Mimpi~2

Setelah ibu membaringkanku di tempat tidur, ibu lantas pergi keluar kamar. Aku sayup-sayup mendengar ibu menelepon seseorang, pasti itu ayah. Tak berselang lama beliau kembali dengan membawa segelas air.

“Dek, ini airnya di minum Dulu. Tadi Ibu sudah bacakan surat yasin, semoga Dedek sudah tidak apa-apa,” kata ibu sambil memberikan air kepadaku.

Aku menerima air dari ibu dan lekas meminumnya.

“Bu, sebenarnya tadi Dedek kenapa? Dedek setelah menunjuk, lalu sudah tidak ingat apa-apa lagi,” tanyaku ke ibu sembari mencoba mengingatnya.

Ibu memeluk dan mengelus kepalaku.

“Dedek tadi, kerasukan arwah yang di lihat. Tadi mau ambil anak Mbak Sekar lo, Dek. Katanya anak dia,” kata ibu memberitahu.

“Kok bisa ya, Bu. Apa aku membawa sial, sih? Bu, setiap aku mencoba memberi tahu selalu saja ada kejadian,” kataku sambil menundukkan kepala.

“Kata siapa, Dedek membawa sial? Enggak kok, Dek. Tadi aja Mbak Sekar berterima kasih kepada Dedek, berarti tandanya Dedek bukan pembawa sial, tetapi justru sebaliknya,” jawab ibu mencoba menenangkanku.

“Tetapi, Bu ...." Aku mencoba berbicara kembali.

“Sudah, istirahat saja. Sebentar lagi Ayah pulang, Ibu memberitahu Ayahmu soal kejadian tadi. Dedek istirahat saja,” kata ibu sambil melangkah keluar kamarku.

Aku mencoba memejamkan mata, lalu aku pun tertidur terbuai dalam mimpi indahku.

_____________

Cukup lama aku tertidur, aku merasakan tubuhku di gerakkan. Kemudian mencoba membuka mata secara perlahan.

“Dek, ayo bangun. Mandi terus salat dulu, yuk,” ayah membangunkan aku.

“Ayah, Kapan datang?” tanyaku.

“Barusan, Dek. Ayo, mandi dulu terburu sore.” Ayah menyuruh sembari keluar kamarku.

Aku bangun melakukan perintah ayah, ketika semua selesai aku keluar kamarku untuk mencari kedua orang tuaku.

“Ayah, Ibu." aku memanggil.

“Di dapur, Dek." Ibu menjawab.

Aku jalan menuju dapur.

“Duduk sini, Dek,” kata ayah sambil menepuk kursi mencoba membersihkan debu.

Aku menghampiri ayah, ketika aku melihat ibu aku dikagetkan sosok wanita yang aku lihat di rumah Mbak Sekar.

“Pergi dari sini, Pergi!" aku melempar buah yang ada di meja makan ke arah sosok itu.

Aku melakukannya berulang-ulang, ayah memelukku mencoba menyadarkan aku.

“Dedek ... itu Ibu, Nak. Kamu lihat lagi sayang!” ayah berbicara kepadaku.

“Bukan, Yah. Itu perempuan tadi, Yah. Suruh dia pergi dari rumah kita,” kataku dengan jari telunjuk menunjuk ke arah ibu.

“Dek, ini Ibu sayang,” ujar ibu.

Aku mendengar ibu berkata, lalu secara perlahan-lahan mencoba melihatnya.

“Ibu, maafin Dedek ya, Bu,” kataku sembari aku menangis sesegukan.

Aku sudah tidak melihat sosok itu, lalu ibu mencoba mendekatiku kemudian memelukku.

"Yah, bagaimana kita coba ruqyah saja Dedek?" ibu bertanya ke ayah.

"Nanti, Ayah coba ke rumah Pak kyai, Bu," kata ayah.

Aku berpikir, emang sepertinya ada yang salah dalam diriku, aku membuat orang di sekelilingku kewalahan, kerepotan. Memang aku pembawa sial. Benar yang diucapkan teman-teman satu kelasku, aku anak aneh, aku pembawa sial.

