Setelah bawang, Arthur pun memasukkan telur. Lima telur yang Arthur masukkan. Arthur pun mengorak-arik telur itu bersama bawang yang sudah ia tumis tadi.
"Woaah. Gue gak nyangka loe pinter masak Thur." Esar terpukau dengan cara Arthur mengorak-arik telur.
"Iya dong. Emangnya loe, cuma pinter di akademik doang. Kalau urusan cewek o'on nya kebangetan. Sampe-sampe harus dijagain terus sama pawang loe." Sindir Arthur.
"Sialan loe!!"
Sama seperti bawang, telur yang Arthur orak-arik pun berubah warna menjadi coklat mendekati hitam. Lagi dan lagi, Arthur mengatakan kalau memang seperti itu.
Setelah telur, barulah Arthur memasukkan daging ayam yang tadi sudah di goreng. Setelah itu memasukkan sedikit air, lalu garam, kaldu bubuk, saus tiram, kecap manis, lada bubuk, dan ketumbar bubuk dengan ukuran mengikuti feeling.
"Kok banyak banget yang loe masukkin Thur? Emang di resep di tulis begitu?" Tanya Esar heran karena banyak sekali bubuk-bubuk yang Arthur masukkan.
"Ada yang gak ada yang iya. Tapi gak pa-pa kok di masukkin, biar makin enak rasanya." Jawab Arthur.
"Oh.." lagi dan lagi Esar pun percaya saja pada Arthur.
Tak sampai sepuluh menit, tumis ayam fillet kecap pun siap di sajikan. Sebelum di sajikan, baik Arthur dan Esar tak ada yang mencicipi terlebih dahulu bagaimana rasa masakan Arthur.
Arthur sangat percaya diri dengan rasa masakannya itu. Padahal ini pertama kalinya ia memasak seperti itu.
"Loe siapin nasinya Sar." Perintah Arthur.
"Oke."
Esar pun berjalan mendekati rice cooker, kemudian membuka rice cooker itu.
"Thur..." lirih Esar dengan wajah herannya.
"Kenapa?"
"Sini deh."
Arthur pun berjalan menghampiri Esar.
"Kenapa?"
"Ini kok gini?" Esar menunjuk ke dalam rice cooker.
"Astaga Sar, loe masak nasi apa masak bubur? Loe bikin airnya semana?"
"Tiga cangkir."
"Astaga, satu setengah ruas jari aja udah cukup Sar." Balas Arthur.
"Jadi gimana dong? Masak lagi nih?"
"Udah gak usah, itu aja. Kelamaan kalau mau masak lagi, gue udah laper."
Esar pun mengeluarkan teflon dari dalam rice cooker dan berjalan menuju meja makan dimana tumis ayam fillet kecap sudah tersaji di sana.
Esar dan Arthur yang sudah sama-sama kelaparan pun langsung mengambil piring dan menyendokkan nasi, maaf ralat bukan nasi melainkan bubur dari dalam teflon ke dalam piring mereka, setelah itu baru lah mereka menyendokkan tumis ayam fillet kecap. Dan mereka pun mulai menyantap hasil masakan mereka.
"Peh..peh..peh.." Esar dan Arthur kompak sama-sama melepeh makanan yang sudah masuk ke dalam mulut mereka.
Bukan hanya rasa asin yang mereka rasakan, tapi rasanya nano-nano.
"Astaga Thur, kenapa rasanya kayak gini?" Protes Esar.
"Gara-gara bubur loe nih!! Baru kali ini gue makan nasi super lembek gak ada rasanya." Jawab Arthur yang tak mau masakannya di salahkan.
"Kok jadi nyalahin nasi gue. Ayam loe yang rasanya aneh." Balas Esar.
"Nasi loe."
"Ayam loe."
Mereka berdua jadi berdebat dan saling membela apa yang mereka masak tadi.
"Aaakkh.. udah-udah!! Dari pada kita habisin energi buat debat, mending kita makan aja. Mubajir kalau di buang." Ucap Arthur.
"Ogah gue. Nanti habis makan, gue langsung masuk rumah sakit lagi gara-gara diare." Tolak Esar.
"Mending gue ke sebelah numpang makan." Ucap Esar lagi. Esar pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu hendak keluar.
"Tunggu Sar, gue ikut." Teriak Arthur. Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan berlari mengejar Esar yang sudah hampir sampai di depan pintu.
Mereka pun sama-sama keluar dari unit apartemen Esar dan berjalan ke unit apartemen Millie.
FLASHBACK OFF
💋💋💋
Ting Tong Ting Tong. Esar menekan bel apartemen Millie.
Tak lama pintu pun terbuka.
Ceklek. Millie membuka pintu apartemennya.
"Mau ngapain kalian?" Tanya Millie sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Esar dan Arthur tak menjawab, mereka hanya membalas dengan cengiran aneh.
"Dih malah nyengir. Cepetan bilang mau ngapain kalian?" Tanya Millie sekali lagi.
