Hati wanita mana yang kuat jika harus berbagi suami dengan wanita lain. Hatiku hancur berkeping keping dan seluruh hidupku kini telah hilang diambil wanita lain. Cinta dan kasih sayang yang suamiku berikan hanya untukku, kini harus terbagi dengan maduku.
Entah telah berapa lama, aku berbagi cinta dan raga suamiku. Yang ku rasa kini jijik jika membayangkan bagaimana perlakuan suamiku dan sentuhan lembutnya padaku, dilakukan olehnya juga pada wanita bernama Clara.
Hebat, sungguh hebat semua sandiwara yang telah dilakukan oleh seluruh anggota keluarga Atmaja ini. Menyembunyikan pernikahan kedua yang dilakukan anaknya tanpa sepengetahuan istri sahnya sendiri. Mas Zidan bahkan selaku anak pertamanya saja tak pernah tahu bahwa adik kebanggaannya telah menikah untuk kedua kalinya.
Mataku kini tak bisa menghasilkan bulir bening lagi, Sesak didada pun kini telah hilang. Kepalaku terasa sangat berat hingga ku tak sadar bahwa kini kuberada diatas ranjang yang sama dengan pria yang sangat kucintai.
"Sudah bangun ?" tanya Mas Bian tanpa rasa bersalah.
Rangkulan hangat diperutku, kini terasa sangat asing dan aneh. Entahlah, aku benar benar tak sudi jika tubuhku disentuh oleh pria yang telah menyentuh wanita lain.
" Aku mau sholat subuh mas" jawabku singkat.
"Sebentar saja, kumohon tetaplah seperti ini. Aku sangat cinta dan takut kehilangmu. Entah kenapa aku merasakan bahwa kau akan pergi meninggalkanku"
"Mungkin itu perasaanmu saja mas. Aku mau sholat dulu mas"
Tak kuhiraukan permintaannya padaku. Terlalu sakit jika aku harus terus bersama pria yang jelas jelas telah membagi jiwa dan raganya untuk wanita lain.
Pagi ini kusengaja bangun lebih awal dari biasanya dan mulai menghidangkan sarapan dimeja makan.
"Ada gempa dari mana, sampai sampai makanan sudah matang padahal baru jam 6" ucap ibu mertuaku.
"Gak papa bu, mungkin orangnya sudah sadar diri jadi gak hanya ongkang ongkang kaki dirumah ini" Siska menimpali ibu seraya menyuapkan nasi kemulutnya.
Ayah dan Mas Zidan seperti biasa hanya diam tak membela ataupun sekedar menegur keduanya. Mungkin ayah memang setuju dengan ucapan ibu dan siska. Tetapi Mas Zidan jika dia diam berarti dia hanya tak ingin menyakiti orang lain dengan kata katanya.
Ku tahu seperti apa sifat Mas Zidan sebab sebelum aku mengenal Mas Bian, Mas Zidan adalah calon suami dari Arumi sahabatku yang dibunuh sehari sebelum pertunangannya dengan Mas Zidan. Mas Zidan adalah tipikal pria yang romantis dan baik hati. Ia tak segan segan membagikan makanan dipanti dan mengajak kami berlibur kepantai.
Mas Zidan dan Arumi adalah sepasang kekasih yang sangat cocok. Namun kebahagiaannya harus terenggut kala malam itu selepas Mas Zidan mengantarkan Arumi pulang dari pertemuan sebelum besok melangsungkan pertunangan. Arumi menghilang hingga keesokan harinya jasad Arumi ditemukan disebuah sungai yang tak jauh dari panti asuhan.
Hasil visum mengatakan bahwa Arumi meninggal akibat cekikan dilehernya yang membuat ia susah bernafas dan akhirnya meninggal. Namun dokter menyatakan bahwa sebelum Arumi meninggal, ia diperkosa terlebih dahulu. Sebab terdapat luka diarea sensitifnya akibat pemaksaan. Sampai detik ini pelaku utama pembunuhan Arumi belum juga ditemukan. Hanya saja sempat ada saksi mengatakan bahwa terakhir terlihat Arumi sedang berbicara dengan orang yang mungkin ia kenal, sebab saat saksi melihat kejadian tersebut Arumi sempat menyapa dan tersenyum kepada saksi, kemudian berbicara santai dengan seorang pria jaket biru.
Saat berada dikantor polisi, saksi mengatakan bahwa wajah yang dicurigai sebagai pelaku tak terlihat sebab memakai masker dan kepalanya tertutup topi. Hingga kepolisianpun menutup kasus ini dan tak pernah terungkap siapa pelaku pembunuhan Arumi.
Setelah kejadian itu, Mas Zidan yang dulu ceria dan riang kini menjadi pria yang tertutup dan dingin. Ia tak pernah terlihat bersama wanita, bahkan sekertaris pribadinya pun seorang pria.
"Mas jadi beli baju untuk Al..." tanya Siska pada Mas Bian menggantung kala ibu memukul tanganya.
"Untuk Alika " jawab Mas Bian dengan gugup.
Petunjuk baru kudapat bahwa Siska sebenarnya akan mengatakan siapa nama anak dari Mas Bian dan Clara. Hanya saja Mas Bian mengubah nama anaknya menjadi Alika putri dari Tante Mirna adik ibu mertua. Drama yang hebat dan kompak antara keluarga.
"Aku boleh ikut mas untuk memilih baju Alika" akupun mulai membuka suara untuk memancing reaksi semuanya.
