Belliza tinggalkan rumah bersama Oskan Devano. Hening dalam perjalanan. Ingin bicara tetapi Oskan sibuk dengan ponsel. Mereka disupiri oleh Stefano yang fokus pada jalanan.
"Berjanjilah, kamu akan dapatkan kepercayaan Bibi Yves. Ini sangat penting untukku juga karena Puteranya akan berinvestasi dalam bisnisku."
Oskan bicara tanpa melihat padanya. Belliza ingin menyahut pada permintaan penuh tuntutan Oskan, tetapi ia tak ingin berdebat hingga timbulkan pertengkaran.
"Aku mengantuk."
"Tidurlah. Itu bagus bagi kesehatan otakmu," sambung Oskan.
Benarkan kaca mata gelap, tatapan beralih pada ponsel Oskan Devano yang terus menyala. Tanpa sengaja melihat wajah menggoda, Helena Alvaro. Belliza memanas di tempatnya duduk. Berani sekali Oskan gunakan foto wanita itu sebagai contact profil gantikan Cheryl. Namun, sekali lagi Belliza menyimpan luka dalam dirinya, demi Cheryl. Ia akan bersama Oskan selama mungkin seperti sumpah pernikahan mereka dan Cheryl akan tumbuh bahagia bersama Mommy and Daddy seperti dirinya di bawah asuhan kedua orang tuanya.
Menatap keluar jendela mobil pada jalanan di musim panas menjelang siang hari. Pada pepohonan di pinggir jalan yang berlari, seakan mengejar dari belakang. Pada padang gersang sedikit pepohonan rindang, pralambang tandus hati. Kemudian, memilih pejamkan mata. Suaminya jatuh cinta pada wanita lain, Belliza tak bisa ungkapkan bahwa ia tersiksa. Suaminya kepergok tersenyum ke ponsel, terkejut pada tingkah sendiri sebelum menengok pada Belliza. Oskan kembali sunggingkan senyuman, percaya Belliza tidur dibalik kaca mata. Pria itu menulis pesan dengan lincah.
Karma is coming faster, Bellova. I am so sorry to hurt you.
Dua jam perjalanan, Belliza penasaran apa isi pesan di sana? Bukankah Oskan dan Helena akan bertemu sebentar lagi? Apa mereka tak puas saling menatap sepanjang malam? Wajah tampan Oskan tampak letih, mungkin memuja Helena sepanjang malam.
Belliza akhirnya tertidur, bawa serta luka tak berdarah. Terlalu perih hingga tak bisa tuangkan dalam kata.
"Belliza, kemarilah. Bersandarlah padaku. Perjalanan kita masih jauh."
Ia melihat pria itu berkata padanya dan raih ia ke dalam dekapan. Tangan mereka terjalin selama sisa perjalanan dan mereka bahkan berciuman.
Itu hanya mimpi. Mereka pernah sangat mesra dan intim sampai Oskan jatuh pada Helena.
Belliza tersentak saat pedal rem diinjak, dapati Oskan sedang menatap padanya tanpa ekspresi. Belliza benarkan kaca mata.
"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Oskan.
Belliza tak menyahut, alihkan pandangan keluar jendela mobil. Lalu lintas makin ramai, pertanda mereka akan segera sampai. Namun, kesunyian secara tragis bernyanyi dalam dirinya.
"Kita akan mampir di suatu tempat, bertemu teman-temanku."
Mereka tiba siang hari di Telheira, berhenti di sebuah restoran. Oskan segera bergabung bersama teman-temannya sedang Stefano merokok agak jauh.
Belliza menunggu di mobil sambil mengetik pesan pada Bellova, tetapi menghapus pesan. Merasa lapar, Belliza turun dari mobil pergi ke restoran. Ia masuk ke sana dan dapatkan perhatian dari para pengunjung. Di bawah kaca mata, rahang Belliza sangat indah. Rambut digulung di tengkuk, sisakan sedikit ponytail di sisi pelipis kanan dan kiri. Memakai blazer biru tua dan celana jeans di atas heels, simple but looks so pretty. Tanpa lepaskan kaca mata, ia memesan makan siang dari meja di seberang meja Oskan bertemu teman-temannya.
"Bukankah wanita cantik yang baru masuk itu Belliza, Oskan Devano?"
Salah seorang teman Oskan bertanya dihinggapi kekaguman hingga Oskan menoleh ikuti anggukan temannya. Belliza tampak tak peduli. Ia hanya akan mengisi perut.
"Apakah kamu takut istrimu diambil? Kamu menyekapnya dalam mobil?" tuduh lainnya.
