Hari berganti ke malam, entah mengapa aku masih memikirkan soal tadi siang. Aku yang sedari tadi berbaring di kasur, hingga larut malam belum bisa memejamkan mata untuk pergi ke alam mimpiku. Jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. Aku masih belum bisa tidur, lalu memutuskan untuk mengambil buku gambar kemudian coba menggambar anime kesukaanku.
Lama-kelamaan aku pun tertidur. Di dalam mimpi anak yang datang ke mimpiku sebelumnya, dia datang lagi. Kali ini, dia mendekat ke aku dengan wajah yang sama, namun terlihat tersenyum.
"Kamu, mau apa?" tanyaku di mimpi.
Dia tidak menjawab, hanya berlalu pergi. Aku pun terbangun, kemudian lihat jam baru menunjukkan pukul 23.50 WIB. Aku pun beranjak dari tempat tidur, untuk mengambil wudhu lalu melakukan salat malam. Selesai salat, dalam doaku memohon agar aku tau apa maksud mimpiku.
"Ya Allah, Ya Robbi. Aku mohon beri petunjuk apa maksud mimpiku?" itu ucapku salah satu dalam doaku.
Sebelum aku lanjutkan tidur, aku kembali dengan buku gambar yang tadi aku tinggal ketiduran. Aku memutuskan, untuk mencoba mengingat anak yang aku lihat di mimpi.
Aku coba mulai menggambarnya pelan-pelan.
Dia menggunakan seragam SD merah putih, pakai kaos kaki yang panjangnya hampir selutut dan sepatu yang sudah hampir jebol.
Anak itu rambutnya di kuncir ke belakang, rambutnya panjang. Selain itu, juga melihat di kantongnya ada secarik kertas di dalamnya.
Aku perlahan-lahan untuk tetap mengingatnya. Selesai gambar, aku taruh gambar itu di meja belajar, lalu kembali tidur. Kali ini di mimpiku tidak ada lagi anak itu. Aku berlarut dengan mimpi indahku.
________________
Pagi mulai tiba, jam menunjukkan pukul 04.35 WIB. Aku bangun ambil wudhu untuk salat subuh, saat itu juga mendengar ibu sudah bangun terlebih dahulu. Beliau sudah beraktivitas di dapur. Sedangkan aku segera menjalankan salatku, selesai itu aku tidak tidur lagi.
Kali ini, aku pandangi hasil gambar yang aku buat tadi malam. Di dalam pikiranku masih bertanya-tanya.
"Kamu siapa sih?" kataku sambil melihat gambarku.
Aku berdiri hendak memasukkan buku gambar ini ke dalam tasku.
"Dek, Dedek. Sudah bangun belum? Sudah hampir jam lima ini, cepat bangun. Terburu siang kamu salatnya!" ibu memanggilku dari balik pintu.
"Sudah kok, Bu. Aku juga sudah selesai salat," jawabku.
"Ya, sudah. Ayo, bantuin Ibu menyiapkan sarapan," ajak ibu.
"Iya, Bu," jawabku lagi sembari ke luar kamar akan membantu ibu.
Aku jalan pergi ke dapur.
"Bu, kalau aku mimpi ada anak yang tidak aku kenal, itu bagaimana, Bu? Apa itu sebuah petunjuk?" Tanyaku.
"Mimpi itukan bunga tidur, Dek. Ngapain dipikirin, sih?" ujar ibu.
"Tetapi, dia datang tidak hanya sekali, Bu?" aku tetap mengeyel.
"Ibu tidak paham, Dek. Kalau nanti ayah pulang saja, dibicarakan sama Ayah," ujar ibu.
"Baiklah, Bu," jawabku.
Aku membantu ibu memasak, setelah matang kusiapkan di meja makan.
"Mandi dulu ya, Bu," kataku.
Aku memasuki kamar hendak mandi, setelah mandi aku makan dan berangkat ke sekolah. Aku pacu sepedaku dengan cepat, agar aku cepat bertemu dengan teman-temanku.
Sesampainya di sekolahan, aku buru-buru masuk kelas. Aku tidak menemukan Dinar di bangkunya.
"Sell, ini Dinar apa tidak masuk, ya?" tanyaku ke Selly.
"Dia ke kantin tuh cari makan, katanya ibunya kesiangan belum masak," jawab Selly.
Aku pun menaruh tasku lalu menghampiri Dinar ke kantin. Aku cari Dinar, dia lagi duduk sambil makan nasi kuning kesukaannya.
"Hai, Din. Aku cariin kamu, aku kira kamu tidak masuk," ucapku.
"Lapar aku, tadi Ibuku tidak sempat masak katanya, sudah kesiangan. Kata Ibuku, mau ke rumah kakek untuk berkunjung," jawab Dinar.
"Kamu tidak ikut?" tanyaku.
"Tidak, aku di rumah sama kakaku. Ibuku berangkat sendiri, kok," jawab Dinar.
Dia melahap makanannya
"Ayahku sibuk kerja, jadi belum bisa mengantar. maka dari itu, ibuku memutuskan untuk berangkat sendiri," jawab Dinar lagi dengan mulut yang penuh makanan.
"Oh, cepat habiskan makanannya aku mau cerita," kataku.
"Cerita saja," jawab Dinar.
