Raymundo menarik pelatuk tepat di kepala si penembak. Ponselnya berdering. Ia memakai black ear phone.
“Romeo, ada sekitar tiga tikus pengerat.”Black Mask dan ketikan cepat pada keyboard komputer terdengar di kuping.
“Dua mati,” sahut Raymundo menyimpan ponsel di dalam saku jaket dan menarik resleting.
“Mouse number 3, utara posisimu. Hawa panas terdeteksi.”
“Ambulance, please! Mrs. Owl tertembak.”
“Sedang dikirim.”
“Mari urus tikus ke 3!”
“Buat ia sekarat, mereka sangat brengsek karena berhasil mengelabui aku! Kamu bisa dapatkan sesuatu darinya," saran Black Mask.
"Hanya kematian."
There's no excuse to broken my heart. Tidak ada ampunan bagi mereka sebab lukai wanita yang ia cintai, sesuatu yang sangat keliru. Jadi, ia akan mengirim pecundang langsung ke neraka.
"Bayar aku jadi tiga kali lipat, Tuan Raymundo Alvaro. Aku akan cari siapa yang merusak hari Mr. Owl dan memaksamu memegang senjata.”
"Cool (sepakat)."
Raymundo sesuai petunjuk Black Mask temukan salah seorang pembunuh yang tersisa tanpa buang waktu ingin menembak, tetapi musuhnya itu bersembunyi dibalik bebatuan besar hingga ia susah menembak.
"BM, bawa aku padanya!" Raymundo mulai berlari.
"Copied that. 700 meter."
"Ambulance, please!"
"Ya, akan tiba dalam lima-belas-menit. Di mana Mrs. Owl tertembak?"
"Perut."
"Berharap, peluru tak begitu dalam."
"Hubungi Dokter Anna Marylin! Dia berada di Zaragoza sejak tiga bulan lalu."
"Diterima. 500 meter. Kamu terbang, Romeo?"
"Dengan dua kaki," sahut Raymundo. Napasnya menderu.
"Mungkinkah diafgrama?"
"No, jangan di sana!" guman Raymundo gelisah di antara adrenalin terpompa. Sedang Black Mask terdengar hubungi Anna Marylin.
Kematian adalah kepastian, tetapi wanita itu tak boleh mati sekarang. Tidak selama dalam pengawasannya. Atau ia akan menyesal seumur hidup karena gagal lindungi wanita itu.
Raymundo berlari semakin kencang, menginjak ranting, lompati bebatuan di sepanjang sisi bukit dan ia segera diserang. Sedikit lebih dekat, ia pergi ke balik pohon.
"Fire position please, Romeo. Kamu bisa melihatnya?"
"Ya!"
Raymundo membidik kemudian menembak satu kali untuk lumpuhkan dan mengulang agar ia tewas di tempat. Raymundo pergi ke sana, bernapas cepat dan keras, hampir meledak oleh berbagai emosi. Ia memeriksa si pria dan temukan si pria masih bernapas. Satu tembakan tepat di jantung pria itu, ia seakan tak puas. Mengambil ponsel dan barang-barang lain yang di temukan dari musuh.
"Temukan sesuatu, Romeo?"
"Ponsel."
"Kita bertemu nanti! Aku bisa mengakses ponsel si tikus dan mari menonton sirkus."
"Ok."
"Apa ada perintah lain?"
"Bellova Driely Damier!" ujar Raymundo.
"Wanita di bandara pagi tadi?"
"Ya."
"Segala hal tentangnya!"
"Sandi pertama, dia datang padamu. Sandi nomer dua ketika kamu dicium. Tak perlu petunjuk lain, tatapan matanya ..., enkripsi bahwa dia tertarik ingin pergi ke khayangan denganmu."
"É Óptimo! (sempurna)," sahut Raymundo menyeringai sinis.
"Raih tangan Miss Damier dan menarilah di atas awan, Romeo! Kamu mungkin tak akan mau turun. Wajah tanpa sisi mungkin akan berekspresi mencengangkan." Menggoda.
"Ambulance, please!" Ini lebih penting.
"Bawa Nyonya Owl segera, 1 km dari posisimu ada sebuah tanah lapang. Aku akan bawa D kembali."
Raymundo mengemas barang kendalikan gugup kemudian turuni bukit, pergi ke hunian. Langsung ke garasi.
Ia melihat Bos-nya menggendong si wanita berlumur darah dengan ekspresi kalut dan menakutkan. Dari cara rahang terkunyah dibalik kulit, emosi pria itu diekspresikan dengan jelas. Pandangan sedikit menurun, melirik wanita yang menunda pendarahan dengan serbet di bagian perut. Darah genangi jemari. Ia menggumpal oleh amarah, pada tangan indah itu.
“Tuan Axel Anthony?!” sapa Raymundo pada Bosnya.
“Raymundo ..., terima kasih kamu di sini.”