"Jika istriku secantik Belliza, aku juga akan sembunyikan dari pandangan para pria. Terlebih para pria di meja ini."
Yang lain terkekeh dengar gurauan bersahut-sahutan itu. Belliza berusaha tak terganggu.
"Luar biasa cantik," sambung yang lain.
"Ajak dia kemari, Oskan! Bagaimana bisa kamu tinggalkan istrimu makan sendirian?" desak lainnya.
Tentu saja, Belliza menarik perhatian lawan jenis kecuali suaminya sendiri. Oskan lantas menyerah, datangi meja Belliza.
"Mengapa turun dari mobil?"
"Aku lapar."
"Di mana Stefano?"
"Merokok "
"Makanlah bersama kami, teman-temanku mengundangmu," kata Oskan mengangguk ke arah meja di mana teman-temannya antusias pada Belliza. Beberapa dari mereka bahkan tak sungkan pertontonkan ekspresi jatuh hati pada Belliza.
"Aku mungkin akan mabuk kentang dan mengacau Oskan. Kamu mungkin akan malu nanti. Aku akan duduk di sini dan menelan makanan dengan santai."
"Teman-temanku ingin berkenalan."
"Tidak, terima kasih. Aku hanya akan makan sepotong daging dan kembali ke mobil. Katakan pada mereka, hubungan sosialku buruk. Aku selalu takut dikelilingi banyak orang."
"Belliza, jangan bikin aku kesal."
Oskan meraih tangannya, cincin pernikahan mereka melingkar di jari manis Oskan dan tangan itu adalah tangan kekasihnya.
Belliza bangun dari duduk, kehilangan selera makan dan pergi tinggalkan Oskan setelah melambai pada teman-teman pria itu. Beberapa dari mereka kedapatan kecewa. Ia kembali ke mobil dengan sekotak makanan untuk Stefano.
"Terima kasih, Nyonya. Anda mengingat aku!"
"Tidak gratis. Bayar aku, Stefano!"
"Nyonya?!"
"Beritahu aku nanti, ke mana Tuan Oskan pergi bersama Helena."
Stefano tampak terkejut.
"Nyonya?!"
"Aku tahu kamu sangat setia pada Oskan, tetapi aku akan berikanmu banyak uang."
"Nyonya?!" Sopir Oskan Devano itu tak berhenti tercengang.
"Makanlah!"
Mentari makin kuning menjelang sore. Mereka sampai di sebuah penginapan bintang 5 di São Vicente, hotel yang tidak mewah tetapi sangat istimewa. Bernuansa modern, ramah, rapi, sejuk, sambil pertahankan begitu banyak detil tradisional dari tahun 1950-an. Kehangatan penginapan penduduk lokal sejati. Hotel, dengan banyak ruangan sedang direnovasi itu milik keluarga suami Nyonya Yves, Tuan Jacob Vargas.
"Anda secantik ini, Nyonya Devano dan pria beruntung itu adalah ponakanku, Oskan Devano."
Disambut sopan santun wanita bermata biru, berambut pirang dan sangat cantik di usia 50-an. Mereka dibawa masuk langsung ke bagian belakang hotel, dipersilahkan duduk di halaman luas yang sejuk. Tak butuh waktu lama bagi Belliza untuk pertontonkan keahliannya hingga seperti prediksi Bellova, Nyonya Yves terpesona padanya. Mereka kemudian mengobrol dan bertukar pendapat. Belliza sodorkan sketsa gaun yang dibuatnya. Mendapat tanggapan luar biasa dari Nyonya Yves.
"Sementara Bibi dan Belliza menyelesaikan beberapa hal, aku akan hirup udara segar di tepi sungai. Lagipula, sambil menunggu Lucio datang."
"Baiklah, Oskan. Menginaplah di sini nanti malam. Kamarmu sudah direnovasi dan barang-barangmu masih di sana."
"Ya, baiklah Bibi. Belliza dan aku akan menginap di sini. Bukankah begitu, Sayang?"
Belliza perhatikan Oskan, berharap suaminya benaran bersikap manis padanya, bukan karena menarik atensi Nyonya Yves.
"Tentu saja."
Oskan hendak pergi ketika Belliza meminta perlahan.
"Oskan, bisakah bawakan aku pizza rústica? Jika kamu tak keberatan."
Oskan jelas terkejut kemudian buru-buru tersenyum halus.
"Tentu saja, Sayang."