Dalam hatiku berkata seperti itu, entah dari kapan aku meneteskan air mata.

"Dek, apa yang lagi Dedek pikirkan?" ayah mencoba mengajakku bicara.

"Tidak ada, Yah," jawabku mencoba menyembunyikannya dari ayah.

"Ya, sudah. Ayo, makan dulu ya, Dek." Ajak ayah.

Aku ambil makananku. Ternyata tetap tidak bisa menyembunyikan yang aku pikirkan dari ayah. Selama makan, ayah mencoba tidak membahas agar aku bisa menghabiskan makananku. Selesai kami makan, kami berkumpul di depan televisi.

"Yah, apa aku pembawa sial, sih?" aku mencoba bertanya ke ayah.

"Tidak, Dek. Dedek adalah Anugerah yang diberikan oleh yang Maha Kuasa, Allah SWT untuk Ayah dan Ibu. Jadi Dedek jangan pernah berpikir Dedek pembawa sial, ya!" kata ayah.

Aku tidak menanggapi kata-kata ayah, tiba-tiba aku teringat oleh gambaranku.

"Oh iya, Yah. Ada yang mau Dedek tunjukan ke, Ayah," kataku.

Aku berlalu pergi pergi ke kamar mengambil gambar, dengan segera kubawa menuju ke ayah.

"Yah lihat ini!" aku memberikan buku gambarku ke ayah.

Ayah mulai melihat gambarku.

"Ada apa dengan gambar ini, Dek?" tanya ayah.

"Aku mimpi dia dua kali, Yah. Yang pertama ketika aku ketiduran di sofa ruang tamu, dia hanya tersenyum dari kejauhan, yah. Yang kedua semalam yah, tetapi kali ini dia mencoba mendekat," aku bercerita ke ayah.

"Terus kenapa, Dek? Apa Dedek pernah melihatnya?" tanya ayah.

"Sepertinya pernah, Yah. Dia anak Ibu Salma Yah ... aku melihat dia di rumah Bu Salma. Tetapi itu juga tidak terlalu jelas kok, Yah," jawabku.

"Bagaimana kalau kita ke sana saja, Yah?" kataku lagi.

"Dedek ini ada-ada saja, nanti kita ke rumah Bu Salma malah menyinggung perasaan mereka," sahut ibu.

Aku menoleh ke arah ibu.

"Karena itu juga belum tentu yang kamu lihat anak mereka, Dek," kata ibu lagi.

"Lagi pula, apa Dedek tahu jalan pergi ke rumah Bu Salma?" tanya ayah.

"Rumahnya, itu di dekat tempat campingku kemaren, Yah," jawabku.

"Di daerah mana, Dek? Siapa tahu ayahmu ngerti," tanya ibu.

"Enggak tahu sih, Bu nama desanya. Tetapi dari sini perjalanannya satu setengah jam deh kemaren, Yah," jawabku.

"Ada-ada saja kamu, Dek." Ayah mengelus kepalaku.

"Oh, iya, Yah. Hari sabtu aku ambil rapot, Yah. Bagimana kalau Ayah tanya Pak Andi saja?" usulku.

"Iyain saja deh, Yah. Biar anakmu tidak kepikiran," kata ibu mencoba membujuk ayah.

"Iya-iya. Nanti Ayah tanya ke gurumu itu, Dek," jawab ayah.

Aku mendengar ucapan ayah, seketika hatiku sedikit lega. Malam mulai larut aku pergi untuk tidur.

"Bu, temenin, ya? Dedek takut wanita tadi siang ke sini lagi, Bu." Aku mengajak Ibu.

*********

Hari sabtu pun tiba berarti waktunya ayah mengambil rapotku. Aku tetap membawa buku gambarku ke sekolah.

"Hai, Key. Kamu bawa lagi buku itu?" tanya Dinar.

"Iya, Din. Mau aku kasih tahu ke Pak Andi nanti," jawabku.

"Apa hubungannya sama, Pak Andi?" Dinar bertanya lagi.

"Aku mau ke rumah Bu Salma, Din. Aku penasaran sama mimpiku," jawabku.

"Nekad ya kamu, Key. Kalau ada apa-apa, bagaimana?" kata Dinar.