"Nanti saja, nunggu kamu selesai. Nanti juga aku ceritakan sama Selly, Bella dan Dewi di kelas, aku mau minta pendapat," jawabku.
Dinar pun melanjutkan makan. Selepas aku makan, kami kembali ke kelas. Di dalam kelas aku tidak langsung cerita karena masih menunggu Dewi datang. Dari kami berlima rumah Dewi paling jauh, sehingga dia sering berangkat siang. Cukup lama kami harus menunggu Dewi.
"Ini anak apa tidak masuk ya, kok belum sampai jam segini?" ucap Bella dengan melihat jam tangannya.
Tidak begitu lama dengan ucapan Bella, Dewi pun masuk ke kelas.
"Hai, teman-teman. Maaf aku baru datang," ucap Dewi.
"Kapan kamu berangkat pagi? Guru aja berangkat pagi semua. Lah kamu muridnya, berangkatnya siang mulu," celetukku.
"Kaya kamu enggak aja, Key. Tumben aja, hari ini kamu pagi hahaha," ejek Dewi.
"Buruan duduk, ini Keyla mau cerita sama kita!" perintah Dinar.
"Ehh, kok aku enggak tau kalau Keyla mau cerita. Kamu mau cerita Apa, Key?" tanya Selly.
Aku ambil buku gambarku di tas. Aku perlihatkan gambarku ke empat temanku. Mereka dengan seksama memperhatikannya.
"Diana!" tiba-tiba mereka berempat bicara hampir berbarengan.
"Mulai sok tahu," ucapku.
"Ingat tidak sih kamu, Key? Sama cerita Bu Salma soal kematian Diana, yang di pakai Dianakan seragam sekolah," ucap Dinar.
"Iya, Key. Baru berapa hari sih, kamu sudah tidak ingat?" Bella menimpali.
"Iya, aku ingat. Tetapi kita ke rumah Bu Salma juga sudah tidak ada Diana. Kenapa kalian bisa menduga-duga kalau itu dia, sih?" tanyaku.
Mereka pun kembali memperhatikan gambarku.
"Ini beneran Diana, Key. Lihat aja deh ciri-cirinya, ini sama seperti yang diceritakan Bu Salma. Lihat deh, yang dia pakai sama seperti cerita Bu Salmakan?" ucap Dewi dengan menunjuk ke arah gambar.
Aku masih berpikir, mengapa mereka juga berpikiran sama denganku? Apa benar ini Diana?
"Kenapa, Key? Kok tiba-tiba gambar kaya gini?" tanya Dinar.
Aku pun mulai bercerita.
"Jadi begini, sepulang kalian dari rumahku, aku ketiduran di sofa ruang tamu. Nah, saat itu pertama kali aku bermimpi dia," ucapku.
Aku menatap temanku yang sedang seksama mendengarkan.
"Dia dari kejauhan tersenyum ke arahku. Lalu tadi malam, aku juga kembali mimpiin dia. Tetapi kali ini dia mendekatiku dengan wajah yang sama, dia tersenyum juga," ceritaku.
"Dia bilang apa ke kamu, Key?" tanya Bella.
"Enggak bilang apa-apa, sih. Cuma gitu doang," jawabku.
"Lah, itu mah kamu masih kepikiran yang di tempat camping kemaren," ucap Dewi.
Aku berpikir sejenak, apa iya aku cuma kepikiran, ya?
"Eh tunggu! Ini di kantong gambar Diana apa? Kaya kertas yang dilipat dia? Ini uang bukan, sih?" tanya Bella.
"Di mimpiku sih, ini seperti kertas yang dilipat," jawabku.
"Apa mungkin surat, ya?" tanya Dinar.
"Enggak tau juga, aku," jawabku lagi.
Obrolan kami terhenti karena ada guru yang masuk kelas.
"Anak-anak, Ibu memberitahukan ke kalian. Bahwa pengambilan rapot dimajukan menjadi hari sabtu ini, karena pengisian rapot selesai lebih awal dari perkiraan," kata Bu Indah.
"Jelas anak-anak! Kalau sudah jelas, kalian semua bisa pulang. Besok tetap masuk seperti biasa meski tidak ada pelajaran. Terima kasih!" kata Ibu Indah lagi.
"Baik, Bu," jawab kami satu kelas.
Bu Indah pergi keluar kelas terlebih dahulu. Kami berlima pun bergegas keluar kelas.
"Bagaimana ini, ceritanya? Apa tidak di lanjut?" kata Bella.
"Besok saja kalau sekolah lagi," jawabku yang hendak pergi ke parkiran.
"Penasaran ini, aku jadinya. Kalian gimana? Sama enggak kaya aku, penasaran juga?" tanya Dewi ke Bella, Dinar dan Selly.
"Sudah, besok aja. Kali aja si Keyla mimpi lagi, jadi tahu apa maksud mimpinya," jawab Dinar sembari tertawa terbahak-bahak.
kami berlima pun mengambil sepeda di parkiran dan kami mulai pergi pulang ke rumah masing-masing.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
the bochil
menarik Thor untuk membaca nya sampei ending , like👍
2020-11-26
0
Fitria novia
cerita ny seruuuuuu
2020-09-02
0
Angela Jasmine
Lanjuuuttt kakak 🙌🙌
2020-07-28
0