Pistol meletus.
Semua orang terbelalak kecuali Raymundo. Si pria langsung rubuh ke lantai sedang gadis kecil menjerit sejadi-jadinya dan bersembunyi di dalam dekapan sang Ibu yang hanya menatap hampa.
Si wanita berbalik pada Raymundo. “Apa yang Anda lakukan, Tuan? Menembak seseorang di depan istri dan anaknya?” hardik si wanita yang ia tolong mulai marah-marah.
“Dia akan menyerangmu, istrinya dan puterinya, Nona. Aku baru saja selamatkan banyak nyawa.”
“Bukankah aku telah meminta Anda pergi?” tanya si wanita berdecak, bolak balik dengan gelisah sambil pegangi kepalanya. Ia segera datangi Gabriella.
“Mam?!”
“Oh Gabriela kemarilah! It’s okay Honey segalanya telah berakhir.”
Raymundo berlutut dekat si pria yang tertembak, memeriksa detak jantung sambil menelpon layanan kesehatan.
“Bisakah kirim ambulance, seseorang menderita luka tembak.”Lalu menelpon pihak berwajib.
“Apakah ayahku mati, Tuan?” tanya Gabriela mulai menangis lagi.
“Dia sekarat,” sahut Raymundo datar lalu menengok si wanita. “Terima kasih libatkan aku dalam masalah,” ujar Raymundo datar, memeriksa si pria.
“Harusnya Anda pergi selagi bisa, Tuan. Anda terseret kini. Tolong jangan salahkan aku!”
Raymundo yang awalnya hanya ingin menolong malah berakhir di kantor polisi dan harus menjawab banyak pertanyaan polisi.
“Terima kasih Tuan Raymundo Alvaro untuk kerja sama dan bantuan Anda.”
Raymundo mengangguk sedang si wanita malah terpaku padanya.
“Bisa kita bicara?” tanya si wanita tanpa perkenalkan namanya.
“Tidak, pihak berwajib telah mencatat keteranganku. Aku harus segera pergi.”
“Ini sangat penting.”
Raymundo tak tahu siapa wanita itu tetapi ia ingat kini saat si wanita menatapnya tajam tanpa senyum. Raymundo mengerut lalu ia ingat, wanita ini adalah Puteri Tuan Damier. Wanita yang ia lihat di foto tadi pagi.
“Di luar? Aku perlu beritahu Anda sesuatu!” katanya memaksa.
“Baiklah.”
Mengekor si wanita ke luar halaman kantor polisi, si wanita pergi ke sudut lapangan parkir, ada sebuah bangku di sana di bawah pepohonan rindang.
“Anda ..., Tuan Raymundo Alvaro? Apakah kebetulan Anda adalah kakak lelaki dari Hellena Alvaro?”
Raymundo menghela napas panjang.
“Ya.”
Wanita itu hendak bicara ketika seorang petugas polisi datangi mereka.
“Nona Damier, keterangan Anda belum selesai dicatat.”
“Bisakah aku minta waktu sebentar?”
“Tidak, ini sangat penting! Mari ikut saya!”
Si wanita, Nona Damier, tak punya pilihan lain kembali ke dalam kantor polisi sedang Raymundo menerima telpon dari Aldinho dan putuskan menunggu Nona Damier selesai. Tiga puluh menit berlalu, Raymundo akhirnya pulang karena hari semakin siang.
“Ada berapa Puteri Damier?” tanya Raymundo pada Aldinho yang sibuk di bengkel kayu.
“Tiga orang ..., dan mereka sangat mirip satu dengan yang lain.”
“Apakah Nona Damier tahu bahwa aku inginkan tanah yang dibeli Ayah mereka kembali?”
“Ya. Ada apa? Kamu bertemu dengannya?”
“Ya, dia bertanya, mungkinkah aku saudara Hellena Alvaro.”
“Mengapa dia bertanya tentang Hellena?”
“Di mana Hellena? Apakah kamu sungguh-sungguh tak tahu, siapa ayah si bayi?”Raymundo ajukan pertanyaan lain.
“Aku sibuk membangun rumah dan kerjakan beberapa proyek, sama sepertimu aku tak bisa awasi Hellena dan dia itu wanita 23 tahun.”
Ribut-ribut dari depan. Raymundo dan Aldinho berbagi tatapan. Segera tinggalkan bengkel kayu dan pergi ke bagian depan rumah. Nona Damier sedang berteriak pada seorang pemuda, Octo, yang disewa Raymundo untuk rapikan taman. Raymundo segera hampiri dan begitu melihat Raymundo, Nona Damier, mendorong Octo.
“Harusnya Anda tak tinggalkan aku!” Bicara kasar.