"Aku sama Ayahku kok, Din. Nanti kayanya bawa Pak kyai juga," jawabku.

Aku menunggu ayah di luar kelas sambil ngobrol-ngobrol dengan teman-temanku. Aku melihat ayah keluar kelas, bersama Pak Andi.

"Keyla, bisa ikut Bapak ke kantor?" tanya Pak Andi.

Aku melihat ayah yang menyuruhku mengangguk. Aku tidak menjawab, aku hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakan ajakan Pak Andi. Aku menuju kantor dengan menggandeng tangan ayah.

"Bapak bisa melihat gambarnya, Key?" tanya Pak Andi.

Aku memberikan buku gambarku. Pak Andi mulai melihat gambarku itu.

"Apa kamu yakin, Key. Kalau itu adalah salah satu anak dari warga di sana?" tanya Pak Andi.

"Iya, Pak. Aku pernah dua kali melihatnya di rumah Bu Salma, Pak. Dia juga melihatkan senyumannya tetapi itu dari kejauhan, jadi tidak terlihat begitu jelas, Pak," jawabku.

"Baiklah, apa kamu tahu cerita soal anak ini?" tanya Pak Andi.

"Tahu, Pak. Ibu dari anak ini pernah bercerita, soal bagaimana kematian anak itu dan anak itu bernama Diana, Pak," jelasku.

Aku mulai bercerita ke Pak Andi, dari awal hingga kematian Diana yang tragis. Tiba-tiba di pertengahan cerita ketika aku bilang soal kecelakaan itu, Pak Andi memotong ceritaku.

"Sebentar, Key. Kejadian empat tahun yang lalu?" kata Pak Andi sambil mengingatnya.

"Iya, Pak. Empat tahun lalu," kataku.

"Kecelakaan, di tabrak oleh truk? Siswi SD yang dibonceng oleh gurunya, ditabrak oleh truk yang remnya blong ya, Key? Saya tahu kecelakaan ini," kata Pak Andi.

"Iyakah? Bapak tahu, kecelakaan itu?" tanyaku mencoba memastikan.

"Iya, Key. Anak itu langsung meninggal di tempat kejadian dan gurunya kritis di bawa ke rumah sakit. Tetapi sampai sana nyawanya juga tidak tertolong. Kamu lanjut ceritanya ya, Key." Pak Andi menyuruhku bercerita lagi.

Aku kembali bercerita soal Diana mendatangi ayahnya juga sampai empat tahun ini, Aku juga bercerita kalau waktu camping juga melihatnya. Aku sampai hampir kelupaan, menanyakan soal kertas yang di saku Diana ke Pak Andi.

"Pak, maaf. Apa Bapak melihat kertas di saku Diana ketika dia kecelakaan?" tanyaku.

Pak Andi mencoba mengingat.

"Iya, Key. Bapak tahu, kertas itu memang ada, tetapi kalau tidak salah kertas itu jatuh dan terbang ketika jenazah Diana mau di bawa ke rumah sakit," jawab Pak Andi.

"Bagaimana, kalau kita langsung ke sana saja, Pak? Kebetulan tadi saya membawa mobil," ajak ayahku.

"Baik, Pak. Kita langsung ke sana saja," jawab Pak Andi mengiyakan.

Aku duduk di kursi bekalang, sedangkan Pak Andi di samping ayah. Sebelum berangkat, ayah menghubungi untuk meminta izin ibu. Dan ternyata ibu mau ikut karena merasa mengkhawatirkan aku. Mobil melaju menuju rumahku terlebih dahulu, lalu pergi ke rumah Bu Salma.

____________

Perjalanan cukup jauh membuat aku tertidur sepanjang perjalanan.

"Dek, sudah sampai. Ayo bangun." Ibu membangunkan aku.

Aku bangun, saat ayah berhenti tepat di depan mushola yang berada dekat dengan tempatku camping waktu itu.

"Ayah, itu rumah Bu Salma." Aku menunjuk ke rumah Bu Salma.

"Mobilnya diparkir di sana saja bagaimana, Pak? Pekarangannya di sana luas," ajak Pak Andi.

