Pesona wanita mabuk sampai pada Lucio Vargas dan ia tidak normal jika berpura-pura biasa saja. Belliza Driely seperti yang diagungkan Nyonya Yves, penuh sejuta daya pikat. Pupil di kelilingi lingkaran cokelat kehijauan, kombinasi indah dan langka, yang membuat Belliza sangat menawan. Lekukan kelopak seakan digambar ekstra hati-hati, bahkan sangat rinci di atas bulu mata keemasan. Karakter tulang rahang tegas tetapi lembut. Satu hal pasti, Tuhan tak main-main ketika membentuk wajah Belliza Driely.
Saat Belliza marah pada Oskan dan menganggapnya Oskan, sorot mata pancarkan kerapuhan di atas cinta begitu besar dan malah sangat memikat. Belliza Devano adalah musik klasik, tak akan bosan mendengarnya meski telah diputar berulang kali.
Namun, ada yang harus dihormati di sini bahwa wanita ini, istri sepupunya. Adalah si Oskan Devano, pria terbodoh di dunia yang telantarkan istri secantik ini.
Angin menderu di atas permukaan sungai, kibarkan tirai. Belliza Driely Damier telah hilang kontrol di bawah pengaruh alkohol. Hanya ingin larikan diri. Tak henti memaki Oskan dan ungkapkan cinta, meskipun lambat. Dan Lucio Vargas telah jadi sasaran empuk Belliza. Pria itu menerima banyak cakaran juga kecupan dan tak habis pikir, mengapa ia tak pergi saja dan biarkan Belliza sendirian?
Lucio Vargas memapah Belliza ke kamar mandi setelah ia bersihkan dirinya sendiri dari muntahan, kemudian memakai kemeja dan celana putih, menggulung kemeja lewati lengan.
Lekas menyokong Belliza yang limbung dan lepaskan pakaian Belliza satu persatu. Aroma muntah sungguh bikin Lucio Vargas mual. Namun, jika tidak dibersihkan Belliza akan tidur dengan bau-bau aneh yang mengerikan ini. Lucio Vargas mengatur napas ketika wanita di depannya sisakan dalaman atas dan bawah. Membendung hasrat para pria pada umumnya pada visual sempurna seorang wanita, tak bisa hindari diri dari merinding ketika tangannya menyentuh kulit halus Belliza.
Dan wanita mabuk ini terus-terus saja memantik api.
"Oskan ..., bukankah bokongku lebih bagus dari Helena? Apa matamu rabun?" Telunjuk Belliza mendorong-dorong dadanya. Bicara lagi, kali ini lebih lamban dan terseret. Lidah seakan telah terbalik letaknya oleh alkohol, tetapi tak lantas berhenti bicara. Murka di hati Belliza macam tak ada habis.
Bersihkan wajah Belliza dengan cepat. Hati-hati di bagian bibir. Temukan darah di pintu hidung. Belliza tampak tak kesakitan. Tentu saja, Belliza mabuk berat.
"Muntahan dari mulutmu berasal dari lambung. Akan bersifat asam dan bahayakan gigimu. Sebaiknya kamu menyikat gigi."
Membantu Belliza menyikat gigi.
"Buang dan berkumurlah!" pinta Lucio heran pada dirinya sendiri. Itu bukan terdengar seperti Lucio Vargas.
"Pasta gigi ini enak," keluh Belliza menelan pasta gigi sebelum Lucio Vargas dapat mencegahnya.
"No no no! Belliza itu sangat jorok! Ya Tuhan, Belliza kamu sangat berbahaya saat mabuk. Jangan menelan pasta seperti tadi!"
Lucio Vargas seakan bicara pada gadis kecil berusia 6 tahun. Dan Belliza mengangguk patuh, manyunkan bibir.
"Berhenti minum dan mabuk!"
Menggeleng keras, tak setuju pada tuduhan Lucio Vargas.
"Aku tidak mabuk, Mr. Oskan Devano. Aku hanya tertekan pada sikap dinginmu. Aku minum karena kau mengabaikan aku, Oskan. Aku menunggumu tetapi kamu mencintai orang lain. Aku dengar kamu menelpon Helena dan janjian bertemu hari ini. Aku mendengarmu bicara lembut pada Helena tentang pizza rústica. Kamu pergi dengannya dan lupakan bahwa istrimu sendiri belum makan siang," kata Belliza lagi tak bisa sembunyikan gundah gulana. Dentaman menyedihkan tidak mudah berakhir dalam beberapa jam.
