Kini Esar dan Arthur sudah berada di foodstreet tempat makan yang di pilih Jasmine.
Esar pun menghubungi Jasmine untuk memberitahu Jasmine kalau mereka sudah berada disana dan menunggu di parkiran.
"Hai Tuan Gry." Sapa Jasmine saat melihat Esar dan Arthur sedang duduk di kap mobil menunggu dirinya.
Esar dan Arthur pun menoleh.
"Hai. Jangan panggil Tuan, panggil Gry saja, kita kan sedang tidak di kantor. Lagi pula kita kan satu kampus." Balas Esar.
Jasmine mengangguk sambil tersenyum tipis serta menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Hai Nona Jasmine. Arthur. Ingat aku kan?" Ucap Arthur memperkenalkan dirinya lagi, takut-takut kalau Jasmine lupa dengannya.
"Aku ingat, kita baru bertemu siang tadi, jadi mana mungkin aku lupa. Dan jangan memanggil ku Nona, panggil Jasmine saja." Balas Jasmine.
"Ayo kita cari tempat makan, aku sudah lapar." Ajak Esar.
Dan mereka pun berjalan mencari tempat makan, Esar dan Jasmine jalan beriringan sedangkan Arthur mengikuti di belakang Esar dan Jasmine, meskipun Esar dan Jasmine tidak bergandengan tangan atau berangkulan, tapi tetap saja Arthur ngenes melihat Esar dan Jasmine yang jalan sambil mengobrol malu-malu, ia seperti sedang menjadi bodyguard Esar dan Jasmine.
Esar meminta Jasmine memilih tempat dimana mereka akan mengisi perut mereka, dan tempat yang Jasmine pilih bukan lah restoran bintang lima melainkan makan di foodstreet. Sengaja Jasmine memilih tempat seperti itu agar dirinya terlihat polos dan sederhana di depan Esar dan Arthur.
"Apa kau biasa makan di tempat seperti ini?" Tanya Esar pada Jasmine sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
Jasmine menganggukkan kepalanya.
"Kau?" Jasmine bertanya balik.
"Dia itu anak mami, tidak suka makan diluar, paling hanya makan di kantin, itu pun waktu dia kuliah saja baru mau makan di kantin. Sebelum itu, dia selalu membawa bekal ke sekolah. Dia pecinta berat masakan mamanya." Malah Arthur yang menjawab.
Esar nampak biasa saja saat Arthur membongkar kebiasaannya itu, karena memang benar adanya kalau masakan mamanya lah yang paling enak sekalipun dibandingkan makanan yang ada di restoran bintang lima.
"Waah.. benarkah? Kau beruntung sekali sudah sebesar ini masih bisa merasakan masakan mama mu. Kalau aku sudah lupa bagaimana rasanya masakan mama ku. Karena mama ku meninggal saat usia ku masih sepuluh tahun." Ucap Jasmine.
Mendengar kata-kata Jasmine, Esar pun menjadi simpati.
"Benarkah? Lalu selama ini kau tinggal dengan siapa?" Tanya Esar.
"Aku tinggal dengan paman dan bibiku. Ayah ku sudah lama meninggalkan aku dan ibu ku sebelum ibu ku meninggal. Tapi sudah dua tahun ini aku tidak lagi tinggal dengan mereka karena aku tidak ingin menyusahkan mereka, dulu aku tinggal di apartemen kecil dan kumuh, tapi semenjak aku menjadi sekretaris Tuan Charles, aku bisa tinggal di apartemen yang lumayan besar dan bersih, yah.. walaupun hanya menyewa. Tapi Tuan Charles sangat baik, beliau membayarkan uang sewa ku untuk enam bulan. Jadi uang yang seharusnya membayar uang sewa bisa aku pakai untuk melanjutkan pendidikan ku." Jawab Esar.
"Aku tak menyangka ternyata kau adalah wanita yang independen." Ucap Esar terkagum-kagum.