Ayah melajukan mobilnya ke depan rumah Bu Salma. Mobil berhenti tepat di depan rumah dan di sana Bu Salma langsung ke luar dari balik pintu.

Aku keluar dari mobil hendak memanggilnya.

"Assalamualaikum, Bu Salma," panggilku.

Bu Salma melihatku langsung memelukku.

"Waalaikum salam. Ada apa, Nak?" tanya Ibu Salma.

"Mari masuk." Ajak Bu Salma kepada kami semua.

Aku memperkenalkan ayah, ibu dan guruku Pak Andi. Sedari tadi tidak melihat Pak Hendro Ayah Diana, di sini aku lihat Ibu Salma bingung dengan kedatangan kami semua.

"Bu Salma, Pak Hendro masih mengojek?" tanyaku.

"Iya, Nak. Apa perlu, Ibu menyuruh tetangga untuk memanggilkannya?" tanya Ibu Salma.

"Iya, Bu. Maaf ya merepotkan," kataku.

"Tidak merepotkan, kok. Sebentar ya, saya tinggal terlebih dahulu." Ibu Salma berpamitan, untuk pergi meminta tolong kepada tetangganya untuk memanggil suaminya.

Kami menunggu di rumah Bu Salma. Tiba-tiba Ayah teringat kalau lupa panggil Pak Kyai.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Fitria novia

