"Tahan, Sobat. Aku mengunggah sesuatu yang menarik."
"Simpan untuk dirimu sendiri!" Raymundo tak ingin terhasut, mulai hilang sabar menarik earphone dan tak ingin pedulikan Black Mask. Oskan Devano oleh banyak kasus perlu dilenyapkan. Pria itu menikahi wanita lain dan menghamili Helena, menyerang Axel Anthony dan melukai Queena. Sedang Bellova Driely, berani sekali wanita itu menganggapnya pria murahan yang gampang disentuh. Raymundo tak punya alasan untuk penistaan harga diri. Ia akan menembak mati dua orang di depan sana.
"Keluarga ini penuh konspirasi." Black Mask beri kabar. "Bellova punya saudara kembar. Identik, hampir sulit bedakan keduanya. Mereka bahkan punya warna mata yang sama. Dan Puteri ketiga Paul Giorgino Damier bernama Bellinda, mirip kedua kakaknya."
Aldinho pernah peringatkan Raymundo beberapa waktu lalu tentang Puteri Damier yang mirip. Mungkin perilaku mereka.
"Yang aku lihat, Bellova. Aku punya keahlian mengidentifikasi seseorang."
"Istri Oskan Devano bernama Belliza Driely Damier, seorang perancang busana. Mereka punya Puteri berusia tiga tahun bernama Cheryl."
"Menarik!"
"Bukankah pria ini telah sangat menyinggung?"
Raymundo mengangguk sepakat, di segala sisi.
"Aku akan mencari tahu, BM."
"Kamu akan masuk?"
"Ya, aku tak bisa menembak kucing dalam karung."
Sebenarnya tak ada perbedaan, entah itu Bellova atau lainnya. Lalu, apa yang buat ia perlu mencari tahu?
"Oskan tidak setia pada Belliza, pria itu lebih banyak habiskan waktu bersama Hellena Alvaro, adikmu."
Terdiam. Jadi, apa ia akan sakiti Hellena juga agar Oskan Devano menderita? Oskan Devano sepertinya punya banyak wanita.
"Aku akan mencari tahu langsung!"
"Bravo."
Matahari kemerahan di ujung angkasa. Amati teleskop. Bellova meminta pengasuh membawa puterinya, ke dalam rumah setelah ciuman dan pelukan sayang. Atau itu Belliza. Tidak, Raymundo yakin wanita itu Bellova Driely. Mereka kemudian berdebat dengan Oskan tentang sesuatu dan mengancam pria itu. Mungkin tentang Hellena. Tinggalkan Oskan, Bellova masuk ke dalam rumah, tak lama berselang, balkon lantai dua dibuka. Wanita itu pergi ke teras, menghirup udara, menangis. Jika bukan istri Oskan, mengapa wanita itu tampak sangat terluka? Biarkan ruang tidur terbuka saat bertukar pakaian. Raymundo berdecak.
"Oskan Devano akan bertemu seseorang di A Esquina sore ini."
Black Mask sepertinya berhasil dapatkan informasi dari ponsel yang dibawa Raymundo.
Kembali ke hunian. Tiga puluh menit, Oskan berpakaian rapi menunggu dekat mobil dan istrinya muncul beberapa menit berselang. Tak saling bicara, hanya mengangguk. Wanita itu memakai mantel cokelat, boot hitam juga scarf. Rambutnya disanggul. Mereka naik mobil dan pergi dari rumah.
Raymundo ikuti dari belakang. Mobil itu pergi ke pusat Barrancos ke sebuah restoran. Tak lama kemudian, beberapa orang datang. Sepertinya akan ada kesepakatan bisnis.
Raymundo amati dari seberang restoran. Tak banyak yang bisa ia lihat karena bangunan restoran bergaya kontemporer, tembok dengan sedikit kaca sebagai ventilasi. Ia harus masuk ke dalam. Tetapi, bagaimana caranya?
"Butuh bantuan?"
Entah dari mana, Deenar, tiba-tiba saja masuk ke dalam mobil. Tersenyum cerah.
"Mengikutiku?"
"Membuat peluang bersamamu."
