Ceklek. Millie membuka pintu apartemennya.
"Mau ngapain kalian?" Tanya Millie sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Esar dan Arthur tak menjawab, mereka hanya membalas dengan cengiran aneh.
FLASHBACK ON.
Setelah selesai membersihkan tubuh mereka, rasa lapar pun melanda Esar dan Arthur.
"Thur, loe laper gak?" Tanya Esar.
"Lumayan sih. Loe?"
"Bukan lumayan lagi, laper banget nih gue." Jawab Esar.
"Ya udah kita keluar, cari makan di luar." Ajak Arthur.
"Meles gue Thur, jetlag nih gue." Tolak Esar. Selain jetlag, Esar memang orang yang malas cari makan di luar.
"Coba lihat di kulkas, manatau aja nyokap gue nyetok makanan."
Arthur pun bangkit dari rebahannya di atas sofa dan Esar bangkit dari rebahannya di atas ranjang. Mereka keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.
Sesampainya di dapur Arthur langsung membuka kulkas.
"Ada apa aja Thur."
"Cuma telur sama ayam fillet."
"Enaknya di apain itu Thur?" Tanya Esar.
"Ya mana gue tau, coba loe cari di internet, enaknya di apain." Arthur malah memerintah Esar.
Esar pun berjalan kembali ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya. Dengan ponsel di tangannya, Esar kembali ke dapur menghampiri Arthur yang terlihat sedang mencari sesuatu.
"Nyari apa loe?"
"Nyari beras. Masa kita makan gak pake nasi."
"Emang loe bisa masak nasi?"
"Lah itu kan ada rice cooker." Tunjuk Arthur.
"Oh.." Esar hanya ber Oh ria.
Esar pun mulai mencari di internet cara mengolah ayam fillet dan telur, sedangkan Arthur kembali mencari keberadaan beras.
"Aha... ini dia." Ucap Arthur saat melihat beras berukuran lima kilogram yang masih terbungkus rapih di lemari tempat menyimpan bahan makanan.
"Ada berasnya?"
"Ada dong." Jawab Arthur dengan bangganya.
"Loe gimana udah nemuin belum mau di masak apaan?" Tanya Arthur.
"Bingung gue, banyak banget." Jawab Esar.
"Yang gampang aja." Balas Arthur.
"Sini-sini gue lihat." Ucap Arthur lagi.
Esar pun mendekati Arthur dan memberikan ponselnya pada Arthur.
"Nah ini aja nih, tadi gue liat ada bahan-bahannya ada nih." Ucap Arthur saat membaca resep membuat tumis ayam fillet.
"Nah terus telurnya mau di apain?" Tanya Esar.
"Kita orak-arik aja dulu, terus nanti kita gabungin sama ayamnya." Jawab Arthur.
"Udah yuk, kita mulai eksekusi. Loe siapin nih bahan-bahan yang ditulis disini. Biar gue masak nasi dulu." Perintah Arthur.
"Gue gak tau yang mana-mana aja bahannya." Jawab Esar. Esar memang buta bahan-bahan dapur.
"Ya udah, gue aja yang siapin bahannya, loe yang masak nasi." Balas Arthur.
"Cara masak nasi gimana?" Tanya Esar.
"Loe pinter-pinter be•go yah!! Pertama loe keluarin dulu tuh teflon yang ada di rice cookernya, terus loe ukur deh berasnya, gak usah banyak-banyak satu-dua cangkir aja, terus loe cuci berasnya, nyucinya jangan pake sabun yah!! Ntar loe cuci pake sabun lagi!! Habis itu loe masukkin lagi air, nah baru deh loe masukkin ke rice cookernya, loe cetek deh tuh tombolnya sampe lampunya ke tulisan yang cook. Paham kan loe?" Tanya Arthur setelah dirinya menjelaskan panjang lebar pada Esar.
"Oke.. oke, paham gue." Jawab Esar mantap.
Esar pun mulai mengerjakan urutan memasak nasi seperti yang Arthur jelaskan. Dan Arthur pun mulai menyiapkan bahan-bahan seperti yang tertulis di resep.
"Ini kok air berasnya gak bening-bening." Gumam Esar saat sudah empat kali mencuci beras tapi air berasnya tidak bening-bening.
"Akh..bodo lah." Gumam Esar lagi. Ingin bertanya pada Arthur, tapi Esar gengsi. Takut Arthur mengejeknya.