Esar mencolek lengan Arthur agar Arthur mengatakan tujuan mereka.
"Kita mau numpang makan Mill, boleh?" Jawab Arthur.
"Emangnya kalian gak punya duit buat beli makan apa, sampe-sampe mau numpang makan disini?"
"Masih jetlag Mill, jadi males keluar. Mau pesen online, belum tau aplikasinya." Kini Esar yang menjawab.
"Alesan!!! Bilang aja males makan di luar!" Balas Millie yang tau kebiasaan Esar.
"Ya udah masuk. Kebetulan si Nancy lagi mau masak spaghetti." Kata Millie lagi. Millie pun membuka pintu apartemennya lebar-lebar dan membiarkan dua pejantan itu masuk ke dalam unit apartemennya.
"Emangnya di kulkas loe gak ada bahan makanan?" Tanya Millie pada Esar sambil berjalan menuju dapur.
"Ada. Tapi udah habis kita pake bahan percobaan. Gue kira nih anak bisa masak, eh.. gak taunya gak bisa. Udah gak bisa, sok-sok an bisa lagi." Jawab Esar menyindir Arthur.
"Masih mending gue, dari pada loe masak nasi aja jadi bubur." Balas Arthur.
"Ada beras juga di apartemen loe?" Tanya Nancy yang mendengar percakapan Esar, Millie dan Arthur.
"Ada. Masih banyak kok. Mau gue bawa kesini?" Tanya Arthur.
"Gak usah. Masa makan spaghetti pake nasi." Jawab Nancy.
"Emangnya, kalian masak apa?"
"Tumis ayam fillet. Kalau dari bentuk sih boleh lah, eh.. giliran udah masuk ke mulut, beugh.. udah kayak makanan kucing rasanya." Ejek Esar.
"Sialan loe!! Emang loe udah pernah ngerasain makanan kucing?" Tanya Arthur.
"Udah.. udah diem!! Malah debat lagi kalian berdua!!" Bentak Millie menengahi perdebatan Esar dan Arthur.
"Kalian boleh makan disini, tapi habis makan kalian berdua harus beresin dapur yah!!"
"Iya.. iya.. bawel!!"
💋💋💋
Keesokan paginya.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan waktu setempat, Millie, Esar, Arthur dan Nancy pun sudah siap berangkat bekerja.
Mereka sekarang sudah berada di loby apartemen menunggu orang suruhan Mathew menjemput mereka.
Tak lama kemudian, orang suruhan Mathew pun datang.
"Selamat pagi Tuan Gryson, Nona Millie." Sapa supir yang menjemput keempat orang itu.
"Iya selamat pagi." Balas Esar. Ia masih belum mengetahui siapa orang yang menyapa mereka.
"Saya supir yang di tugaskan Tuan Mathew menjemput Nona Millie dan Tuan Gryson."
"Oh.." Esar hanya ber Oh ria.
"Mari Tuan, Nona kita berangkat." Si supir pun berjalan terlebih dahulu menuju mobil.
Millie, Nancy, Esar dan Arthur pun berdiri dari tempat duduk mereka.
"Sar, loe yakin orang itu yang disuruh Paman Mathew buat jemput kita? Kalau kita di culik gimana?" Tanya Arthur. Ia hanya mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
"Tenang aja, kan kita bawa dua macan betina. Yang satu macan lokal yang satu macan bule, emang ada yang bisa nandingin kedua macan betina itu. Jangan kan penculik, mafia aja mungkin kalah ngadepin dua macan betina itu." Jawab Esar sambil berbisik di telinga Arthur supaya Millie dan Nancy tidak mendengar apa yang Esar katakan.
"Iya juga yah." Arthur malah sependapat dengan Esar.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang sama. Sebenarnya ada dua mobil yang Mathew suruh untuk menjemput rombongan Millie, tapi hanya satu yang terpakai karena Esar dan Arthur tak mau di pisahkan dari Millie dan Nancy. Bukan karena mereka bucin, tapi karena mereka takut apa yang Arthur pikirkan benar adanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ine Kaniawati
Bhahahaah...cowok model gaya baru ini...org sunda bilang mah 'lalaki Nyalindung kagelung' ( laki-laki yg berlindung sm perempuan) yg pake gelung(konde) kan perempuan....nanti bukan lg pejantan tangguh donk tp betina tangguh...🤪🤣🤣🤣🤪
2023-01-12
0
🍾⃝ᴇͥɴͣɪͫ☀꙰❦sͩᴇᷞᴛͧɪᷠᴀͣ⏳⃟⃝㉉
alesan aja...🤣🤣🤣🤣
2022-04-20
0
🍾⃝ᴇͥɴͣɪͫ☀꙰❦sͩᴇᷞᴛͧɪᷠᴀͣ⏳⃟⃝㉉
🤣🤣🤣🤣🤣 ngakunya pinter masak...bikin orak arik aja gosong
2022-04-20
0