"Baiklah, mari akhiri ini! Aku akan membawa Cheryl. Kami akan hidup dengan baik bersama Bellova dan Bellinda. Kamu akan menyesal nanti." Penuh tekad.
"Itu bagus," sahut Lucio Vargas mengusap sisa pasta dengan wash lap.
"Oh, apakah aku sanggup? Aku mencintaimu. Apa Cheryl sanggup hidup tanpamu, Daddy?" Mulai menangis lagi, meluruh ke lantai dan memeluk lutut. Menangis tersedu-sedu.
Oskan Devano sepertinya sangat menyakiti Belliza. Lucio menggendong Belliza pergi ke sofa, baringkan Belliza di sana dan selimuti wanita yang sesenggukan itu. Ia mengganti sprei kemudian pindahkan Belliza kembali ke ranjang, selimuti Belliza. Telapak tangan punggungi dahi Belliza.
Demam? Mungkinkah karena tak makan apapun dan masalah cinta, wanita itu jadi demam? Juga ada darah dari hidung. Mengambil tisu, menghapus.
Bel studio berbunyi.
"Jangan pergi! Aku tak pahami apa maumu, tetapi tolong jangan pergi pada Helena. Abaikan aku sesuka hatimu, tapi jangan pergi padanya! Kamu menyakitiku!" Tangan Belliza dengan cepat menariknya jatuh ke ranjang dan seperti bayi kucing bersembunyi di dadanya.
"Oskan, cintai aku!"
Lucio tak berusaha lepaskan dirinya. Ia ulurkan lengan, mendekap Belliza. Biarkan kaki-kaki Belliza menjebaknya, abaikan bel pintu.
"Baiklah! Tidurlah!"
"Nyanyikan aku lagu! Sama seperti kamu nina bobokan Helena semalam!"
"Baiklah! Kamu mungkin ingin dengar Eternal Flame, Belliza?"
Mengangguk.
Close your eyes, give me your hand, Darling!
Pejamkan matamu, berikan tanganmu, Sayang!
Do you feel my heart beating?
Apakah kau rasakan debaran jantungku?
Do you understand?
Apakah kau mengerti?
Do you feel the same?
Apakah kau rasakan hal yang sama?
Am I only dreaming?
Apakah aku sedang bermimpi?
Or is this burning an eternal flame
Atau apakah bara ini menyala abadi?
I believe it's mean to be darling
Aku percaya semua ini telah ditakdirkan, Sayang
I watch you when you are sleeping
Kupandangi dirimu saat kau terlelap
You belong to me
Kau milikku
Bernapas berat. Bayangkan jika bukan dirinya, tetapi pria asing. Belliza mungkin tak akan terselamatkan. Lucio Vargas bisa saja beritahu Oskan Devano bahwa Belliza bersamanya dan tidur dalam pelukannya, Oskan pasti akan berlari dan datang tanpa basa-basi.
Belliza akhirnya berhenti meracau dan terlelap. Tidak sepenuhnya. Tidur dengan kerutan di kening, sesuatu menyiksanya. Lucio menarik lengan perlahan turun dari ranjang ketika bunyi bel kembali berdering.
"Tuan, Anda memanggilku?" Seorang pria sebaya dirinya, berdiri di muka pintu. Mengerut. "Apa sesuatu terjadi pada wajah Anda?" Dean melongok ke dalam ruangan langsung ke bagian atas, di mana ranjang bisa terlihat dengan mudah. Mengira-ngira.
"Ya. Batasi pengunjung. Tutuplah di jam 2 pagi. Tak ada pesta melihat matahari terbit!" Perintah Lucio Vargas jelas.
"Tuan, beberapa customer telah reservasi untuk rayakan ulang tahun dan bukankah kita sangat tidak profesional jika batalkan sepihak."
"Tugasmu, Dean. Pindahkan mereka ke tempat lain. Berikan kompensasi!"
"Apakah sesuatu mendesak terjadi?" tanya Dean berpikir Tuan Lucio Vargas kehilangan akal sehat. Klub sangat ramai menjelang matahari terbit. Itu karena lantai atas klub akan dipenuhi insan yang menyukai matahari terbit.