Mungkin kalau soal pelajaran, sambil tidur pun Esar bisa cepat menangkap apa yang sedang guru jelaskan, tapi kalau soal masak begini, mau sampai mulut berbusa, mau sampai otak jebol, Esar agak susah menangkap. Bagi Esar memasak itu adalah sama sekali tidak masuk di akalnya.
Setelah pusing dengan air cucian beras yang tidak bening-bening, sekarang Esar di pusingkan dengan ukuran untuk memasak beras.
"Nih ukurannya semana?" Gumam Esar bertanya-tanya dalam hati.
"Tadi kan gue masukkin berasnya dua cangkir, berarti airnya gue juga harus masukkin dua cangkir." Gumam Esar lagi.
Esar pun mulai memasukkan air dua cangkir.
"Bisa gak Sar?" Tanya Arthur sambil dirinya memotong bawang bombay.
"Bisa dong. Gini doang mah gampang." Jawab Esar dengan kepedean tingkat tinggi.
Arthur pun percaya-percaya saja dengan apa yang Esar katakan. Sangking percayanya Arthur tidak perlu mengecek pekerjaan Esar.
"Kok kayaknya dikit amat yah airnya. Tambah satu cangkir lagi deh." Esar pun menambah satu cangkir lagi air ke dalam teflon yang sudah berisi beras yang sudah empat kali ia cuci.
"Nah, gini kan pas nih." Gumam Esar lagi. Setelah dirasa pas, Esar pun memasukkan teflon itu ke dalam rice cooker dan menceteknya seperti petunjuk Arthur.
"Oke beres." Gumam Esar.
Esar pun menghampiri Arthur.
"Ada yang bisa gue bantu?" Tanya Esar.
"Kayak call center aja loe, ada yang bisa dibantu?" Jawab Arthur sambil mengikuti gaya bicara operator call center.
"Nih, loe potong-potong dadu ayamnya, terus loe balurin ke tepung itu." Perintah Arthur sambil menunjuk tepung bumbu SajenKu yang sudah Arthur tuang ke dalam mangkok.
"Oke. Motong-motong doang mah gampang." Ucap Esar.
Semua bahan pun sudah siap di olah. Hal yang pertama mereka lakukan adalah menggoreng daging ayam yang sudah di potong dadu dan di balur dengan tepung bumbu.
Esar pun mulai memasukkan satu potong daging ayam ke penggorengan dengan minyak yang sudah panas.
"Astaga Sar, masukin aja semuanya, ngapain satu-satu."
"Oh gitu." Esar pun langsung memasukkan semua daging ayam ke dalam penggorengan.
Setelah beberapa menit, daging ayam pun sudah mulai kecoklatan.
"Kayaknya udah bisa di angkat deh nih. Angkat Sar." Perintah Arthur.
Bukan daging ayam yang ada dalam penggorengan yang Esar angkat, melainkan penggorengannya pun ikut Esar angkat.
"Bukan penggorengannya be•go!! Itu dagingnya loe angkat dari penggorengan terus loe tirisin di sini." Ucap Arthur sambil memberikan tirisan minyak.
"Oh.. gitu." Esar hanya ber Oh ria, lalu mengambil tirisan minyak dari tangan Arthur dan mengangkat daging ayam dari dalam penggorengan.
Setelah daging ayam terangkat semua, sekarang giliran Arthur yang mulai memasak.
Sebelum mulai memasak, Arthur membaca sekali tahapan-tahapan yang tertulis di resep. Setelah paham Arthur pun mulai menumis bawang-bawangan.
Karena ini pertama kali juga bagi Arthur, jadi bawang yang ia tumis pun berubah warna menjadi coklat hampir menuju hitam.
"Itu gak gosong Thur?" Tanya Esar.
"Gak, dia emang gitu. Udah loe tenang aja." Jawab Arthur. Padahal dalam hatinya ia juga merasa kalau bawang yang ia tumis mendekati gosong.
Esar yang tidak tau apa-apa pun percaya-percaya saja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ine Kaniawati
Hahaha...kebayang hasil masakannya gimana..pasti gagal...🤪🤣🤣
2023-01-12
0
Queendah
hhaa..ada yg gitu london, thor. sajenmu😄
2022-06-04
0
🍾⃝ᴇͥɴͣɪͫ☀꙰❦sͩᴇᷞᴛͧɪᷠᴀͣ⏳⃟⃝㉉
kolaborasi masak para cowok yang sok tau...hasilnya...ambyar...🤣🤣🤣
2022-04-20
1