"Jangan berharap, D!"
"Seperti tidur seranjang tanpa bersentuhan, menatapku tanpa ingin bercinta. Jadikan aku pelampiasan kesalmu. Itu cukup."
"Seburuk itu?"
"Aku melebar-lebarkannya. Kamu tak lakukan itu, tetapi aku yang inginkan itu."
Deenar ulurkan tangan ingin menyentuh tengkuknya tetapi Raymundo menghindar. Deenar tersenyum lembut, memahami pria di sisinya.
"Mari berkunjung sebagai sepasang pelancong yang sedang bulan madu." Raymundo amati lantai dua restoran.
Deenar, membuka pintu mobil dan memutari, menunggu. Masuk ke dalam restoran yang lengang, bergandengan tangan dan beraksi seperti sedang honeymoon. Beberapa pengawal terlihat di tangga naik menuju lantai dua. Keduanya duduk di pojok. Pelayan datang dengan menu makanan.
"Secara ajaib, kami menemukan restoran ini setelah berputar-putar. Dan aku melihat review di sebuah blogger bahwa pemandangan dari teras lantai 2 sangat spektakuler. Bisakah kami menikmati makanan di sana? Kami akan kembali ke Lisbon dan dambakan bisa eksplorasi restoran ini."
"Sangat tersanjung, Anda terlihat begitu terpikat pada restoran kami. Tetapi, maafkan kami Nyonya! Lantai dua sedang di-private."
"Oh, sayang sekali. Aku sungguhan ingin penuhi imajinasiku karena aku sedang hamil." Deenar memang pandai melebarkan sesuatu.
"Anda bisa lewat sisi lain, Nyonya! Tetapi, bisakah bersabar sekitar 20 menit?"
"Oh, tentu saja. Kami akan menunggu. Kata orang, Ham dari Barrancos terkenal sangat lezat," ujar Deenar berseri-seri. "Dan aku ingin farófias untuk hidangan penutup."
"Baiklah, Nyonya! Bagaimana dengan Anda, Tuan?"
"Aku hanya ingin kopi."
"Oh ayolah! Kita akan lakukan perjalanan jauh. Setidaknya makan sesuatu, Sayang!"
"Pizza."
Cod yang berlimpah krim ingatkan Raymundo pada Queena, juga anggur putih. Bagaimana Queena terjebak di gudang penyimpanan anggur, kedinginan dan ia menggendong wanita itu kembali ke kamarnya. Apakah wanita itu sudah siuman? Ia tak bisa bertanya pada Axel Anthony. Ponselnya bergetar. Kebetulan atau memang telepati. Axel dan dirinya telah mengikat naluri.
"Apakah kamu baik-baik saja? Aku mencemaskanmu."
Satu pesan dari Mr. Owl. Ia balas mengetik. "Ya, apakah Mrs. Owl baik-baik saja?" Lalu, merasa tak pantas dan menghapus. Mengganti dengan balasan.
"Ya. Aku sedang giat bekerja."
Kemudian menunggu dalam 20 menit agar dibawa masuk. Sangat gembira ketika bisa diantar ke lantai atas lewat ruangan lain. Menikmati pemandangan indah dari lantai dua. Luar biasa, hamparan rumput hijau dan para kuda yang tampan.
Wanita itu lewat di dekat mereka pergi ke sudut lantai, mengangkat ponsel.
"Aku tak bisa pulang karena ada urusan. Bisakah kamu bertahan lebih lama?" Raymundo mengerut, suara yang ini lebih bening, sedikit berbeda ketika bicara dengannya di bandara. Raymundo terbatuk-batuk sedikit.
Wajah si wanita terangkat. Mata refleks membentur mata Raymundo yang sedikit menarik ujung bibir, menyipit dengan raut tertarik. Si wanita terpana, tanpa sengaja menggigit bibir bawah.
"Belliza?! Apakah semuanya baik-baik saja?"
Seseorang terdekat Oskan Devano datangi wanita yang ia panggil Belliza. Tentu Belliza adalah istri Oskan Devano. Namun, mengapa Raymundo yakin wanita itu Bellova?