Ikuti punggung suaminya ketika pria itu tinggalkan ruangan, pergi pada wanita lain. Menahan sakit yang bergemuruh di dada. Oskan bahkan belum mulai, tetapi Belliza sudah sekarat.
"Oh ya Tuhan, aku melihat cinta yang indah di matamu. Oskan beruntung miliki dirimu, Belliza."
Menjawab perkataan Nyonya Yves, Belliza sebenarnya telah kehilangan gairah memikirkan suaminya bersama Helena.
"Kita bisa istirahat sambil menunggu calon pengantin datang? Hmmm?"
"Aku yakin Nona Charlotte akan sukai kedua model ini."
"Kamu benar, ini sangat indah. Tetapi, pendapat kakaknya juga penting."
Belliza hanya mengangguk setuju. Nyonya Yves punya seorang Putera yang tidak begitu akur dengan Oskan, menetap di Bordeaux - Perancis. Hanya sesekali berkunjung ke São Vicente jika ada hal penting. Belliza hanya mendengar namanya beberapa kali tanpa pernah bertemu.
"Nyonya, bolehkah aku tahu di mana restoran Casanova? Mungkinkah dekat-dekat di sini?"
"Oh ya, Tentu saja, Belliza. Letaknya persis di tepi sungai."
"Aku akan kembali nanti, kurasa aku perlu temani suamiku menghirup udara segar. Aku akan kembali sebelum makan malam."
"Oh My Dear, please jangan lewatkan makan malam."
"Baiklah, Nyonya."
"Jika mau, kamu bisa menunggu Lucio kembali dari urusannya dan temanimu. Lagipula, bukankah kamu berdua perlu saling berkenalan."
"Tak perlu Nyonya. Aku akan naik taxi di dekat pasar."
Istri yang cemburu, kehebatannya mengalahkan mata-mata negara. Begitulah Belliza akhirnya sampai di sebuah hunian berpagar tinggi di tepi sungai Tagus, ikuti petunjuk Stefano.
"Nyonya, Tuan akan membunuhku."
"Aku akan melindungimu."
"Nyonya, Anda juga akan bermasalah nanti."
"Katakan saja pada Oskan, aku mengikutinya kemari!"
Belliza masuk ke pekarangan rumah atas bantuan Stefano. Menyusuri kolam renang, tak ada siapapun di ruangan santai, di mana kaca dengan jelas mengekspose isi rumah. Belliza mendorong pintu hati-hati. Melangkah perlahan ke bagian tengah rumah, berhenti di pintu penghubung.
Suaminya di sana bersama wanita itu. Helena Alvaro di atas pangkuan Oskan. Mereka berciuman panas dan penuh gelora tak sadari kehadirannya. Oskan tak kenakan atasan lagi sedang Helena ..., just underwear. Br** hitam berenda juga celana segitiga hitam tampilkan paha kecokelatan mengkilap, dibungkus mantel kulit hitam, dibiarkan terbuka hingga kedua busung dada mencuat.
Apakah Belliza tak miliki tubuh seindah itu hingga Oskan berpaling? Apakah Helena lebih menarik darinya? Apakah Helena manjakan Oskan? Belliza lakukan itu, jadikan Oskan Devano raja. Apakah Helena lebih patuh pada Oskan? Ia lakukan itu juga. Patuh pada Oskan hingga lepaskan cita-cita dan banyak pekerjaan. Tetapi, balasan Oskan tidak setimpal.
Mereka merekam adegan panas itu di ponsel. Mungkin akan diunggah ke situs dewasa.
"Bi***!" Mengumpat antara marah, sakit hati, jijik dan rupa-rupa rasa. Silih berganti mainkan part dalam tubuh. So blue. Belliza mencabut stick golf dari rak penyimpanan di sisi kanan pintu.
Suaminya begitu pasrah menerima sentuhan bibir di lehernya. Helena mengulum bibir suaminya, kembali bergulat dalam ciuman panas dan terbakar. Mantel Helena telah lepas. Suaminya tak sabaran. Sedikit lagi mereka mulai mengaduk dan akan mulai berbuih. Atasi cemburu hanguskan jiwa, menyeret tongkat golf di tangan kiri. Datangi Oskan dan Helena sebelum Helena berirama di pangkuan suaminya. Langkah sepatu berdetak di lantai. Belliza menyambar sebotol minuman keras di atas meja dan meneguk langsung dari botol. Ia butuh kegilaan untuk menutup lubang menganga di hatinya. Inikah bayaran untuk cinta long lasting pada suaminya?
"Belliza?!" Oskan menyebut nama oleh terkejut dan tak percaya.