"Ya. Aku ingin tidur tanpa keributan."
"Bukankah ruang tidur Anda kedap suara?"
"Dean?! Apakah kita akan rugi besar jika kita tutup selama lima jam?" tanya Lucio Vargas tajam.
"Baiklah, Tuan!"
"Carikan seseorang untuk pelajaran etika bagi semua staf."
"Tuan?"
"Bouncer di pintu masuk, Tania, sangat tidak ramah dan tidak sopan. Pakaiannya juga sangat tidak enak untuk dipandang. Apakah kamu ingin Luxury berubah seperti kotak sampah?"
"Tuan?"
"Dean ..., dan para wanita yang mabuk perlu diantar ke rumahnya sebelum seorang pria asing manfaatkan situasi mereka."
Dean Thomas, sekali ini semakin berkerut. Terlebih setelah lebih diamati seksama, wajah Lucio Vargas dipenuhi bekas kuku.
"Jika wanita ini kemari dan mungkin saja minum hingga mabuk, kamu hanya perlu biarkan dia tidur di ruanganku ini dan tak boleh ijinkan siapapun menyentuhnya meskipun pria itu suaminya!"
Pria biasanya jadi tak normal jika menyangkut seorang wanita. Sama hal Lucio Vargas. Dean cukup kenal bosnya. Lucio mudah tidur dengan wanita karena aura maskulin pria itu. Anda bisa mendefinisikan Harimau atau Singa dengan jelas, begitu juga seorang pria bernama Lucio Vargas. Tanpa perlu merayu, para gadis akan datang padanya. Ia begitu mudah dapatkan wanita. Di saat mantan-mantannya telah menikah, Lucio Vargas tetap betah melajang karena sibuk tebar pesona. Hanya satu wanita yang berhasil buatnya bertahan dalam hubungan penuh komitmen, Dakota James. Namun, wanita itu kemudian memilih pria lain untuk dinikahi.
Dean Thomas mengangguk ketika melihat foto Belliza.
"Ini, seperti istri Tuan Oskan Devano."
Dan Dean Thomas tahu, Lucio Vargas dan sepupunya Oskan Devano telah bersaing sejak kecil untuk jadi yang terbaik. Itu karena Devano hanya punya dua orang pria dalam keluarga besar mereka, Oskan Devano dan Lucio Vargas, meskipun Lucio tidak termasuk dalam turunan Devano karena secara patrilineal Lucio adalah milik keluarga Vargas. Namun, Lucio diberi keistimewaan untuk lanjutkan keturunan Devano dan Vargas secara bersama, mengingat Devano hanya punya Oskan sedangkan ada begitu banyak pria dalam keluarga Vargas. Keduanya akhirnya selalu bersebrangan, berlomba-lomba untuk saling menjegal dan mencekik. Hanya di hadapan Nyonya Yves, Lucio dan Oskan akur. Itu karena Nyonya Yves tak suka permusuhan dalam satu keluarga.
"Ya."
"Baiklah. Apa ada yang dibutuhkan lagi?"
"Emm ya, bawakan aku pakaian wanita. Sesuatu yang bagus dan istimewa."
"Baiklah, Tuan. Apa masih ada lagi?"
"Ini di luar urusan klub."
"Ya?!"
"Caritahu apa yang dilakukan Oskan Devano? Beritahu aku, keinginan dan rencananya. Sesuatu yang bisa buat aku mengekang lehernya."
"Tuan, bolehkah aku tahu alasan Anda untuk permintaan terakhir? Terus terang, Anda tak seperti biasanya."
Lucio Vargas menatap Dean Thomas. Tak menyahut tetapi hatinya bicara.
Aku menginginkan Belliza.
***
Anda perlu tinggalkan like, komentar dan like di komentar readers lainnya, pada tiap chapter, karena ada dua chapter hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
nely sihite
banyak cinta untuk novel sebagus ini Thor ❤️❤️
2023-06-13
0
✨Susanti✨
next...
2023-01-14
0
PeQueena
aku harap.. kau tak menyakiti belliz..walaupun dia pernah melakukan kesalahan tapi itu tak sepenuhnya kesalahannya..
2022-12-25
0