Sayangnya hanya Esar saja yang kagum tidak dengan Arthur. Arthur merasa wanita independen seperti Jasmine sangat lah banyak, contohnya saja Nancy. Arthur tau kalau dari SMA sampai duduk dibangku kuliah, Nancy lah yang membiayai pendidikannya sendiri karena Nancy berasal dari keluarga kurang mampu.
"Si Nancy juga independen kagak loe kagumin." Celetuk Arthur dengan menggunakan bahasa Indonesia.
"Beda lah, dia kan satu spesies sama si Nyai Kompeni. Kalau Jasmine kan masuk ke kategori bidadari yang lagi cosplay jadi manusia biasa." Jawab Esar dengan menggunakan bahasa Indonesia juga.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Jasmine yang tidak mengerti apa yang sedang Esar dan Arthur bicarakan.
Makanan yang mereka pesan pun datang, mereka pun menjeda obrolan mereka saat pelayan menghidangkan makanan pesanan mereka di meja.
"Yakin loe bisa makan makanan di luar?" Tanya Arthur berbisik, ia sedikit menyangsikan kesanggupan Esar.
"Yakin lah. Mulai sekarang gua harus ngebiasain diri untuk makan di luar, biar bisa ngajak Jasmine makan di luar terus." Jawab Esar.
Mereka pun mulai melahap makanan yang mereka pesan.
Baru satu sendok, wajah Esar sudah memerah. Bukan karena menahan pedas atau panas, tapi ia merasa aneh dengan makanan yang ia pesan itu. Arthur yang melihat perubahan wajah Esar cepat-cepat memberikan air minum pada Esar.
"Nih minum dulu." Ucap Arthur.
Arthur pun mencoba makanan yang ada di piring Esar.
"Enak banget kok." Gumam Arthur setelah mencicipi makanan yang ada di piring Esar itu.
"Dasar anak mami, udah tau gak bisa makan di luar tapi sok-sok an makan diluar. Makan di kantin kampus aja butuh perjuangan berbulan-bulan." Gumam Arthur lagi.
"Kamu kenapa Gry?" Tanya Jasmine.
"Akh tidak pa-pa." Jawab Esar sambil mengatur pernapasannya.
"Apa kau tidak suka dengan makanannya?" Tanya Jasmine lagi.
"Bukannya tidak suka, dia memang seperti itu kalau baru merasakan makanan di tempat yang baru. Lidahnya butuh penyesuaian yang sangat lama." Malah Arthur yang menjawab.
"Oh ya? Kalau dengan masakan rumahan bagaimana?" Tanya Jasmine.
"Tergantung orangnya, kalau dia mengenal orang yang memasak, dia akan memakannya tapi kalau ia tidak mengenalnya, sama saja seperti makan di luar." Jawab Arthur lagi.
"Oh.. Bagaimana kalau aku yang memasak?" Tanya Jasmine.
"Memangnya kau bisa masak?" Esar bertanya balik.
Jasmine menganggukkan kepalanya.
"Tapi aku tidak janji kalau masakan ku seenak masakan mama mu." Jawab Jasmine.
"Bagaimana aku tau kalau aku belum mencobanya."
"Benarkah? Jadi kau mau mencoba masakan ku?"
Esar menganggukkan kepalanya.
"Kalau gitu, besok aku akan membawa makanan masakan ku ke kampus untuk makan siang mu."
"Benarkah?" Tanya Esar dengan wajah berseri-seri.
Jasmine menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Tuan Gryson, sekarang semakin mudah untuk ku memasukkan mu dalam perangkap ku." Gumam Jasmine dalam hati.
"Jasmine, tolong buatkan untuk ku juga yah." Celetuk Arthur.
"Hahahaha. Baik lah. Aku akan membuat makanan untuk kalian berdua." Jawab Jasmine.
Di Unit Apartemen Millie.
Setelah menyantap makan malam berdua dengan Nancy, Millie dan Nancy pun pindah ke ruang keluarga.
Nancy yang sejak tadi menatap layar ponselnya merasa risih dengan pergerakan Millie yang sejak tadi mondar-mandir satpam kompleks.
