"Nini gak mau." Tolak Nini Madam. Ia harus jual mahal dulu pada cucu pertamanya yang super tengil itu. Padahal dari mana ketengilan Yordan dan Millie kalau bukan dari gen Nini Madam.
"Iiikh.. Nini.." rengek Millie.
"Kamu kan punya uang, sewa sendiri lah detektif, kok malah nyusahin Nini sih!!" Omel Nini Madam.
"Karena menurut Millie cuma detektif nya Nini Madam aja yang paling kompeten." Jawab Millie.
"Oke, Nini bantu. Tapi ada syaratnya." Jawab Nini Madam.
"Udah gue duga. Paling juga syaratnya nyuruh gue ngomong sama Aki buat bawa Nini liburan." Gumam Millie dalam hati.
"Syarat apa?"
"Syaratnya gampang aja, kamu ngomong sama Aki kamu untuk ngajak Nini liburan. Nini mau liburan pakai kapal pesiar."
"Cih.. kan apa gue bilang!!" Decih Millie dalam hati.
"Kalau itu mah urusan gampang Ni. Yang penting Millie dapet informasi yang mendetail tentang perempuan itu."
"Tenang aja, informasi tentang ukuran pakaian dalamnya pun nanti orang suruhan Nini bisa kasih ke kamu." Jawab Nini Madam sombong.
"Kamu kirim aja foto perempuan itu, dan tunggu kabar dari Nini."
"Oke Nini." Millie pun hendak mengakhiri sambungan telepon mereka, tapi baru Millie menjauhkan ponsel dari telinganya, Nini Madam berteriak.
"Eh.. Mill.. Mill.." panggil Nini Madam.
"Apa Ni?"
"Yang bayar siapa?" Tanya Nini.
"Cih.. dasar bule perhitungan!!" Umpat Millie dalam hati.
"Ya Nini lah." Jawab Millie dengan entengnya.
"Enak aja!! Gak jadi lah kalau gitu." Balas Nini.
"Ya udah kalau Nini gak mau, Millie minta tolong sama Aki aja. Kalau Millie minta tolong sama Aki, berarti Nini gak jadi liburan pake kapal pesiar, gampang kan!" Millie malah mengancam Nini Madam.
"Aargh dasar bule tengil!!! Bisa-bisa nya dia ngancam balik." Gerutu Nini Madam dalam hati.
"Ya udah nanti Nini yang bayar, yang penting Nini sama Aki harus bisa liburan pake kapal pesiar." Jawab Nini Madam pasrah.
Panggilan pun berakhir.
Prok Prok Prok. Nancy menepuk tangan setelah Millie meletakkan ponselnya di meja.
"Waah.. gue gak nyangka loe minta bantuan Nini Madam, gue kirain loe sama Nini Madam kayak macan dan harimau."
"Emang. Tapi untuk hal-hal tertentu, gue sama Nini Madam kompak. Tapi habis itu, ya udah debat mulu." Jawab Millie.
"Hoaaam." Millie menguap.
"Gue ngantuk Cy. Tidur yuk." Ajak Millie.
"Loe duluan deh. Gue mau hubungin ibu gue dulu." Jawab Nancy.
"Ya udah gue tidur duluan yah."
Nancy menganggukkan kepalanya.
Millie pun berjalan menuju kamar sedangkan Nancy tetap di ruang tengah untuk menghubungi orangtuanya di Indonesia.
💋💋💋
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam waktu setempat. Setelah satu setengah jam bertukar kabar dengan orang tuanya, Nancy pun hendak menyusul Millie yang sudah tertidur terlebih dahulu.
Nancy masuk ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil air minum, namun saat segelas air minum sudah di tangannya, Nancy melihat kantong sampah sudah penuh. Nancy pun meletakkan gelasnya kembali ke meja dan mengambil kantong sampah dan mengikatnya lalu keluar dari unit apartemen untuk membuang sampah di tempat pembuangan sampah di lantai bawah.
Sampah pun sudah Nancy buang, Nancy pun kembali berjalan memasuki gedung apartemen. Tapi saat langkahnya hampir mendekati lobi, ia melihat sosok Esar dan Arthur yang juga berjalan menuju lobi.
"Bukannya Millie bilang tadi mereka berdua udah tidur?" Gumam Nancy.
"Ada yang mereka rahasiain nih." Gumam Nancy lagi.
Nancy yang penasaran pun memilih untuk mengikuti dua pejantan tidak tangguh itu dari belakang ketimbang harus memanggil mereka.
Nancy mengernyitkan keningnya saat melihat Esar dan Arthur malah memakai tangga darurat.
"Aneh. Ada lift kok make tangga darurat? Pasti ada yang gak beres nih." Gumam Nancy. Tanda tanya besar makin bersarang dalam hati Nancy.
Kali ini Nancy tidak mengikuti Esar dan Arhur yang naik lewat tangga darurat. Nancy lebih memilih untuk naik lift dan menunggu Esar dan Arthur di depan pintu tangga darurat.
Kini Nancy sudah berada di depan pintu tangga darurat sambil melipat kedua tangannya di dada, persis seperti emak-emak yang sedang menunggu suaminya pulang main futsal.
