah tak akan datang ke acaramu" terangnya dengan jelas.
Aku yang mendengar bahwa ia takan pernah hadir diacaraku tidak terkejud sedikitpun, sebab sebelum ia mengatakannya aku sudah bisa menebak pikirannya. Begitu juga ibu dan Siska, pasti mereka tak akan datang dengan berbagai macam alasan. Tapi tenang, aku takan pernah besedih sebab masih ada Bian yang mau menjadi saksi acaraku besok.
"Tak apa, ayah pasti sangat sibuk. Ya sudah aku mau ke dapur dulu, cepatlah ayah ganti pakaian agar tak sakit" aku berjalan menuju dapur dan pergi kembali menuju kamar.
Hujan akhirnya reda, dedaunan basah karna terkena air hujan tadi kini semakin mengering.
Aku tak bisa tidur malam ini, sebab esok adalah hari yang sangat kutunggu.
Pukul 01.00 dini hari, kutatap langit dari jendela. Kuhirup dalam dalam udara malam ini agar jiwaku sedikit tenang untuk menghadapi hari esok. Terbayang bayang senyum manis Arumi kemarin malam, tawanya adalah bahagiaku. Takan pernah kubuat dia menangis oleh keluarga ini jika nanti kami menikah dan tinggal disini.
Kubuka ponsel seraya memandang walpaper yang menampilkan wanita cantik berhijab pink senada dengan gamis yang ia kenakan. Tak terasa air mataku jatuh, haru kini menjadi satu oleh rindu. Rindu pada ayah dan ibu. Jika saja mereka masih ada, pasti mereka sangat senang, jika mendengar anak mereka satu satunya akan segera menikah dengan seorang wanita baik hati dan penyayang. Arumi adalah gambaran dari almarhumah ibuku.
Kututup jendela dan mulai memejamkan mata, bayangan Arumi selalu muncul dalam benakku. Wajahnya yang cantik, senyumnya yang indah dan hatinya yang lemah lembut membuatnya menjadi wanita idaman bagi semua pria.
Hayalanku melambung tinggi sampai membuatku tertidur dan pergi kealam mimpi.
"Mas Zidan, titip Nayla ya. Jangan pernah mengejeknya lagi. Aku mau pergi dulu, aku sudah ketemu ibu mas. Aku mau ikut ibu dulu, jangan pernah bersedih apalagi menangis. Nanti kita akan bertemu lagi, insyaallah disurganya Allah. Amin. Doakan aku ya mas"
Wanita yang sangat kucintai kini membalikan badannya seraya terus berjalan bersama wanita yang memiliki rupa yang sama dengannya. Kupanggil dirinya dengan keras namun ia tetap berjalan meninggalkanku.
"Arumi ! Arumi jangan pergi!" teriakku
"Arumi!"
"Arumi! Kembali kumohon jangan tinggalkan aku!"
Nafas yang memburu dan keringat membanjiri tubuhku. Aku terduduk ditepi ranjang dan mekihat jam diatas laci yang menujukan pukul 04.00 dini hari.
Untunglah hanya sebuah mimpi. Kuambil air wudhu dan mulai menunaikan shalat subuh.
Kupanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa agar hari ini acaraku berjalan lancar, tak terasa air mataku berlinang kala ku ingat ibu dan ayah yang sudah pergi menghadap Allah terlebih dalu. Aku berdoa agar mereka tenang disana serta ditempatkan di tempat yang paling baik disisi Allah SWT.
Sebentar lagi aku akan bertemu pujaan hatiku, Arumi. Tak terasa waktu sudah semakin siang. Aku pun bergegas pergi bersama Bian menuju tempat acara pertunangan digelar. Dipersimpangan, kulihat banyak sekali orang sedang berkerumun ditepi sungai.
Aku yang diliput rasa penasaran akhirnya turun dari mobil bersama Bian, seraya mulai mendekat menerobos kerumunan. Nampak Nayla sedang meraung ditengah kerumunan seraya memeluk tubuh wanita berpakaian basah kuyup. Kucoba mendekat seraya bertanya pada Ibu Aisyah yang sedang menenagkan Nayla.
"Bu...ini siapa? " tanyaku gemetar.
Tak ada jawaban dari ibu membuatku segera membuka rambut yang menutupi wajah wanita yang sedang Nayla peluk.
Hening..
Kutatap wajah cantik sang bidadari yang sudah pucat pasi. Kuelus rambutnya yang indah seraya mengecek nadi dipergelangan tangannya.
"Arumi sayang, ayo bangun. Ini sudah siang, waktunya acara dimulai"
Tangis dari banyak orang disekelilingku membuat emosiku tak terkendali.
"Diam! jangan ada yang menangis! Arumi ayo bangun" kupeluk tubuhnya dengan erat, tak ada penolakan yang biasa ia lakukan saat aku hendak menyentuhnya.
"Arumi ayo bangun. Arumi! ayo bangun sudah siang!" dengan air mata yang telah membasahi pipi, aku membentak wanita yang kucintai agar ia tak berpura pura tidur.
"Mas sudah cukup, Mbak Arumi sudah meninggal" tegas Bian seraya membawa tubuhku agar menjauh.
"Diam kau ! dia masih hidup! jangan pernah kau bicara seperti itu. Lihat, Arumi hanya tidur sebentar mungkin ia lelah. Arumi sayang ayo bangun, mas sudah bawa cincin punya almarhum ibu untuk kamu. Sekarang kau ganti baju, lihat ini kenapa bajumu basah sekali? kamu pasti dinginkan?" air mata ku terus saja mengalir. Tak bisa kusangkal bahwa aku pun tahu bahwa Arumi sudah pergi meninggalkanku.
Kulihat wajahnya yang pucat dan rambut serta bajunya basah dengan banyak lebam diseluruh wajahnya yang cantik. Baru kali ini kulihat rambutnya yang indah. Terlihat kalung yang baru saja dia pakai semalam berada digenggamannya. Tangannya mengepal dengan keras menggenggam kalung liontin pemberianku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Yuli Yuli
apa mgkn itu prbuatan ayahnya bian, trus dia pura" pamit g ikut acara tunanganya krna ada pekerjaan bisnis diluar kota
2024-04-18
0
ligia .lukman
curiganya nih perbuatan bian dan ayahnya....yg takut nanti harta jatuh ke Zidan dan Arumi calon istrinya..
2022-05-18
2
Mien Mey
biam dan ayahnya patut d curigaiiii
2022-04-02
1