Beradu pada pandangan yang tak ingin mengalah, Raymundo melihat keteguhan hati Bellova, sementara air di shower terus mengucur. Tetes-tetes air, meluruh di atas wajah Bellova. Jika, ia tak salah kenali, ada campuran air mata di sana.
"Aku bertaruh, Oskan sedang bersama Hellena saat ini," tambah Bellova pelan, dingin dan muak.
"Kita akan segera tahu." Raymundo menyahut berusaha keras hanya fokus pada mata berapi-api. Ia tak bisa menolak tubuh molek seorang wanita karena ia pria normal. Mengerut.
"Pakai bajumu!" Ia meremas lengan Bellova, meraih kembali pinggang wanita itu dan membawanya keluar dari bath up.
"Hentikan!" tolak Bellova keras. "Mengapa Anda terus paksakan kehendak?"
"Lima menit bersihkan dirimu."
Raymundo keluar dari kamar mandi, pergi ke jendela, menghadap keluar. Helena ada di rumah beberapa waktu lalu saat ia tinggalkan. Ia menelpon Aldinho dan mengetahui bahwa Helena pergi dari rumah sehari setelah dirinya. Aldinho tak sanggup hadapi Helena sebab Helena berubah pemarah.
Wanita itu bergerak di belakang tak lama kemudian, bertukar pakaian.
"Jika Oskan bersama Helena, aku sendiri yang akan menghukum adikku. Lagipula aku perlu membunuh Oskan Devano tak peduli pada wanita manapun."
"Anda tak akan lakukan itu!" desis Bellova tajam. "Oskan punya Puteri."
Raymundo berbalik, dengan cepat datangi Bellova dan mencengkeram bagian atas blouse Bellova hingga wajah mereka nyaris bersentuhan. Bellova sangat terkejut, menyangga kedua tangan di meja rias.
"Wanita yang hendak Oskan tembak kemarin pagi juga punya seorang Puteri berusia 6 tahun," balas Raymundo cepat dan marah.
"Oskan memang keliru sewaktu menjalin hubungan dengan Helena, tetapi dia bukan pembunuh atau penjahat."
Raymundo amati Bellova yang tampak penuh percaya diri membela Oskan Devano, sorotkan tatapan merendahkan. Bellova, Belliza dan Oskan Devano tinggalkan semacam teka-teki vertikal yang perlu diisi tiap kotak kosong.
"Kita lihat saja nanti!"
Napas hangat menerpa wajah Raymundo dan ciuman asing sempurna kemarin pagi tiba-tiba terulang ketika mata tanpa sengaja menangkap sekilas bibir wanita di depannya.
"Mommy? Mommy?" Gedoran kecil di pintu kamar kagetkan keduanya.
"Cheryl?"
Raymundo menoleh ke arah pintu, ketika ia kembali, mata Bellova bersinar memelas sedang menatap padanya.
"Tolong jangan terlihat. Cheryl mungkin akan ketakutan pada Anda."
"Mommy? Apa Mommy di dalam? Aku tak melihat Daddy. Aku rindukan Daddy."
Raymundo lepaskan pegangan. Bellova segera datangi pintu sedang Raymundo pergi ke sisi almari, sembunyikan senjata juga dirinya. Pintu terbuka.
"Mommy?"
"Cheryl?! Oh, Sayangku. Bukankah Anda harusnya sudah tidur jam segini, Tuan Puteri? Berapa jam aku tak melihatmu? Oh Sayangku, lihatlah wajah lucu yang buat kecanduan ini."
Cheryl terkekeh ciumi Bellova dan minta digendong. Bellova mendekap Cheryl. Suara imut yang terpatah-patah bicara.
"Mommy aku ingin dongeng."
"Oh ya Tuhan, tentu saja."
"Tentang Puteri Kembar."
"Bukankah harusnya Anda bosan mendengar kisah yang sama berulang kali, Tuan Puteri?"
"No Mommy. Aku suka Belliza dan Bellova, sangat suka. Tetapi bisakah Belliza dan Bellova di kerajaan lain? Aku tak suka ada penyihir."
"Baiklah, kemarilah!"
Raymundo amati dari sebelah almari. Pandangan mereka bertemu. Bellova mengangguk ke arah Cheryl, beritahu Raymundo bahwa ia butuh waktu. Baringkan gadis kecil di ranjang, Bellova menepuk pelan sisi tubuh Cheryl.
"Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang raja bijak dan arif. Baginda memerintah wilayah yang sangat luas dari Utara ke Selatan. Sayangnya, raja tak punya putera mahkota. Hanya Puteri kembar."
"Belliza dan Bellova."
"Ya. Keduanya pandai, menawan dan sama-sama bijaksana."
"Juga sangat-sangat cantik."
"Baiklah," angguk Bellova menggelitik kuping Cheryl hingga gadis kecil itu terkekeh. "Tetapi, raja hanya harus memilih salah satu di antara keduanya untuk gantikan Raja memerintah daerah kekuasaan yang Baginda miliki. Jadi, Raja berikan semacam ujian bagi kedua Puteri. Bellova dikirim ke Utara pada seorang petani yang miliki banyak anak. Sedang Belliza pergi ke Selatan, pada seorang pedagang buah. Sebelum keduanya meninggalkan istana, keduanya diberi bekal. Bellova membawa selendang sutera Ibunya sedangkan Belliza membawa kalung zamrud yang sangat indah."