Fitria novia

cemangaaaaaat

2020-09-02

0

Kadek

Kadek

kk lina ane mmpir
semngt ya
lieknya disini aja

2020-07-20

1

Athaya Winangun

Athaya Winangun

cemunguts

2020-06-30

1

lihat semua
Episodes
1 Masa Kecilku part 1
2 Masa Kecilku part 2
3 Camping
4 Rumah warga
5 PoV Bu Salma
6 POV Bu Salma part 2
7 Kabar tentang Diana
8 PoV Mas Hendro Ayah Diana
9 Camping part 2
10 Camping ~Last episode
11 Apa Aku Berbeda?
12 Pandangan Mereka
13 Bercerita
14 Bercerita 2
15 POV Dinar
16 Teman-temanku
17 Mimpi
18 pengumuman
19 Kerasukan
20 Mimpi~2
21 Misteri Diana
22 Berkunjung ke rumah Nenek
23 Rumah nenek~2
24 Liburan semester
25 Rumah Dewi
26 Rumah Dewi~2
27 Pakde ku
28 Foto jenazah
29 Sekolah
30 Misteri Penunggu Toilet
31 Cewek Dalam Angkot
32 Misteri Cewek Dalam Angkot~2
33 Baju Pengantin
34 Baju Pengantin~Part 2
35 POV Dita kakaknya Dinar
36 Part ini Tidak Ada Hantu
37 Penunggu Toilet Parkiran Mall
38 Arwah Penunggu Lukisan
39 Jin Penglaris
40 Keluarga Sasa
41 POV SASA part 1
42 POV SASA Part 2
43 POV SASA Part 3
44 POV SASA part terakhir
45 Rumah Sasa
46 Mata-mata
47 Bunga Matahari
48 Esther (Esteh)
49 POV Esther
50 Rumah Keluarga Wijaya
51 Jalan-jalan
52 Sekolahan TK
53 Berkenalan
54 Rumah Dinar
55 Teror part 1
56 Teror part 2
57 Bioskop
58 Strategi
59 Strategi (2)
60 Bercerita
61 Bercerita (2)
62 Di culik
63 Kabur
64 Cerita Kak Andre
65 Kereta
66 Sampai di Malang
67 Pengganggu
68 Misteri Gadis Kecil
69 Misteri Gadis Kecil (2)
70 Misteri Gadis Kecil (3)
71 Perjalanan
72 perjalanan (2)
73 Lift Hotel
74 Lift Hotel (2)
75 Hotel lama
76 Orang itu
77 Ketukan Tiang Listrik
78 Orang itu (2)
79 Orang itu (3)
80 Orang itu (4)
81 Pencarian
82 pencarian (2)
83 Pencarian (3)
84 Tertangkap
85 Boby
86 Sisir rambut tengah malam
87 Esther Kembali
88 Pemakaman
89 Kereta (End~season 1)
90 (S2) ~ Diriku
91 (S2) ~ Diriku 2
92 (S2) ~ Ragaku
93 (S2) ~ Terlena di dunia lain
94 (S2) ~Beda keadaan
95 (S2) ~ Rumah sakit
96 (S2) ~ Dari Nol lagi
97 (S2) ~ Seutas tali
98 (S2) ~ Seutas tali (2)
99 (S2) ~ Seutas tali (3)
100 (S2) ~ Seutas tali (4)
101 (S2) ~ Seutas tali (penyelesaian)
102 (S2) ~ Terbangun
103 (S2) ~ Proses yang membuat jenuh
104 (S2) ~ Flashback
105 (S2) ~ Flashback (2)
106 (S2) ~ Kunti merah
107 (S2) ~ Rumah itu.
108 (S2) ~ Menghilang
109 (S2) ~ Gadis Kecil
