"Jangan halangi aku, Nona!"
"Dengarkan aku!"
"Tidak, menyingkirlah!"
"Tidak!"
"Bellova?!" Raymundo pegangi Bellova coba mendorong wanita itu menjauh darinya.
"Sedikit saja simpatimu, please."
"Menyingkirlah!"
"Bukan untuk Oskan, please untuk Cheryl dan kakakku."
"Bellova ...," ujar Raymundo lagi. Ia tak sadari menyebut nama wanita itu berulang kali. "Aku tak peduli masalah pribadimu. Aku hanya inginkan Oskan mati." Raymundo mendorong Bellova sekali ini sangat kasar. Tangan berikan Bellova peringatan ketika wanita itu akan dekati dirinya lagi.
"Aku sedang mengemis belas kasihan padamu, Tuan Alvaro," balas Bellova.
Bagaimana harus jelaskan pada wanita ini bahwa, ia tak miliki hal-hal semacam itu pada orang asing. Simpati atau empati yang mendalam, apalagi pada biadab sialan yang telah melukai seseorang yang sangat ia cintai. Ia menjaga Queena tujuh tahun lamanya dan patahkan tangan siapa saja begundal yang inginkan Queena, berani sekali Oskan Devano berpikir untuk lenyapkan Queena.
"Jangan halangi aku!"
"Kamu tak punya hati."
Apa ia juga harus peduli pada pendapat orang lain tentang dirinya?
Helena Alvaro adalah adik perempuan, tetapi apa Raymundo peduli sekalipun Helena menangis darah? Lalu, mengapa Bellova berpikir, dirinya spesial?
"Siapa pikirmu dirimu, Nona?" tanya Raymundo di atas wajah Bellova.
"Baiklah, bunuh keduanya nanti. Tolong, jangan sekarang. Beri aku dan Cheryl waktu," pinta Bellova marah. "Setidaknya sampai kakakku kembali pulih."
"Saat kakakmu pulih, tangan Oskan mungkin sudah menyentuh keluargaku!"
"Oskan tak akan lakukan itu karena pria itu mencintai Helena."
"Ini ..., bukan tentang Helena."
"Oskan memang pria jahat, tetapi bagi Cheryl, Oskan adalah segalanya. Bisakah Anda sedikit punya belas kasihan?" Lengkingan suara Bellova mengisi kesunyian. "Semua kemalangan ini dimulai dari adikmu. Setidaknya, Anda perlu ikut bertanggung jawab."
"Jangan menjerit padaku! Kamu tidak masuk akal!" balas Raymundo sama kuatnya.
Ponsel Raymundo berdering akhiri pertengkaran keduanya. Raymundo memeriksa dan temukan Mr. Owl menunggu panggilan di seberang. Raymundo mengambil napas kuat-kuat seakan-akan ia akan melompat ke dalam danau. Mengangkat layar menghadap Bellova hingga Bellova bisa melihat penelpon.
"Pria ini, Axel Anthony. Dia sangat berbahaya, bahkan yang kamu lihat dariku tak seberapa. Axel Anthony inginkan Oskan hidup atau mati. Hidup berarti Oskan akan disiksa hingga mati."
Tatapan Bellova turun, hanya sisakan ekspresi yang tak mampu diselami Raymundo atau dia memang tidak pandai membaca ekspresi para wanita kecuali Queena dan Deenar.
"Bos?!"
"Raymundo, are you okay?"
Raymundo Alvaro benar-benar tak bernapas sekian detik, sementara Bellova tampak waspada.
"Ya. Aku baik-baik saja," sahut Raymundo datar.
"Apa Anda baik-baik saja di sana?"
"Ya. Aku putuskan beritahu Kareñina keadaan Queena. Meski sulit, aku pikir Niña perlu tahu keadaan Ibunya."
"Apakah Mrs. Owl sudah siuman?"
"Ya. Queena akan segera pulih."
"Baiklah." Raymundo bernapas lepas. Ingin bertanya lagi, bisakah aku bicara dengannya tapi lidah dikekang dengan baik.
"Apakah pekerjaanmu lancar?" tanya Axel pelan.
"Ya. Aku temukan sedikit kesulitan."
"Beritahu aku!"
Sekali ini, Raymundo menatap Bellova yang masih memelas padanya, menggeleng kecil penuh permintaan agar Raymundo lepaskan Oskan. Mereka berdiri cukup dekat untuk bisa mendengar percakapan di telpon.