"Loe kenapa sih mondar-mandir mulu? Pusing tuh bayangan loe ngikutin loe mulu!!" Tanya Nancy.
"Gue mikirin soal si Jas Ujan itu." Jawab Millie.
"Bukannya tadi loe bilang udah punya orang buat mata-matain si Jasmine? Kenapa masih pusing?"
"Gue belum puas Cy kalau gue belum dapet jawabannya sendiri."
Nancy menghela nafasnya kasar sambil memutar bola matanya malas.
"Mill, daripada loe nerusin kerajaan bisnis keluarga loe, mending loe buka usaha loe sendiri deh. Usaha penyedia jasa detektif." Ucap Nancy.
Millie langsung memberi tatapan tajam pada Nancy.
"Kok loe sama si Esar sama sih? Si Esar nyuruh gue buka biro penyeleksian pasangan. Sekarang loe nyuruh gue buka usaha penyedia jasa detektif. Tinggal si Arthur aja nih yang belum ngasih pemasukan apa-apa untuk kerjaan yang cocok sama gue." Balas Millie.
Millie kembali mondar-mandir memikirkan kejanggalan yang ada dalam diri Jasmine. Tapi tetap saja ia belum menemukan jawabannya. Sepertinya ia harus meminta bantuan suhu nya dalam hal selidik menyelidik. Siapa lagi kalau bukan Nini Madam.
"Gue harus minta tolong Nini." Ucap Millie.
Millie pun mengambil ponselnya dan menghubungi Nini Madam.
Tuut.. tuut.. tuut.
"Ha.." belum sempat Nini Madam mengucapkan kata halo, Millie sudah menyela.
"Nini... Millie minta bantuan Nini. Millie butuh orang terpercaya Nini untuk menyelidiki seseorang."
Di tempatnya berada, Nini Madam langsung menjauhi ponselnya dari telinganya karena Millie berbicara sangat keras.
"Anak ini kesurupan?" Lirih Nini Madam.
"Nini.. Nini denger Millie gak?!" Teriak Millie lagi.
Nini Madam pun mendekatkan lagi ponsel ke telinganya.
"Kamu kalau ngomong bisa pelan-pelan gak, gak usah teriak-teriak, Nini gak budeg!!" Omel Nini Madam.
Tapi bukan Millie namanya kalau mau mendengar omelan Nini Madam.
"Aduh Nini ini tuh darurat banget, bukan saatnya untuk Nini ngomel-ngomel."
Mendengar kata-kata darurat, Nini Madam pun berhenti mengomel dan malah bertanya pada Millie hal apa yang darurat itu.
"Memangnya hal apa yang darurat?"
"Ada perempuan yang Esar sukain, tapi Millie ngerasa aneh dengan perempuan itu Ni. Kayak ada yang gak beres dengan perempuan itu." Jawab Millie.
"Bukannya untuk mencari tau perempuan itu beres atau tidak sangat mudah untuk kamu? Terus kenapa minta bantuan Nini?"
"Itu dia Ni masalahnya, masalahnya feeling buruk Millie itu bukan tentang dia perempuan baik-baik atau gak nya, tapi Millie ngerasa ada hal lain dari perempuan itu. Otak Millie gak sanggup mikir yang lebih jauh lagi. Makanya Millie minta bantuan Nini untuk bantu Millie cari tau tentang si perempuan itu."
"Nini gak mau." Tolak Nini Madam. Ia harus jual mahal dulu pada cucu pertamanya yang super tengil itu. Padahal dari mana ketengilan Yordan dan Millie kalau bukan dari gen Nini Madam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Herda Lia
ternyata esar emang bodoh kalo urusan wanita. gampangan suka
2022-04-06
0
gia gigin
Esar sebelas duabelas dgn si Irlan gampang di bohongin sama cewek yg di sukai😠
2022-02-26
0
SitiNur20969975
nini bru muncul tambah seru lah 💃💃💃💃💃
2022-02-19
0