Belliza terbangun ketika merasa sedih dan merana. Pelukan Oskan menyelimutinya sepanjang ia tidur.
"Untuk semua yang tak kumengerti darimu, aku akan menunggumu seolah kesabaranku tak berbatas. Aku akan mencintaimu lebih banyak dari benci."
Bantalnya berubah jadi samudera air mata. Ia ingin keajaiban, Oskan datang dan membawanya pergi. Berharap Oskan menjangkaunya. Ia ingin menepi dan berharap Oskan di suatu tempat menunggunya. Sungguh tersesat karena pikirkan suaminya. Apa yang harus ia lakukan kini? Membawa Cheryl pergi, pulang ke rumah orang tuanya? Cheryl tak bisa hidup tanpa Oskan. Apa yang harus ia lakukan? Ia tak mungkin tinggalkan Cheryl bersama Oskan, tetapi tak mungkin pisahkan keduanya. Belliza menangis semakin kesal. Rasakan sesuatu mengalir masuk ke dalam mulutnya. Darah. Berasal dari hidung. Entah apa yang terjadi, tetapi kepalanya terasa sangat sakit.
Hari masih cukup gelap. Awasi loteng redup yang tak biasa. Berusaha kenali tempat ia berbaring. Hanya ruangan asing.
Susah payah Belliza bangun dari tidur, pegangi kepala berdenyut nyeri. Bahkan ia merasa pembuluh darah sepanjang pelipisnya berkedut. Suasana begitu hening.
Di mana ini?
Hanya ada kesunyian. Lalu, samar-samar, bunyi sesuatu di penggorengan diikuti aroma lezat tercium hidung meskipun ia merasa sedikit macet jalur pernapasan. Inderanya menangkap tanda-tanda aktivitas berasal dari bawah ranjang.
Ranjang?!
Ya, benar sekali, suara tumisan datang dari bawah kolong tempat tidur. Belliza segera bangun, turun dari ranjang, mengerut sempurna karena ia tak berpakaian hanya dalaman atas dan bawah. Kemana pakaiannya? Apa yang terjadi, apakah ia tidur dengan seorang pria?
Jadi, bukan mimpi ketika ia bersama seseorang semalam. Ia memeluk leher seseorang yang ia kira Oskan.
Oh tidak. Tolong waraslah Belliza!
Itulah mengapa harusnya ia pergi ke gereja terdekat seperti saran sopir taxi dan tidur di ruang adorasi alih-alih minum alkohol di klub.
Pandangan berkeliling, terantuk pada sepatu mengkilap seorang pria di sisi heelsnya. Oh ya Tuhan, begitu mudah ia tidur dengan pria asing? Sebuah kaos putih polos ukuran besar tersampir di sofa juga ada kemeja putih. Belliza memakai kaos sebagai atasan dan kemeja sebagai skirt. Ruangan ini adalah sebuah studio.
Mengintip ke lantai bawah, ruang santai. Televisi menyala dan sebuah lagu sedang diputar. Ingin pergi ke bawah tetapi pemandangan di luar kaca tanpa sengaja tertangkap mata. Terhipnotis ia mendorong pintu, pergi keluar. Cahaya kemerah-merahan tampak di langit timur. Ia berada di lantai teratas Luxury Klub. Tak ada seorangpun terlihat bahkan security. Parkiran kosong. Gerbang dirantai. Apakah tempat ini tiba-tiba ditutup? Bukankah kata orang menjelang fajar, Luxury Klub akan dipenuhi pengunjung?
Fajar mulai berikan tanda-tanda di ujung cakrawala begitu kontras di puncak langit menarik perhatian Belliza. Di bawahnya jembatan Vasco da Gama terbentang di atas sungai Tajo. Ia sering ke Lisbon untuk urusan pekerjaan bahkan melewati Vasco da Gama, tetapi tak pernah temukan keindahan sama seperti di tempat ia berdiri kini. Tulang-tulang beton dari tangan-tangan teknik yang luar biasa hebat dan gemilang, menyatukan dua sisi yang sebelumnya terpisahkan oleh sungai. Sungguh Belliza takjub pada apa yang bisa dinikmati matanya.
Namun, ketika ingatannya kembali pada suaminya, ia berubah suram. Dirinya dan Oskan ibarat dua sisi daratan Tejo. Cheryl hubungkan mereka. Tetapi kini, ia dan Oskan kemungkinan hanya akan berakhir seperti daratan dan perairan.
Aroma makin menjadi-jadi memanggil perutnya.
Belliza bergerak masuk. Ia perlu berpakaian dengan layak dan pulang ke Barrancos lalu membawa Cheryl pergi, tetapi sebelumnya ia akan mampir di Dunia Anak dan membeli beberapa hadiah untuk Cheryl. Ia tak bisa pergi ke Studio untuk bekerja karena hidupnya yang berantakan. Belliza kembali ke ruang tidur, turuni tangga kayu. Siapapun pemilik studio ini adalah pria perfeksionis dan pria itu adalah ....
"Tuan Vargas?"