"Em. Aku menemukan seseorang," jawab Raymundo acuhkan wajah langsung kecewa Bellova. "Dan BM masih berusaha dapatkan sesuatu untuk kita."
"Bawa dia padaku!" Perintah Axel Anthony tegas.
Raymundo menghela napas panjang.
"Pria ini, kekasih adik perempuanku."
Hening. Axel Anthony mungkin mencerna ucapannya.
"Apakah kekasih adikmu lebih penting dari Queena? Apa aku bukan keluargamu? Berapa tahun kamu bersamaku dibanding kamu bersama keluargamu?"
Raymundo tertegun. Axel Anthony pandai menjerat lehernya seperti barusan.
"Aku akan membunuhnya," kata Raymundo.
"Tidak, bawa dia hidup-hidup padaku!"
"Dia mungkin mati, aku menembaknya tadi."
"Jika dia mati, bawa padaku keluarganya, istrinya, anaknya, siapa saja yang bisa buat aku balaskan apa yang hendak dia lakukan pada istriku. Aku tak peduli, bawa siapa saja yang bisa buat jiwa pria itu tersiksa. Aku yakin Helena cuma batu loncatan untuk bisa meraih kita."
"Aku pikirkan hal itu."
"Siapa pria ini?"
"BM sedang mencari tahu."
"Hubungkan aku dengan Black Mask. Aku akan menuntunnya. Jika merasa tak mampu, kembalilah dan temani Queena. Aku akan datang untuk selesaikan."
"Aku akan akhiri ini."
"Kembalilah kemari jika urusanmu beres, Queena mencemaskanmu."
"Bisakah aku bicara pada Nyonya?" tanya Raymundo akhirnya karena hasutan hati.
Hening.
"Aku di luar. Tahan panggilanmu." Axel Anthony sepertinya melangkah sambil bicara.
"Aku akan menunggu."
Bellova pegangi lengan Raymundo, berguman rendah.
"Jangan libatkan keluargaku! Anda bisa bawa Oskan dan Helena pada Tuan Axel Anthony. Tolong jangan ganggu Cheryl dan kakakku."
Kini, Bellova seolah sadari, alasan Raymundo memburu Oskan. Mereka bertatapan. Mata hazel Bellova berbinar gelisah.
"Queena ...." Suara Axel terdengar memanggil nama wanita itu, Raymundo tanpa sengaja menegang. "Ray ingin bicara denganmu. Bicaralah dengannya selagi aku bertemu dokter. Mungkin curigamu bisa lenyap."
Itu beritahu Raymundo bahwa Queena curigai Axel Anthony dan dirinya mengambil tindakan. Keheningan haru biru lalu suara wanita itu terdengar. Lembut.
"Tuan Raymundo, apakah kamu baik-baik saja?"
Raymundo merasa aliran darah berlari turun hingga ke kaki. Ia tanpa sadar menggigil. Sedahsyat itu pengaruh Queena pada dirinya.
"Raymundo?!" Memanggil sekali lagi karena ia hanya diam membisu. "Raymundo?"
Tersadar.
"Ya," angguk Raymundo, "Senang mendengar suara Anda. Aku harusnya bertanya."
"Aku akan segera keluar dari rumah sakit," jawab Queena.
"Bukankah Anda butuh beristirahat lebih lama lagi, Nyonya?"
"Ya, tapi aku akan kembali dan sembuhkan diriku di rumah."
"Baiklah."
"Terima kasih telah datang selamatkan kami."
Ucapan tulus. Raymundo menghela napas panjang, kuat dan dalam.
Terdengar gila, tetapi aku akan berusaha menjagamu.
"Aku tak melihatmu sejak aku siuman. Apakah kamu pergi ke perusahaan?"
"Ya," jawab Raymundo agak gugup.
"Apa yang kamu dan Axel Anthony kerjakan?"
"Ini masalah import bahan baku,"Nyonya, aku harus pergi!"
"Apa kamu pergi untuk membunuh? Aku sungguh tak sukai itu. Bisakah kita hidup normal tanpa senjata dan kekerasan?"
"Aku tak mengerti maksud Anda, Nyonya. Aku bekerja seharian dan temui Bellova setelahnya."
"Kamu tak berbohong-kan?"