"Tak usah! kau hanya akan mempermalukan kami. Seleramu sangat buruk Nay. Kau diam saja dirumah dan pastikan seisi rumah ini bersih tanpa debu" timpal ibu seraya membanting sendok keatas piring.
Mas Zidan yang sedari tadi hanya diam kini mulai bangkit dan meninggalkan meja makan kami.
"Kau mau kemana Zidan ?" tanya ibu
"Seleraku hilang karna kebohongan yang kalian buat. Aku muak harus terus berhadapan dengan keluarga yang entah memang berhati batu" tubuh tinggi itupun kini menghilang dibalik pintu luar rumah.
"Biarkan dia pergi. Jangan ada yang menyuruhnya untuk makan. Dia hanya anak pembangkang dan tak tahu diri" Kini ayah mulai menimpali.
Sebenarnya aku heran dengan semua yang terjadi dikeluarga ini. Dua tahun kusandang gelar menjadi menantu dikelurga Atmaja tapi tak pernah sedikitpun terlihat bahwa Mas Zidan akrab dengan keluarga ini. Hanya saat pernikahanku saja ia terlihat tersenyum difoto keluarga. Tapi sampai detik ini tak pernah ada obrolan santai seperti keluarga pada umumnya antara ayah,ibu dan Siska pada Mas Zidan.
Kurapihkan seluruh piring kotor diatas meja dan mulai mencucinya didapur. Semua orang dirumah telah pergi yang katanya akan kerumah Tante Mirna. Sejujurnya aku sudah tahu bahwa kini mereka semua tengah bersama Clara dan bayi Mas Bian liburan di sebuah vila mewah. Bagaimana aku tahu? sejujurnya aku telah menyadap semua akun media sosial milik Mas Bian hingga aku tahu sebelum ia pergi bertemu dengan Clara pesan yang ia kirimpun sudah kubaca diponselku.
"Nay sini biar kubantu" suara berat dari pria yang kukenal membuyarkan lamunanku.
"Mas gak ikut kerumah Tante Mirna?"
"Tak ada minat untukku bergabung dengan keluarga yang jelas jelas menjadikanku sebagai ladang emas"
Tunggu, apa yang dia bilang. Ladang emas?.
"Maksud Mas apa?" kuhadapkan badan ini agar bisa sejajar dengan pria bertubuh tinggi disampingku.
"Aku adalah anak dari Ardi, saudara ayah. Namun ayah kandungku meninggal dalam kecelakaan mobil bersama ibu dan hak asuk atas diriku jatuh ketangan ayah Bian. Ya Ayah" jelasnya dengan senyum yang terkesan terpaksa.
"Kau mungkin tahu kenapa selama ini aku tak pernah akur dengan ayah, sebab aku hanya dijadikan ladang emas atas uang yang ia kelola selama ini. Mungkin karna kebetulan atau apa, jika saja dulu aku menikah dengan Arumi mungkin saat ini seluruh aset atas namaku bisa kukelola sepenuhnya. Namun minatku untuk mempersunting Arumi karna Cinta bukan harta. Kebetulan sekali, Arumi tiada sehari sebelum pertunangan dan seluruh aset perusahaan masih saja dipegang oleh ayah. Kebetulan atau..? emh mengapa aku jadi cerita kepadamu" lanjutnya.
Aku yang sedari tadi terkejut, hanya bisa diam tanpa menjawab semua penjelasannya. Kini ku tahu, mengapa ayah terlihat sangat acuh dan tak mau tahu tentang seluruh urusan Mas Zidan bahkan saat Arumi meninggal kulihat hanya ada Mas Zidan dirumah sakit tanpa ada ibu atau ayah yang menenangkannya.
"Mas apakah kau tahu, sebenarnya Mas Bian telah menikah selama setaun ini dengan wanita yang bernama Clara, sampai kini ia telah mendapatkan seorang putra yang tampan persis sepertinya. Aku baru tahu kemarin, saat pulang dari panti asuhan aku sengaja pergi ke mall karna ingin membelikan sebuah kemeja baru untuk Mas Bian. Tapi saat dimall kulihat Ibu, Ayah, Siska dan Mas Bian tengah bersama seorang wanita dan seorang bayi dipangkuannya" bulir bening yang kemarin kering kini meluncur deras kembali.
"Apakah kau tak salah menduga Nay?" tanyanya padaku.
"Untuk menyimpulkan ini aku tak mungkin ceroboh. Kau tahu aku tak pernah berburuk sangka pada adikmu sebab aku sangat percaya akan kesetiaanya padaku. Tapi saat ku lihat foto pernikahan dan buku nikah yang bertuliskan nama adikmu, aku tahu dia ternyata juga suami orang lain" kuulurkan ponselku pada Mas Zidan. Terpampang jelas bukti yang aku kumpul kemarin.
Hening, tak ada percakapan antara aku dan Mas Zidan. Hingga sesaat kemudian.
" Kubantu kau untuk mengumpulkan lebih banyak bukti pernikahan kedua Bian dengan wanita itu, agar kau bisa memilih jalan yang terbaik untukmu kedepannya. Asalkan kau mau juga membantuku untuk mencari tahu siapa pembunuh Arumi yang belum terungkap"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Yuli Yuli
ya mgkn yg membunuh Arumi kluarga bian x ya
2024-04-17
0
Soraya
mampir thor
2024-02-18
0
Mien Mey
menarik ingsaalloh bkln betah nih semngaat thor💪💪
2022-04-01
1