"Ya," sahut si wanita, "Aku baik-baik saja." Menengok sebentar pada Raymundo seakan ingin pastikan penglihatannya tak keliru. Sedang Raymundo mengenali Bellova, ketika wanita itu mengatakan "baik-baik saja". Mungkin gugup, suara itu berubah sedikit husky; rendah dan serak.
Pandangan si pengawal ikuti Belliza. Akan sampai padanya. Pria itu mungkin tahu identitasnya. Bisa jadi, Oskan sengaja dekati Hellena Alvaro karena tahu Hellena adiknya. Raymundo meraih Deenar, miringkan kepala agar tak terlihat. Mendekap Deenar erat sambil menepuk punggung Deenar.
"Kamu menyukai tempat ini?"
"Ya, Sayang. Kita perlu sesekali kemari," sahut Deenar.
"Apa mereka sudah pergi?"
"Gerakan bagus!" keluh Deenar berbinar-binar ketika rambutnya dibelai. "Mari habiskan makanan lalu menunggu di luar. Aku dapatkan banyak wajah."
Mereka keluar lebih awal, menunggu dalam mobil. Menjelang pukul 8 malam, Oskan meminta sopir antarkan istrinya pulang. Sedang pria itu naik mobil lain dan pergi tinggalkan restoran.
"Ikuti Oskan, D!"
Raymundo mengemudi tak terburu-buru, ia tak ingin ketahuan buntuti seseorang.
"BM, putuskan aliran listrik! Aku akan masuk ke dalam hunian."
"Aku butuh waktu!"
"Integritasmu kupertanyakan."
"Seperti aku tak bisa melacak hawa panas seekor binatang?"
"Tidak ada anjing atau harimau."
"Apa perlu lakukan sesuatu untuk memancing para penjaga!"
"Tidak perlu." Memeriksa pistol.
Raymundo datangi rumah Oskan, mencari celah untuk masuk ketika lampu disabotase dan butuh waktu bagi sumber energi listrik alternatif untuk mengambil alih. Panjati pepohonan dan melompat ke dalam pekarangan rumah. Mengendap-endap. Diam dibalik pohon, ketika seorang penjaga rumah memeriksa sekeliling. Tak butuh waktu lama, ia melangkah di atas atap lantai bawah, sampai di balkon di mana Bellova terlihat. Wanita itu suka angin, mungkin, dari pintu masuk balkon yang dibiarkan terbuka.
Lampu kembali hidup.
Tombol-tombol lampu dalam kamar dipadamkan dan semua pintu dikunci. Pelajari kamar itu, bukan kamar sepasang suami istri. Sebuah potret terlihat di samping ranjang. Menggaruk ujung hidung. Dua wajah yang sama dan satu yang mirip dengan keduanya. Tetapi, wanita yang bertemu dengannya adalah wanita yang sama, Bellova Driely. Mengapa ia yakin? Hanya yakin saja. Ia bisa kenali ekspresi hidup dan easy listening Bellova. Sedangkan Belliza meskipun tersenyum tampak penuh beban dalam hidupnya.
Wanita itu sedang di kamar mandi. Terlihat dari uap air panas yang mengepul buramkan kaca kamar mandi. Raymundo pergi ke sana, mendorong pintu perlahan dan masuk ke ruangan besar polos kamar mandi tanpa sekat. Wanita ceroboh di segala sudut. Mengunyah permen karet, melipat kedua tangan. Ia bersandar di dinding dan menonton pertunjukan. Si wanita di bawah shower. Wanita ini mirip jelmaan dewi awan, diselubungi uap panas. Dia bisa melangkah dengan sayap-sayap awan di Victoria Secret bersama Miranda Kher. Air bertaburan dari atas mengalir turun dan hilang dalam kabut.
Sementara si wanita, kemudian bermain dengan busa hingga putihnya bisa jadi pakaian tipis yang menggoda. Beberapa saat, Raymundo tak bisa beralih hanya mengunyah permen makin lambat. Listrik padam tepat waktu, air berhenti mengalir.