"Petani miliki empat anak dan mereka hanya andalkan hidup dari bertani. Puteri Bellova bekerja di ladang, memegang cangkul dan membajak hingga tangannya rusak dan kasar. Tetapi, ia tak mengeluh. Tanaman kemudian siap dipanen, tetapi datanglah seorang pria berkuda dan hancurkan ladang itu hingga si petani dan anaknya tak bisa makan. Mereka kemudian kelaparan. Puteri Bellova putuskan untuk pergi ke pasar dan membeli makanan. Ketika dalam perjalanan pulang, Puteri Bellova melihat pengemis. Ia kemudian berikan selendang itu pada pengemis untuk dijual karena ia sudah tak punya uang lagi."
"Pria berkuda itu menyebalkan, ya, Mommy!"
"Ya, banyak pria menyebalkan di dunia."
"Mengapa mereka begitu?"
"Mungkin karena kurang kasih sayang dari para Ibu," sahut Bellova kalem. "Karena mereka punya setumpuk batu di hati mereka."
"Lanjutkan, Mommy!"
"Bellova kemudian tak ingin pulang ke kerajaan setelah tugasnya selesai. Ia pergi menyusul kakaknya ke Selatan."
"Apa yang terjadi dengan Belliza?"
"Belliza pergi ke rumah pedagang buah dan membantu pedagang buah berjualan. Tiap hari Belliza berjalan kaki jauh untuk antarkan anggur dan apel pada seorang saudagar kaya raya. Kakinya kemudian lecet dan kulitnya mulai kecokelatan. Tetapi, ia tak mengeluh. Suatu hari ketika sedang mengantarkan buah, ia bertemu seorang pemuda mabuk yang menghancurkan seluruh buah yang ia bawa. Saudagar kemudian menuntut pedagang buah untuk ganti rugi. Belliza yang tidak tega berikan kalung yang ia miliki sebagai ganti. Tetapi, saudagar menolak kalung zamrud. Saudagar inginkan Belliza menjadi pelayan di rumah itu. Bellova yang sampai tepat waktu, tidak tega melihat kakaknya menderita, kemudian menemui saudagar untuk menjadi pelayan di rumahnya sebagai ganti Belliza. Tetapi tak ada yang tahu bahwa Bellova gantikan kakaknya dan menyuruh Belliza kabarkan pada raja bahwa Puteri Belliza masih harus bekerja. Puteri Bellova kemudian disandera oleh saudagar kaya itu dan tak bisa pulang ke istana."
"Apakah tidak ketahuan?"
"Ketahuan akhirnya dan saudagar bertambah marah."
"Apakah saudagar itu menyiksa Puteri Bellova? Oh, aku tak suka ini."
"Tidak. Saudagar itu jadikan Bellova pelayannya karena merasa Bellova menipu dirinya."
"Akh, sayang sekali."
"Bukankah kamu harusnya mengantuk dan tidur?"
"Apakah Puteri Belliza bahagia di istana?"
"Ya, selendang yang Bellova berikan pada pengemis dikembalikan dan ternyata, Pengemis itu adalah seorang putera mahkota. Jadi, Puteri Belliza akhirnya menikahi Putera Mahkota."
"Bagaimana dengan Bellova? Bukankah harusnya Puteri Bellova menikahi pengemis yang adalah putera mahkota, kan selendang itu punya Puteri Bellova?"
Anak-anak mudah mencerna dongeng seperti perut kecil mereka menyerap bubur apel.
"Bellova sangat menyayangi saudara kembarnya, jadi, ia tidak keberatan. Puteri Belliza dan putera mahkota punya seorang Puteri yang sangat cantik."
"Bagaimana dengan Bellova?" Cheryl mulai menguap tetapi gigih ingin tahu tentang Bellova.
"Tidurlah, Sayang. Puteri Bellova akan menemukan kebahagiaannya sendiri, tetapi, tak akan mudah."
"Tapi, aku ingin Puteri Bellova bahagia."
"Baiklah, di akhir kisah, saudagar kaya ternyata seorang Pangeran dan ia jatuh cinta pada Puteri Bellova. Dia kemudian menikahi Puteri dan mereka hidup bahagia selamanya."
"Oh, manis sekali. Aku berdoa Mommy bahagia bersama Daddy seperti Puteri dan Pangeran."
"Tentu saja."
Bellova mengelus rambut Cheryl dan tak berhenti mengecup hingga Cheryl terlelap. Menghela napas panjang dan menggendong gadis kecil itu keluar dari kamar. Wanita itu kembali beberapa saat kemudian, menutup pintu.
"Dongeng yang bagus," sambut Raymundo datar.
"Anak-anak suka dongeng karena dongeng selamanya indah. Cheryl mungkin akan kehilangan ayahnya suatu waktu ketika putera Helena lahir."
Bellova mengikat rambut dan menggelung di tengkuk. Memakai anting juga riasan. Ia meraih mantel dan melihat ke cermin. Ia bersedih, tetapi kerapuhan segera lenyap berganti sesuatu lain hingga wanita itu tampak berbeda.
"Di mana Belliza?" tanya Raymundo. Pantulan wajah Bellova terlihat di cermin. Wanita di depan mengangkat wajah, benturan tatapan, di mana mata sang wanita ungkapkan banyak emosi.
"Aku Belliza," jawab Bellova mengangguk pada cermin, terlihat kokoh tetapi mengandung sengsara. "Aku Bellova kemarin dan Belliza hari ini."
"Apakah kamu ingin mengisi omong kosong lucu ini ke dalam cangkir kosong, Bellova Driely Damier?"
Dalam durasi panjang, mereka bertemu di cermin.
"Jika seseorang mencari Belliza untuk menyakitinya maka ..., akulah Belliza."
**
Chapter yang aku cut jadi dua. Tetapi, bisakah tinggalkan dukungan ditiap chapter? Kalau nanti up 2 chapter?
Aku mencintaimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rossida Sity
bingung
2024-11-13
0
✨Susanti✨
next...
2023-01-14
0
lid
raymondo😘😘😘
2022-03-12
0