"Anda bisa konfirmasi pada Bellova, jika Anda ragukan aku. Kami sedang berkencan saat ini."
Kebohongan demi kebohongan yang akan mencekiknya suatu waktu. Menatap tajam Bellova yang menganga padanya. Keheranan dan kebingungan lalu berganti sesuatu lain.
"Kamu perlu menyapanya, Bellova! Ini ..., istri Tuan Axel Anthony."
Kali ini, Bellova mengangkat tangan bertanya. Ada apa ini? Namun, tatapan Raymundo memaksa Bellova menerima ponsel.
"A-pa?" tanya Bellova tanpa suara.
Raymundo menarik Bellova padanya, bicara di kuping wanita itu.
"Jika menjual tubuhmu padaku terdengar mudah, pura-pura berkencan denganku hanya secuil masalah kecil, bukan?" ujar Raymundo berikan semacam peringatan keras sebelum menuntut Bellova menjawab panggilan. "Jaga bicaramu!"
Lepaskan Bellova.
"Ha - i, selamat malam. Aku Bellova."
"Hai, Nona Bellova. Raymundo bercerita tentang Anda, Nona Bellova. Senang berkenalan denganmu. Aku Queena."
"Ya, umm, Queena," sahut Bellova tak berkedip menatap Raymundo sedang Raymundo menahan napas tercekat. Rahang pria itu bergerak-gerak.
"Pria kami agak sulit beradaptasi. Dia sedikit kaku, tetapi dia penuh kasih sayang."
"Terdengar menyenangkan, Queena. Dia tak pernah manis dari awal pertemuan kami. Sangat menyebalkan saat kesal, ia suka menanduk orang," keluh Bellova tak hiraukan sorot mata tak setuju Raymundo. "Tetapi aku jatuh cinta padanya." Bellova tambahkan dengan percaya diri.
"Oh, manis sekali. Semoga Tuan Raymundo tak buatmu kesulitan."
"Jangan cemas Queena. Kami akan saling pengertian pada akhirnya." Tak alihkan pandangan, sedikit mengejek. Bellova tahu kini rahasianya, pikir Raymundo. "Kurasa ...."
"Anda dan Bellova akan cocok." Raymundo merebut ponsel dan lanjutkan kalimat Bellova.
Queena terdengar meringis.
"Nyonya, apa Anda baik-baik saja?"
"Aku tergelitik dan ingin terkekeh oleh tingkahmu dan Nona Bellova, tetapi sepertinya kontraksi sebabkan aku sedikit sakit."
"Itulah mengapa aku perlu mencegah Bellova terus bicara."
Raymundo bisa melihat senyuman mengembang di wajah Queena.
"Aku punya permintaan." Kembali serius.
"Aku dengarkan Anda."
"Berjanjilah untuk patuhi."
"Aku berjanji."
"Dengarkan aku baik-baik. Anda tak perlu membunuh orang demi aku. Jangan lakukan pembalasan apapun atas namaku!"
Raymundo tertegun sejenak. Wanita itu tahu apa yang sedang diam-diam dilakukan di belakangnya.
"Baiklah, Nyonya."
"Kembalilah kemari akhir pekan dan bawa Bellova untuk makan malam."
"Kami akan datang."
Panggilan di akhiri. Beberapa detik, Raymundo masih menatap ponsel di tangannya. Cinta yang membara di dada adalah cinta jangka panjang, selalu ada bagi Queena.
"Aku harus pergi, Cheryl mungkin mencariku!" Suara Bellova kagetkan Raymundo. "Aku pikir kita saling pahami kini."
"Tentu, pergilah!" Itu yang Raymundo inginkan dari Bellova. "Kamu halangi pekerjaanku!"
"Kamu akan antarkan aku kembali, Tuan. Ini pedesaan, tak ada taxi jam segini."
"Bukan urusanku. Aku masih harus bekerja."
"Tidak, antarkan aku!" cegah Bellova.
Lampu mobil di ujung jalan dan sebuah mobil masuk. Sopir turun dari sana, bukakan pintu untuk seseorang. Dokter.
Raymundo mengernyih.
"Di mana Tuan Oskan dan Nyonya Helena?" tanya Dokter.
"Pergilah Dokter! Oskan Devano sudah tewas," sahut Raymundo hingga Bellova melotot padanya.
"Aku akan periksa."