110 (S2) ~ Keluargaku
111 (S2) ~ Stevia
112 (S2) ~ Cerita Stevia
113 (S2) ~ Cerita Stevia (2)
114 (S2) ~ Cerita Stevia (3)
115 (S2) ~ Pulih
116 (S2) ~ Bersahabat
117 (S2) ~ Mimpiku
118 (S2) ~ Pulang
119 (S2) ~ Kecelakaan
120 (S2) ~ Rumah baru Kevin
121 (S2) ~ Pulang 2
122 (S2) ~ Maafkan aku
123 (S2) ~ Lentera Merah
124 (S2) ~ Salah paham berujung kematian
125 (S2) ~ Berita Pembunuhan Ken
126 (S2) ~ Bimbang
127 (S2) ~ Ternyata
128 (S2) ~ Mbak Rasni
129 (S2) ~ Rumah Mbak Rasni
130 (S2) ~ Cerita Wulan
131 (S2) ~ Cerita Wulan (2)
132 (S2) ~ Cerita Wulan (3)
133 (S2) ~ Cerita Wulan (4)
134 (S2) ~ Rumah Tante Rasni (2)
135 (S2) ~ Apa Ini Reinkarnasi?
136 (S2) ~ Ternyata
137 (S2) ~ Cerita Ayah
138 (S2) ~ Siapa Wanita itu?
139 (S2) ~ Check up
140 (S2) ~ Bertemu Kevin
141 (S2) ~ Rumah Lama Kevin
142 (S2) ~Penglihatan Cincin
143 (S2) ~ Memory Card
144 (S2) ~ Rumah Kevin
145 (S2) ~ Hasil Rekaman
146 (S2) ~ Wanita Angkuh
147 (S2) ~ Dinar
148 (S2) ~ Rapuh
149 (S2) ~ Cerita Kabar Airin
150 (S2) ~ Cerita Kabar Airin (2)
151 (S2) ~ Cerita Kabar Airin (3)
152 (S2) ~ Kevin
153 (S2) ~ Kehadiran Kevin
154 (S2) ~ penyelamatan Kevin
155 (S2) ~ Awal kejadian
156 (S2) ~ Bercerita
157 (S2) ~ Bercerita (2)
158 (S2) ~ Bercerita (3)
159 (S2) ~ Berisi Ancaman
160 (S2) ~ Proses penangkapan
161 (S2) ~ Mati dibalas Mati
162 (S2) ~ Apa Dia Mati?
163 (S2) ~ Firasat apa?
164 (S2) ~ Kabar buruk
165 (S2) ~ Akhir dari semuanya (Ending)
166 (S2) ~ Radar Kota
167 (S2) ~ KABAR DUKA
168 PENGUMUMAN!!
169 pengumuman! novel baru
170 (S3) Kehidupan paska meninggalnya Keyla
171 Kabar gembira
172 Open Po!!
173 Po tinggal 2 hari lagi
174 (S3) Dandi
175 (S3) Nenek Dandi
176 (S3) Cacian
177 (S3) Fitnahan apa lagi
178 (S3) Pertikaian
179 (S3) Pertikaian 2
180 (S3) Bu Sumi
181 (S3) Ego masing-masing
182 (S3) Penjelasan
183 (S3) Biar tahu rasa
184 (S3) Gaib
185 (S3) Gaib 2
186 (S3) Wanita gaun merah
187 (S3) Kematian Nenek Dandi
188 (S3) Pindah
189 (S3) Pindah 2
190 (S3) Teringat
191 (S3) Prepare
192 (S3) Pengumuman kelulusan
193 (S3) Hari terakhir di rumah itu
194 (S3) Perjalanan
195 (S3) Ninis
196 (S3) Sampai
197 (S3) Tetangga
198 (S3) Bersih-bersih
199 (S3) gotong royong
200 (S3) Hari pertama tidur di sana
201 Dinar nggak akan lanjut
202 Open Order lagi
203 Novel baru
Episodes