Ceklek. Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya pintu tangga darurat pun terbuka.
Esar dan Arthur yang nafasnya sudah ngos-ngosan makin tercekat karena melihat penampakan Nancy.
"Dari mana kalian?" Tanya Nancy dengan tatapan mengintimidasi.
"Mm... da-da-dari..." Esar tergagap-gagap menjawab pertanyaan Nancy.
"Gue laporin loe sama Millie." Ancam Nancy sambil berlalu dari hadapan Esar dan Arthur.
"Eeh.. Cy.. tunggu." Cepat-cepat Esar mengejar dan menahan langkah Nancy.
"Please jangan kasih tau si Nyai, loe minta apa aja gue kasih deh asal loe jangan ngadu sama si Nyai." Mohon Esar.
"Kasih tau gue dulu, kalian darimana."
"Habis pacaran." Celetuk Arthur.
"Emang loe punya pacar disini?" Tanya Nancy.
"Bukan gue yang pacaran, tapi noh.." Arthur melirik ke arah Esar.
"Loe udah pacaran sama sekretarisnya Tuan Charles itu?" Kini Nancy bertanya pada Esar.
"Belum. Tapi hampir." Jawab Esar sambil senyum-senyum sendiri.
Ia teringat lagi akan kejadian saat dirinya mengantar Jasmine pulang ke apartemennya. Sepanjang perjalanan Esar dan Jasmine terus bergandengan tangan di jok belakang, sedangkan Arthur yang mengendarai mobil terus menghela nafas dan mengelus dadanya melihat kelakuan Esar yang persis seperti anak remaja yang sedang puber. Dan saat sudah sampai tepat di depan unit apartemen Jasmine, hampir saja mereka berciuman kalau saja Arthur yang sedang menunggu di lobi mengganggu kemesraan mereka dengan menelpon ke ponsel Esar.
"Emangnya loe udah dapet restu dari Millie?" Tanya Nancy.
"Kenapa juga gue harus minta restu dari dia, emang dia nyokap gue."
"Loe lupa kalau sebelum loe dapet restu dari Millie, nyokap loe juga gak bakalan setuju sama hubungan loe dengan perempuan manapun?!" Nancy malah membalikkan kata-kata Esar.
"Ah.. tau ah!! Pokoknya kali ini gue harus pacaran sama Jasmine, mau Millie setuju apa gak. Buat gue Jasmine itu perempuan baik-baik, jadi gak ada alasan Millie buat ngehalangin hubungan gue sama Jasmine." Ucap Esar tegas. Nampaknya kali ini niatnya untuk menjalin hubungan dengan Jasmine sudah bulat. Setelah mengatakan itu Esar pun berlalu dari hadapan Nancy.
"Udah biarin aja Cy, namanya juga bocah yang baru ngerasain jatuh cinta. Loe kan tau umurnya Esar masih sembilan belas tahun, ini masa-masanya dia lagi membangkang." Ucap Arthur.
"Tapi..."
"Udah santai aja. Kadang laki-laki juga harus ngerasain rasanya apel busuk supaya dia tau rasanya apel segar gimana. Begitu juga Esar. Selama ini kan dia gak pernah ngerasain rasanya sakit hati di mainin perempuan, jadi gak ada salahnya biarin Esar ngerasain itu dulu biar dia belajar memilih mana perempuan yang bener-bener tulus sama dia dan mana yang gak. Oke." Ucap Arthur sambil menepuk pundak Nancy lalu berlalu meninggalkan Nancy.
Nancy menghela nafasnya.
"Bener juga sih yang di bilang Arthur. Selama ini kan si Millie yang jadi protektor buat si Esar, makanya si Esar jadi gak peka sama perempuan ular." Gumam Nancy membenarkan kata-kata Arthur.
Nancy pun kembali berjalan menuju unit apartemennya.
"Dari mana loe?" Tanya Millie saat melihat Nancy yang baru masuk ke apartemen.
"Buang sampah." Jawab Nancy.
"Buang sampah kok lama banget?" Tanya Millie curiga.
"Tadi ada babang bule yang juga buang sampah. Terus dia ngajak gue ngobrol. Ya udah deh kita ngobrol." Jawab Nancy.
"Dasar loe yah, kalau udah sama cowok aja lupa sama gue!!" Dumel Millie.
"Ya udah yuk tidur, udah jam berapa ini." Ucap Millie lagi.
Millie pun memutar tubuhnya dan kembali berjalan menuju kamar.
Melihat Millie sudah masuk ke dalam kamar, Nancy pun menghela nafasnya lega. Untung saja Millie percaya dengan alasan yang ia buat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
GOD BLESS
biar esar merasakan sakit dilukai sama cewek. baru bisa memilih mn cewek yg pura2 baik dgn yg baik beneran.
2022-07-06
0
🍾⃝ᴇͥɴͣɪͫ☀꙰❦sͩᴇᷞᴛͧɪᷠᴀͣ⏳⃟⃝㉉
arthur bener...
2022-04-21
0
gia gigin
Dasar Duplikatnya Irlan dgn gampang nya di kibulin😏
2022-02-27
2