“Aku menunggu Anda terlalu lama dan aku punya banyak urusan. Bukankah Anda sangat kasar pada pria yang telah menolong Anda?”
“Aku ingin sopan tadinya. Aku berubah pikiran setelah tahu siapa Anda. Aku berpikir, aku juga tak keberatan datang langsung kemari. Ada baiknya Hellena Alvaro juga ada di sini. Agar ia bisa mendengar apa yang akan aku sampaikan.”
“Hellena sedang pergi,” sahut Raymundo curigai, ini ada hubungannya dengan Hellena. “Aku berpikir, ini tentang tanah di Miradoura.”
“Bukan! Aku tak menjual tanah itu padamu meski Anda resmi membeli pulau ini!” potong Nona Damier tajam. “Jangan alihkan aku, karena aku butuh untuk beritahu Anda sesuatu. Hellena tak di sini, jadi aku tak akan basa-basi. Tolong beritahu adikmu untuk tidak berhubungan lagi dengan Oskan Devano karena pria itu punya istri dan anak.”
Raymundo menatap wanita di depannya ,yang bicara lompat-lompat dengan cepat. Menyipit. Perkataan itu diucapkan dengan nada sedikit mengancam.
“Bisa jelaskan lebih detil, maksud Anda?”
“Bagian mana yang kurang jelas? Berhenti, mengganggu suami orang lain. Sampaikan pada adik perempuanmu! Aku cukup sabar dengan hanya peringatan berulang-ulang, aku tak akan menjamin, suatu waktu aku akan buat perhitungan dengannya!”
Mobil Hellena masuki pekarangan tepat waktu saat wanita di depannya sangat emosional. Nona Damier segera berbalik saat Hellena turun dari mobil. Sangat terkejut melihat Nona Damier. Hellena melangkah sambil awasi Nona Damier juga Raymundo.
“Kamu? Untuk apa kamu kemari?” tanya Hellena yang langsung disambut tamparan keras.
Raymundo diam di tempat, jadi, ini alasan Hellena menutupi identitas kekasihnya.
“Bukankah Oskan Devano bebas memilih dengan siapa ia akan bersama?” Hellena pegangi pipinya. Namun, Nona Damier menyahut dengan satu kali tamparan keras hingga Hellena berubah marah.
"Kamu bercanda? Dia pria yang sudah menikah."
“Jika dia puas dengan kehidupan cintanya, dia tak akan lari padaku!” pekik Hellena dan si wanita menjambak rambut Hellena hingga wajah adiknya mendongak pada langit.
“Jauhi Oskan Devano, bi***h, sebelum aku lebih kasar dari ini. Oskan punya Puteri berusia 3 tahun dan aku tak bisa biarkan anak itu tak punya Ayah.”
Raymundo tertegun sedang Aldinho menghela napas berat, tak ingin melerai tetapi seorang ibu yang tidak tega berhamburan keluar rumah dan halangi puterinya dari amukan wanita yang marah.
“Nyonya ..., Nyonya ...., Anda keterlaluan pada Puteriku! Anda tak becus menjaga pasangan, mengapa Anda menyalahkan Puteriku?”
Jadi, ibunya tahu. Luar biasa.
“Jauhi Oskan Devano, atau, kamu akan terima akibatnya!”
“Bagaimana jika aku tak mau!” tolak Hellena keras.
“Kita lihat saja nanti!”
Wanita itu berbalik pergi, berjalan di atas kaki-kaki angkuh dan memakai kaca mata gelap keluar tinggalkan halaman. Deru motor terdengar tak lama berselang.
Raymundo Alvaro amati Hellena dan Ibunya, berdecak.
“Hellena ..., Apa kamu ingin aku membunuh Oskan Devano?” tanya Raymundo menahan malu juga murka. Ia menyukai istri orang dan menahan diri agar tak mendapat hinaan, tetapi adik perempuannya berani sekali bermain dengan suami orang kemudian permalukan dirinya.
“Ka ... Kak?! Aku mencintainya.”
“Kamu miliki cinta tetapi dunia miliki aturan. Jangan menyentuh milik orang lain, atau kamu akan disebut Pen-cu-ri."
"Kami saling mencintai."
" Jauhi pria itu sekarang, aku akan besarkan anakmu. Jika kamu memaksa, aku akan menembakmu juga kekasihmu dan lemparkan mayat kalian berdua ke lautan!”
***
Mari Pemanasan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
bunga cinta
wohoo, Rey, tajam sekali kata "mu
2024-05-18
0
Kelabu Biru
ya setuju Raymundo
2023-08-20
0
lilyswit
bijaksana,, tak membela yg salah meskipun itu keluarga
2023-01-20
0