Si pria terkejut lantas menoleh padanya, menatapnya dalam. Wajah pria itu dipenuhi lecetan bekas kuku..
"Kamu sudah bangun, Belliza?"
"Darimana kamu tahu namaku? Apakah kita bersama semalam?"
"Ya."
"Tidur bersama?"
"Ya."
Belliza mengumpat.
"Apakah Anda mabuk?" tanya Belliza.
"Tidak juga."
"Lalu, mengapa tidur denganku?"
"Kamu menggodaku."
Belliza menganga. "Itu tidak mungkin terjadi."
"Ya, kamu mengatakan sesuatu tentang ukuran dada dan wajahku yang sangat sexy hingga buatmu ingin beradegan panas."
Belliza melotot, "Itu tak mungkin terjadi. Aku hanya memikirkan Oskan."
"Kamu terlalu mabuk, Belliza. Kamu terus mengigau ; cintai aku, please."
"Ini gila! Sopir taxi katakan tak ada kejahatan di tempat ini karena aturan tuan rumah yang ketat? Apa ini, Anda manfaatkan situasi rumit seorang wanita untuk keuntunganmu sendiri! Aku akan laporkan pelecehan ini pada Pemilik Klub."
"Ya, laporkan saja! Kamu bahkan melepas kemejaku dan berkata ingin menghitung jumlah tato di tubuhku."
"Itu mungkin wanita yang berbeda."
"Sayangnya kamulah orangnya."
"Aku harus pergi!" kata Belliza. Pria ini sedikit berbahaya. "Bisakah kembalikan pakaianku?"
"Makanlah, lalu pakaianmu akan sampai. Lagipula, kamu sangat indah dengan kaos dan kemeja macam itu. Memang keahlian sejati designer."
"Tuan Vargas?! Apakah kamu kebetulan adalah Lucio Vargas?" Belliza menyipit. Pria ini punya kesamaan dengan Oskan. Senyuman mereka mirip.
"Halo, Belliza. Mengapa berpikir begitu?Apakah kami mirip?"
"Ya, terlihat sama brengseknya."
"Dugaan tepat. Aku adalah Lucio Vargas, dan aku ternyata sepupu dari suamimu yang brengsek dan kebetulan aku juga brengsek. Aku memeluk istri sepupuku sepanjang malam karena wanita ini demam tinggi dan terus mencari Oskan Devano."
"Oh, tidak. Aku harus pergi." Belliza serta merta berbalik naiki tangga.
"Hei, aku lakukan ini demi kemanusiaan. Aku tidak mungkin menyentuh istri Oskan Devano meskipun aku ingin."
Belliza hentikan langkah.
"Saat Oskan tahu aku menghiburmu dan bersamamu, ia pasti akan tergopoh-gopoh datang padamu dan bawa kamu pulang."
"Mengapa begitu?"
"Persaingan, harga diri dan martabat." Lucio Vargas mengedip pada Belliza. "Cintai saja aku dan lihat seberapa parah Oskan Devano terbakar. Ia akan mengemis padamu dan mulai berperang denganku untuk dapatkanmu kembali."
"Persaudaraan yang tidak sehat. Aku harus pergi!"
"Makanlah dulu, Belliza! Setidaknya kamu perlu sopan santun setelah membalas kebaikanku dengan muntahan dan cakaran. Juga, aku telah susah payah untuk tidak menyentuhmu. Lagipula wajahmu sangat pucat. Kemarilah dan makan sesuatu!"
"Tidak, aku harus pergi. Adikku pulang pagi ini dan aku tak bisa biarkan Puteriku sendiri."
Belliza kembali naiki tangga, tetapi berhenti di tengah anak tangga, ketika darah menetes jatuh di kemeja putih yang ia gunakan sebagai skirt. Satu tetes, dua tetes, tiga tetes, lalu mengalir seperti air. Ia diserang sakit luar biasa. Pegangi kepalanya. Belliza meraba-raba.
"Belliza?! Apa yang terjadi?"
Mencoba bergerak tapi ia tiba-tiba melumpuh.
"Belliza?!"
Terbatuk, muncratkan darah segar.
"Belliza?!"
Suara panik dan tangan-tangan terulur padanya. Ia mengangkat wajah, menatap pria di hadapannya, melihat ekspresi cemas yang segera berubah jadi ketakutan.
"Aku harus pulang, Puteriku menunggu." Tak bertenaga.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit."
***
Cintai Aku.
Jadi tak ada lagi teka-teki, tentang Belliza hingga koma.
Di depan ini adalah Chapter yang akhiri kedamaian Bellova. Wait me up.
Tinggalkan komentar dan maafkan aku yang jarang balas komentar. Aku akan berusaha saat punya waktu untuk menyapa readers.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨Susanti✨
lanjutt
2023-01-14
0
viva vorever
aku terseret kepedihan yg diciptakan belizza,wanita manapun pasti hancur seperti belizza jika dihadapkan pda kenyataan yg menyakitkan😢😢
2022-10-10
0
Conny Radiansyah
Awal Belliza koma
2022-04-21
1