Aku pun selesai bercerita, pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh mereka berempat Dewi, Selly, Bella dan Dinar.
“Kenapa dari dulu kamu tidak pernah cerita sih, Key?” tanya Dewi.
“Bagaimana mau cerita, dia aja takut kalau kita juga ngejauhin dia, hehehe,” jawab Selly sembari becanda.
Kami pun tertawa bersama-sama.
“Bukannya aku tidak mau cerita ya, Wi. Ya bisa aja kalian tidak ngejauhin aku, tetapi kemungkinan juga kalian tidak percaya dengan ucapanku, sih. Aku pun tidak tahu juga, hehehe,” jawabku sambil tertawa.
“Kalian sudah dengar cerita kayak gini, belum tentu juga kalian percayakan?” timpal Dinar.
“Kalau aku percaya, Key. Soalnya saudaraku juga ada yang seperti kamu," ucap Bella.
“Tetapi, dia hanya bisa lihat hantu aja. Tidak sampai bisa lihat kejadian,” kata Bella lagi.
"Iyakah?" tanyaku.
"Iya, dia juga sering ngomong kalau dia lihat sesuatu. Tapi dia tidak pernah berinteraksi, sih," jawab Bella.
“Aku takutnya dianggap syirik sama orang-orang, kalau mendahului suatu kejadian. Serba salah aku,” ucapku lagi.
Aku pun menghentikan ucapanku, sembari cemberut.
“Sudahlah, Key. Biarin aja, kalau orang tidak percaya kamu. Toh, nyatanya kayak gitu, nemang kamu benar-benar bisa dan mampu melihatnya” ucap Selly.
“Iya, Sell. Kalau emang nyatanya ada kemampuan, mau ngelak seperti apa tidak bisa ya.” Dewi menimpali.
Aku pun tersenyum ke arah mereka. Aku merasa bahagia mendengar jawaban teman-temanku, karena mampu menerimaku. Ternyata pikiranku selama ini salah, jika semua orang akan takut dengan aku. Ternyata, kenyataannya masih banyak anak yang mau menerimaku apa adanya selain si Dinar.
“Gimana, masih mau temenan sama Keyla tidak kalian? kan sudah tau Keyla seperti apa,” tanya Dinar.
Dinar menatap ketiga teman kami secara bergantian.
“Masih mau, lah. Gila kali ya, aku ngejauhin Keyla karena kemampuannya,” jawab Dewi.
“Aku juga masih maulah, enaklah kita ada yang ngasih tau. Hehehe,” jawab Selly juga.
“Gimana kalau kamu, Bell?” tanya Dinar ke Bella.
“Kalau aku sih, sudah biasa sama saudaraku. Ya, masih maulah tentunya!” jawab Bella.
“Makasih, ya. Kalian semua ternyata baik banget ke aku, karena tidak pernah ada pikiran ngejauhin saat tahu seperti ini!” ucapku sambil tersenyum ke mereka.
Kami berlima pun berpelukan.
"Sudah-sudah, kita seperti teletubbies. Hahaha," ucapku.
"Iya juga, ya hehehe," jawab Dewi.
Hari sudah beranjak sore, mereka semua memutuskan berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Mana tadi Ibumu, Key. Mau pamit aku?” tanya Dewi
“Kayanya Ibuku sudah berangkat ke pasar sore, deh. Pulang saja tidak apa-apa,” jawabku.
“Bilang Ibumu ya, Key. Terima kasih, makanannya enak banget dan juga salam ke beliau, ya,” ucap Dewi lagi.
“Kami berdua juga ya, Key. Bakal sering main-main ke sinilah kami, biar tidak Dinar saja yang ngerasain makanan Ibumu yang mantap banget,” kata Selly mewakili Bela juga.
“Helleh, mau ngikut makan aja perlumu ke sini,” ucap Dinar sambil memajukan mulutnya.
Kami semua tertawa, setelah itu mereka berempat pun berlalu pergi untuk pulang. Aku mengantarkan mereka sampai pintu gerbang rumahku.
"Hati-hati, ya. Dewi juga, soalnya rumahmu paling jauh," kataku.
"Aku nanti di rumah Selly dulu, baru dijemput Mamaku," ucap Dewi.
Kami saling melambaikan tangan tanda berpisah. Lalu aku melangkahkan kaki menuju rumahku.
Setelah masuk rumah, aku tutup pintu lalu memutuskan untuk menunggu ibu pulang dari pasar. Kemudian, duduk di sofa ruang tamu. Entah dari kapan aku memejamkan mata, akhirnya pun tertidur.