"Ya Tuhan, apakah aku harus sesial ini dalam sebulan? Lampu terus padam dan menyala sesuka hati, begitupun orang-orang," jerit si wanita dalam kegelapan. Suaranya memantul di dinding kamar mandi. Berharap seseorang mendengar.
Sepertinya ia meraba-raba, mencari sesuatu. Mengumpat pada pemantik api. Tangannya basah tentu saja benda itu tak menyala.
Tik tik tik, setitik terang. Si wanita sungguh terkejut. Berbalik dan terbelalak temukan seseorang berdiri tak jauh darinya. Memasang pemantik pada lilin aroma terapi terdekat. Wanita itu tersadar, meraba-raba mencari handuk. Akan menjerit keras ketika tiba-tiba Raymundo membekap mulut si wanita, perhatikan ekspresi mata wanita yang ketakutan bercampur marah.
"Mari bicara!" ujar Raymundo dingin. Menuntut persetujuan. Lepaskan tangan perlahan.
"Ya Tuhan, help me!" Si wanita memekik antara ngeri dan panik pada tatapan tanpa berkedip padanya.
Raymundo meraih pistol dan tanpa basa-basi menodong kening si wanita. Hening. Lama, hanya desah napas mengisi.
"Baiklah!" Menyerah. "Mari bicara."
Raymundo meraih pinggang si wanita yang kembali membeliak, gunakan satu lengan, lemparkan wanita itu ke dalam bath up. Bunyi air tertimpa tubuh kemudian cipratan diikuti suara umpatan.
"Akhh, ghost damn!"
Si wanita tenggelamkan diri dalam bath up yang bergelombang, mata menengok ketakutan pada moncong pistol yang kembali bersarang di kening.
"Anda tak akan lakukan itu, Tuan Alvaro."
"Bellova, senang mendengar suaramu!" sahut Raymundo menyeringai.
"Jauhkan benda itu dariku!"
"Aku tak suka drama."
"Sejak kapan Anda di sini?"
"Sebelum matahari pergi."
"Mengikutiku dari restoran?"
Tak menyahut.
"Anda mengintip aku mandi?" raut wajah Bellova langsung murka.
Tak menyahut hanya tatapan berdentum sedikit miring.
"Apa yang Anda lakukan sejak tadi dalam kamar mandi orang lain?" Bellova meninggi.
"Menikmati film."
"Anda tidak senonoh."
"Utangku lebih menarik. Masih ingat Apa Saja?" sahut Raymundo tajam sedang Bellova tenggelam makin dalam ke bath up sisakan kepala yang menyembul di antara helaian mawar yang tak seberapa baik sembunyikan tubuh tanpa busana.
"Aku tak menjual tanah juga tak bisa tidur denganmu."
"Aku berubah pikiran."
"Jauhkan senjatamu! Segala hal tak harus gunakan kekerasan."
"Ini praktis."
"Apa yang Anda inginkan?"
"Nyawamu."
"Aku, mengapa? Karena mencium Anda?"
"Ya, bibirku berasuransi tinggi. Tahu artinya? Anda merusak keperawanannya."
"Aku ...."
"Selain itu karena Anda kekasih Oskan Devano."
"Sekali ini, apa yang dilakukan Oskan?" tanya Bellova gusar.
"Melukai hatiku."
"Lalu?!"
Moncong pistol menempel makin penuh tekanan. Tatapan mata dipenuhi berbagai emosi. Raymundo tidak main-main di setiap kata. Namun, tak disangka-sangka, Bellova bangkit dari bath up, pegangi ujung jaket Raymundo, menarik pria itu padanya. Mata Bellova penuh serangan lalu kesakitan ketika menatap tajam pada Raymundo.
"Bagaimana kalau Anda ambil saja nyawa Helena Alvaro, Tuan?! Oskan Devano mungkin akan sangat menderita karena kematian pela**** itu! Kami bisa menyembah Anda seumur hidup."
***
Cintai chapter Inconsiderate (Ugal-ugalan) juga aku. Kirim Vote-mu untuk Author recehan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨Susanti✨
next..
2023-01-14
0
lid
kapan Arumi archi naik ya
2022-03-12
0
anie
lanjt
2022-01-23
0