Updated 203 Episodes

1
Masa Kecilku part 1
2
Masa Kecilku part 2
3
Camping
4
Rumah warga
5
PoV Bu Salma
6
POV Bu Salma part 2
7
Kabar tentang Diana
8
PoV Mas Hendro Ayah Diana
9
Camping part 2
10
Camping ~Last episode
11
Apa Aku Berbeda?
12
Pandangan Mereka
13
Bercerita
14
Bercerita 2
15
POV Dinar
16
Teman-temanku
17
Mimpi
18
pengumuman
19
Kerasukan
20
Mimpi~2
21
Misteri Diana
22
Berkunjung ke rumah Nenek
23
Rumah nenek~2
24
Liburan semester
25
Rumah Dewi
26
Rumah Dewi~2
27
Pakde ku
28
Foto jenazah
29
Sekolah
30
Misteri Penunggu Toilet
31
Cewek Dalam Angkot
32
Misteri Cewek Dalam Angkot~2
33
Baju Pengantin
34
Baju Pengantin~Part 2
35
POV Dita kakaknya Dinar
36
Part ini Tidak Ada Hantu
37
Penunggu Toilet Parkiran Mall
38
Arwah Penunggu Lukisan
39
Jin Penglaris
40
Keluarga Sasa
41
POV SASA part 1
42
POV SASA Part 2
43
POV SASA Part 3
44
POV SASA part terakhir
45
Rumah Sasa
46
Mata-mata
47
Bunga Matahari
48
Esther (Esteh)
49
POV Esther
50
Rumah Keluarga Wijaya
51
Jalan-jalan
52
Sekolahan TK
53
Berkenalan
54
Rumah Dinar
55
Teror part 1
56
Teror part 2
57
Bioskop
58
Strategi
59
Strategi (2)
60
Bercerita
61
Bercerita (2)
62
Di culik
63
Kabur
64
Cerita Kak Andre
65
Kereta
66
Sampai di Malang
67
Pengganggu
68
Misteri Gadis Kecil
69
Misteri Gadis Kecil (2)
70
Misteri Gadis Kecil (3)
71
Perjalanan
72
perjalanan (2)
73
Lift Hotel
74
Lift Hotel (2)
75
Hotel lama
76
Orang itu
77
Ketukan Tiang Listrik
78
Orang itu (2)
79
Orang itu (3)
80
Orang itu (4)
81
Pencarian
82
pencarian (2)
83
Pencarian (3)
84
Tertangkap
85
Boby
86
Sisir rambut tengah malam
87
Esther Kembali
88
Pemakaman
89
Kereta (End~season 1)
90
(S2) ~ Diriku
91
(S2) ~ Diriku 2
92
(S2) ~ Ragaku
93
(S2) ~ Terlena di dunia lain
94
(S2) ~Beda keadaan
95
(S2) ~ Rumah sakit
96
(S2) ~ Dari Nol lagi
97
(S2) ~ Seutas tali
98
(S2) ~ Seutas tali (2)
99
(S2) ~ Seutas tali (3)
100
(S2) ~ Seutas tali (4)
101
(S2) ~ Seutas tali (penyelesaian)
102
(S2) ~ Terbangun
103
(S2) ~ Proses yang membuat jenuh
104
(S2) ~ Flashback
105
(S2) ~ Flashback (2)
106
(S2) ~ Kunti merah
107
(S2) ~ Rumah itu.
108
(S2) ~ Menghilang
109
(S2) ~ Gadis Kecil
110
(S2) ~ Keluargaku
111
(S2) ~ Stevia
112
(S2) ~ Cerita Stevia
113
(S2) ~ Cerita Stevia (2)
114
(S2) ~ Cerita Stevia (3)
115
(S2) ~ Pulih
116
(S2) ~ Bersahabat
117
(S2) ~ Mimpiku
118
(S2) ~ Pulang
119
(S2) ~ Kecelakaan
120
(S2) ~ Rumah baru Kevin
121
(S2) ~ Pulang 2
122
(S2) ~ Maafkan aku
123
(S2) ~ Lentera Merah
124
(S2) ~ Salah paham berujung kematian
125
(S2) ~ Berita Pembunuhan Ken
126
(S2) ~ Bimbang
127
(S2) ~ Ternyata
128
(S2) ~ Mbak Rasni
129
(S2) ~ Rumah Mbak Rasni
130
(S2) ~ Cerita Wulan
131
(S2) ~ Cerita Wulan (2)
132
(S2) ~ Cerita Wulan (3)
133
(S2) ~ Cerita Wulan (4)
134
(S2) ~ Rumah Tante Rasni (2)
135
(S2) ~ Apa Ini Reinkarnasi?
136
(S2) ~ Ternyata
137
(S2) ~ Cerita Ayah
138
(S2) ~ Siapa Wanita itu?
139
(S2) ~ Check up
140
(S2) ~ Bertemu Kevin
141
(S2) ~ Rumah Lama Kevin
142
(S2) ~Penglihatan Cincin
143
(S2) ~ Memory Card
144
(S2) ~ Rumah Kevin
145
(S2) ~ Hasil Rekaman
146
(S2) ~ Wanita Angkuh
147
(S2) ~ Dinar
148
(S2) ~ Rapuh
149
(S2) ~ Cerita Kabar Airin
150
(S2) ~ Cerita Kabar Airin (2)
151
(S2) ~ Cerita Kabar Airin (3)
152
(S2) ~ Kevin
153
(S2) ~ Kehadiran Kevin
154
(S2) ~ penyelamatan Kevin
155
(S2) ~ Awal kejadian
156
(S2) ~ Bercerita
157
(S2) ~ Bercerita (2)
158
(S2) ~ Bercerita (3)
159
(S2) ~ Berisi Ancaman
160
(S2) ~ Proses penangkapan
161
(S2) ~ Mati dibalas Mati
162
(S2) ~ Apa Dia Mati?
163
(S2) ~ Firasat apa?
164
(S2) ~ Kabar buruk
165
(S2) ~ Akhir dari semuanya (Ending)
166
(S2) ~ Radar Kota
167
(S2) ~ KABAR DUKA
168
PENGUMUMAN!!
169
pengumuman! novel baru
170
(S3) Kehidupan paska meninggalnya Keyla
171
Kabar gembira
172
Open Po!!
173
Po tinggal 2 hari lagi
174
(S3) Dandi
175
(S3) Nenek Dandi
176
(S3) Cacian
177
(S3) Fitnahan apa lagi
178
(S3) Pertikaian
179
(S3) Pertikaian 2
180
(S3) Bu Sumi
181
(S3) Ego masing-masing
182
(S3) Penjelasan
183
(S3) Biar tahu rasa
184
(S3) Gaib
185
(S3) Gaib 2
186
(S3) Wanita gaun merah
187
(S3) Kematian Nenek Dandi
188
(S3) Pindah
189
(S3) Pindah 2
190
(S3) Teringat
191
(S3) Prepare
192
(S3) Pengumuman kelulusan
193
(S3) Hari terakhir di rumah itu
194
(S3) Perjalanan
195
(S3) Ninis
196
(S3) Sampai
197
(S3) Tetangga
198
(S3) Bersih-bersih
199
(S3) gotong royong
200
(S3) Hari pertama tidur di sana
201
Dinar nggak akan lanjut
202
Open Order lagi
203
Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!