_____________________
Aku bermimpi bertemu seorang anak perempuan berseragam SD, yang tersenyum ke arahku lalu seperti mau menyampaikan sesuatu. Aku pun terbangun mendengar ibu membuka pintu.
“Dedek, ketiduran di sofa?” ibu bertanya.
“Iya, Bu. Nungguin Ibu. Eh, malah ketiduran hehehe” jawabku.
Ibu mengelus kepalaku.
"Kalau mengantuk, tidur di kamar ya, Dek. Tapi ini sudah sore, nanti saja tidurnya," ucap ibu.
Ibu melangkahkan kaki meninggalkanku, beliau menuju dapur. Sedangkan aku, mengekor di belakangnya.
"Aku bantuin ya, Bu," ucapku sembari membuka tas belanjaan ibu.
"Iya, Dek. Makasih, ya," ucap ibu.
Aku pun memasukan sayuran dan daging ke dalam kulkas.
"Bu, mau masak apa?" tanyaku.
"Ibu, pengen masak rendang, Dek," jawab ibu.
Aku berpikir, akan cerita ke ibu perihal mimpiku sekarang atau nanti?
“Bu, aku mau cerita,” ucapku lagi.
“Mau cerita apa, Dek? Nanti saja ya, mandi dulu sana terus salat,” perintah ibu sembari berlalu pergi.
"Iya, Bu," jawabku sembari melangkahkan kaki meninggalkan dapur.
Aku masuk kamar mengambil handuk untuk mandi. Namun masih kepikiran siapa yang ada di mimpiku, Dia mau apa? Apa itu Diana? Lalu maksudnya apa?
Aku pun bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Selepas mandi, terus salat. Setelah semuanya selesai, aku baringkan tubuhku di kasur. Tetapi, di pikiranku masih terngiang sama seperti tadi.
Tok tok tok ....
Suara ketukan pintu kamarku.
"Dek, sudah salat belum?” ibu mengetuk pintu kamarku.
Aku pun tidak langsung menyahutnya karena masih fokus kepikiranku.
“Dedek, kamu ketiduran lagi, ya?” tanya ibu lagi.
“Tidak kok, Bu. Baru selesai salat ini Dedek, Bu," aku memberi alasan.
Aku membukakan pintu kamar, lalu pergi mengikuti ibuku ke karpet depan televisi. Aku masih kepikiran dan aku masih ada niatan untuk bercerita ke ibu.
Dalam pikiranku, mumpung senggang aku ceritalah.
“Bu, Ibu!” panggilku ke ibu yang lagi sibuk nonton sinetron di televisi.
“Hem, iya, Dek," jawab ibu yang masih fokus ke televisi.
“Dedek mau cerita, Bu,” ucapku lagi.
Aku menatap ibu, tetapi beliau asik dengan dunianya sendiri.
“Cerita aja, Dek. Mau cerita apa?” tanya ibu tetapi masih fokus ke sinetronnya.
“Tadi teman-temanku ngucapin terima kasih ke Ibu. Katanya masakan ibu enak, mereka mau main kesini lagi,” jawabku.
"Silahkan, Dek. Ibu malah senang, ada yang berkunjung kesini," Jawab ibu.
Aku mengurungkan lagi niatku untuk bercerita ke ibu soal mimpiku, karena ibu seperti nggak serius ngedengerin aku. Tapi, di hatiku juga rasa penasaran itu besar banget.
Siapa, sih? di mimpiku. Aku halusinasikah? atau itu Diana? Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar di pikiranku.
Apa aku harus ke rumah Dinar, ya. Tapi sudah sore juga. Apa mungkin, ibu mau mengantarkanku? Aku bingung harus bagaimana? Coba cerita lagi deh.
"Bu," panggilku.
"Hemm, hahahaha." ibu menjawab sembari tertawa karena tontonan di televisi.
"Ibu, dengerin Dedek bentar dong," ucapku.
"Ibu, dengerin ini lho, Nak," jawab ibu.
Aku melihat ibu tetap sama, beliau terlalu fokus ke acara televisinya.
"Cerita aja, Dek," ucap ibu lagi.
"Nggak jadi, Bu," ucapku.
Aku mengurungkan niatku lagi. Aku berpikir lebih baik menunggu ayah pulang saja, baru bercerita.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
ukhty fulanah
nah kan bener, diana minta bantuan ke keyla
2021-03-16
0
Zaitun
nexs
2021-01-21
0
the bochil
semangat Thor 5 like sudah datang
2020-11-24
0