Datangi dokter, Raymundo membuka pintu mobil.
"Pulanglah! Tak ada pasien butuh pertolongan di sini," kata Raymundo lagi dan mendorong halus dokter masuk ke mobil lalu menutup pintu.
Abaikan wajah protes Bellova, Raymundo bicara membungkuk pada dokter. "Pergi saja! Pasien ini tak pantas mendapat kesembuhan."
Asisten rumah berlari-lari ke gerbang. Ketakutan di muka gerbang ketika melihat Raymundo masih di sana, tetapi seakan tak ada pilihan.
"Tuan, sesuatu terjadi pada Nyonya Helena."
Raymundo menatap asisten rumah tangga.
"Aku mohon," tambah si asisten lagi lihat kikuknya tatapan Raymundo.
"Selamatkan adikmu! Aku harus pergi!"
"Bawa Dokter ke dalam!" perintah Raymundo pada asisten rumah tangga. Raymundo meraih tangan Bellova, menarik wanita itu padanya. Ponselnya bergetar, beberapa pesan masuk dari Black Mask dan seluruh data tentang seorang pria bernama Oskan Devano.
"Lepaskan aku!" Terseok-seok di belakang Raymundo. "Adikmu kesakitan! Bawa saja dia sebelum sesuatu terjadi pada bayinya."
"Ikut aku," paksa Raymundo menyeret Bellova kembali ke dalam rumah.
"Aku harus kembali. Oskan di sini, Cheryl akan mencari salah satu di antara kami. Lagipula, aku ingin muntah lihat wajah Helena."
Mereka sampai di ruang tengah di mana Oskan menahan sakit sedang Helena merintih di sofa.
"Apa lagi yang akan kamu lakukan, Raymundo Alvaro?" tanya Oskan Devano.
"Aku akan bawa adikku pergi! Hiduplah untuk sementara waktu dan kembalilah pada istrimu! Aku akan lenyapkanmu lain kali."
"Tidak, Kak. Jangan pisahkan kami," seru Helena.
"Jika kamu tak ikut denganku. Aku jelas akan menembak mati kekasihmu di sini dan membawamu pada Axel Anthony sebagai sandera."
"Kakak?! Aku adikmu! Tega sekali lakukan itu padaku?"
"Tidak lagi, Helena. Adikku tak akan membangkang padaku lalu lemparkan kotoran ke wajahku. Tetapi, aku beri kamu kesempatan bagus. Ikut denganku atau bersama bangkai bedebah ini?"
Helena Alvaro tahu kakaknya tidak main-main. Tinggal menunggu waktu Raymundo mencabut pistol dan lubangi dahi Oskan Devano.
"Kakak? Aku mencintai Oskan."
"Pria ini penuh tipu muslihat, Helena. Mari pergi!" Oskan Devano tampak terkejut. "Oskan sengaja dekatimu. Ini semua telah direncanakan dengan baik."
"Itu tidak mungkin."
"Mari pergi, aku akan menjagamu dan menaruh kasih sayang besar pada bayimu."
Raymundo datangi Helena, menggendong adiknya tak peduli pada rengekan Helena untuk tetap tinggal. Oskan berusaha bangkit tetapi, Raymundo menggertak pria itu. Seakan ingin katakan, "jangan coba!"
Lewati Bellova.
"Terima kasih. Aku akan pastikan Oskan tak menemui Helena. Aku harap kita tak perlu bertemu lagi, Tuan Raymundo Alvaro."
Raymundo berhenti melangkah, menyipit pada Bellova. Apa wanita ini tiba-tiba amnesia? Bellova Driely menjual tanah di Miradoura dan dirinya sendiri pada Raymundo, demi nyawa Oskan Devano. Wanita itu bahkan berteriak dengan semangat tentang tidur dengannya.
"Itu tidak mungkin, Bellova. Bukankah kita perlu habiskan malam bersama di suatu tempat?"
***
Aku ingin loncat chapter, tetapi aku butuh chapter ini untuk berpijak. Anda akan bertemu Belliza di next chapter. Yang dialami Belliza juga buruk, juga tidak mudah.
Do you like this chapter?
Salam dari Flores.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨Susanti✨
lanjutt .
2023-01-14
0
✨Susanti✨
masih nyimak,, penisirin
2023-01-14
0
algata
cantiknya..
2022-05-08
0