Belliza menatap penuh dukacita mendalam. Berkabung pada hati, memacu adrenalin yang segera menjalar. Dan istri yang murka, kekuatannya bisa terbit langsung perkasa seperti Hulk saat marah. Belliza menimpuk meja di hadapannya dengan botol di tangan.
Prang!!!
Sisa minuman merah keunguan berhamburan dan pecahan botol jatuh di atas karpet. Meja retak.
Helena menjerit ketakutan juga panik, bersembunyi di belakang Oskan yang segera berdiri.
Tangan Belliza memegang potongan botol bergerigi tajam kini.
"Belliza, menjauh dariku!" seru Oskan marah. "Kamu sakit jiwa, Belliza! Mengapa kemari?"
Belliza tak menyahut hanya menatap kosong pada keduanya. Tubuh Oskan dipenuhi bekas bibir Helena. Belliza benci karena ia tak bisa akhiri cintanya begitu saja pada Oskan Devano.
"Bisakah aku ikut bersenang-senang?" tanya Belliza tersenyum. Oskan menahan napas. Belliza berbalik dan lemparkan potongan botol pada kaca ruangan itu hingga ciptakan suara pecah belah mengerikan. Meraih satu botol lagi dan ayunkan pada televisi hingga benda itu pecah.
"Belliza?! Hentikan!" Oskan hendak pegangi lengannya, tetapi Belliza menghindar. Ayunkan stik golf pada botol minuman tersisa di atas meja sekuat tenaga. Benda itu terbang dan jatuh di lantai. Pecah dan isinya menggenangi lantai. Pada pizza ke arah Oskan yang langsung menarik Helena menjauh. Satu kali lagi pada dua ponsel hingga benda-benda itu melayang pada tembok.
Braaakkk! Braaakkk!!!
Pukulan berulang kali pada meja hingga kaca meja hancur. Oskan hanya mengejang murka di tempatnya berdiri. Pegangi tangan Helena yang ketakutan, lindungi wanita itu di belakangnya.
"Kamu hanya melihat aku ketika mengemis cinta padamu. Sekali ini aku tunjukan padamu sesuatu lain."
Belliza pergi dari sana dan gunakan stik golf hancurkan semua yang terlihat. Vas bunga, guci, penyimpanan cangkir. Siluet Foto Helena dan Oskan berciuman sedang matahari terbenam jadi latar di sebuah teras tergantung indah. Belliza menarik benda itu hingga meluruh ke lantai. Ledakan emosi mencapai titik puncak, ia hancurkan potret itu hingga tercabik-cabik. Napasnya cepat dan kejar mengejar.
Rumah itu dalam sekejab seperti habis gempa. Porak poranda dipenuhi beling. Oskan kemudian berhasil pegangi Belliza dan menamparnya kuat hingga pipi memerah.
"Argggggh," jerit Belliza pada Oskan mendorong pria itu jauh darinya. Belliza akhirnya menangis.
"Keluar dari rumahku!" Tatapan mata Oskan bertemu dengan mata buramnya.
"Aku hanya mencintaimu, sangat mencintaimu." Oskan hanya perlu tahu itu.
"Aku tidak, Belliza! Tidak lagi! Aku telah lama berhenti mencintaimu," jawab Oskan pelan dan tak terburu-buru. "Berhentilah gila!"
Ada janji, mudah diucapkan dan mudah diingkari. Setia, hanya milik jiwa-jiwa mahal. Bagaimana cara hancurkan cinta yang ia miliki pada Oskan Devano? Karena jika tidak, cinta yang sama akan menguburnya hidup-hidup.
***
Teman-teman yang ngikut Senja Cewen, pasti gak sulit pahami alur. Karena aku kadang pakai alur maju-mundur. Aku juga selalu ngasih beberapa karakter pendukung karakter utama, lebih ke terikat sih bukan mendukung hanya tak bisa aku jelaskan di sinopsis karena biasanya tiap karakter yang muncul dalam Novel Senja Cewen dapatkan porsi utama dan selalu kasih kisah mereka tak kalah menarik dari tokoh utama biar readers gak hanya nunggu part utama. Buntut dari beberapa chapter Belliza ini adalah Bellova jatuh pada Raymundo. Aku kasih kisi-kisi nih.
Apakah anda sukai Chapter ini? Berikan pendapatmu di kolom komentar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨Susanti✨
next ..
2023-01-14
0
✨Susanti✨
sampe tahan napas bacanya,,,
2023-01-14
0
Ikodona Ummyhamda
aku menggilai semua karaktermu thor... semuuu aku cintaaaa
2022-05-09
0