Banyak yang ingin ia katakan, mengapa Anda alihkan panggilan? Mengapa Anda berpikir kita aman setelah banyak menggali kubur selama tujuh tahun? Setidaknya Anda waspada.
Namun ....
Wajah Axel Anthony mendung kelabu persis sebelum terjadi badai. Raymundo tahu persis, lebih baik dari siapapun, pria itu menahan murka yang siap muntahkan lahar. Wanita dalam gendongannya adalah pusat tata surya. Melukainya sama dengan mengguncang semesta.
“Kita harus bergerak 1 km dari sini, helikopter menunggu.”Ia bicara, membantu Axel Anthony masuk ke mobil. Raymundo mengemudi, terus awasi sang wanita lewat spion saat tuannya memeluk sang istri berusaha baik-baik saja. Tak bisa dijelaskan suasana hati, Raymundo merasa ia mulai sekarat.
“Siapa mereka, Ray? Siapa mereka?”Axel Anthony bertanya geram.
“Kita akan segera tahu. Terus ajak Nyonya bicara, Tuan!”
Hembusan napas kasar.
“Queen?”
“Hmm?” Si wanita menyahut.
“Queen?”
“Axel, apa yang terjadi? Mengapa orang menyukai ini? Habisi nyawa orang lain dengan mudah? Apakah Ayahku lakukan itu? Aku melihatnya semalam di antara lorong-lorong api.”
Raymundo mendesah dari depan. Wanita ini, Queena Mendeleya adalah Puteri seorang Bos Mafia. Ia tak tahu bahwa Ayahnya dieksekusi mati setelah disiksa selama berbulan-bulan dan bangkai tubuh diberikan pada buaya untuk disantap.
“Ray, bagaimana menurutmu kalau kita pergi camping bersama Mr. Piglet dan anak-anak?” Abaikan pertanyaan Queen.
“Ide bagus,” sahut Raymundo coba cerah, nyatanya ia serasa dipanggang hidup-hidup melihat Queena menahan sakit.
“Bawa kekasihmu juga!”Axel Anthony menatapnya tajam. Sorot sama ketika ia kedapatan memuja Queena yang terpantul di cermin dalam balutan wedding gown. Bosnya tahu bahwa ia jatuh cinta pada Queena.
Hening.
“Ya, tentu saja,”Raymundo tiba-tiba menyahut pasti.
“Aku penasaran, berapa lama kita berpisah? Anda menemukan seorang wanita. Apa dia baik?” tanya Queena pelan.
“Tidak sebaik Anda, Nyonya. Hanya saja, dia pahami aku dengan baik." Kedengaran nyata.
Raymundo melihat lewat spion mobil, pada raut tidak percaya Axel Anthony. Mereka saling pelajari selama tujuh tahun, tak ada sesuatu yang bisa ia sembunyikan dari majikannya itu. Namun, Queena percaya padanya, temukan wanita itu tersenyum tulus. Satu senyuman obati banyak kerinduan.
"Aku senang kamu akhirnya bahagia, Tuan Raymundo Alvaro." Bicara makin lirih dan coba menahan sakit. Raymundo tak bisa hentikan emosi yang mengisi bidang wajah.
Aku akan mengganti kaca anti peluru di seluruh hunian. Aku akan lenyapkan siapa saja yang menyakitimu. Amarah menggumpal pada tangan-tangan kotor yang berani menyentuh Queena.
Hatinya menumpuk janji.
Mata dan mata Axel Anthony bertemu di kaca, ia biarkan saja Axel Anthony membaca ..., apa yang disajikan wajahnya. Ia tak bisa terus berlari di lorong panjang lantaran takut Axel Anthony akan menembak. Ia telah coba larikan diri tetapi Axel Anthony menjeratnya kembali. Ia coba hancurkan cinta tetapi tak bisa. Jadi, di sinilah dirinya tak berniat mengganggu atau merusak. Axel Anthony hanya akan biarkan dirinya setengah hidup dan setengah mati karena mencintai Queena. Jika ia berlebihan maka ia ijinkan Axel Anthony lenyapkan dirinya.
"Terima kasih, Nyonya."
Anda akan baik-baik saja.
Queena kembali tersenyum. "Siapa namanya?"
Ambulance helicopter service terlihat di depan sana. Raymundo menambah kecepatan. Ia tak punya gagasan di benak oleh pertanyaan yang tak ia duga, tetapi sensasi sebuah ciuman sangat mengganggu dan satu nama muncul secara acak di kepalanya. Bibir Raymundo Alvaro tanpa sengaja membentuk sebuah nama.
“Bellova Driely Damier.”
**
Sukai chapter Broken a Feather (Hancur luluh).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨Susanti✨
lanjut
2023-01-13
1
PeQueena
ray..kau asal sebut aja...
2022-12-24
1
PeQueena
padahal queen putri seorang capõ..
aakh queena..
2022-12-24
1