Aku pun menuruti kemauan ibu, agar cepat masuk ke dalam pasar.
"Bu, kok Kakaknya tadi terluka nggak ada yang nemenin, ya?" tanyaku.
"Nggak tahu, Dek. Mungkin Kakaknya nggak hati-hati kalau jalan, makanya terjatuh. Kamu yang hati-hati, ya," jawab ibu.
"Bu." aku memanggil ibu hendak bertanya lagi.
"Kamu, makan malam mau dimasakin apa, Dek?" tanya ibu mengalihkan pembicaraanku.
"Mau dibuatin udang goreng, Bu," jawabku.
"Oke, mau cah kangkung nggak?" tanya ibu lagi.
"Boleh-Boleh, aku mau," jawabku sembari tersenyum.
Tidak sampai disitu saja, sepulang dari pasar aku dan ibu melewati gang yang di mana ada sebuah rumah kosong di sana.
"Bu, ini mau ke mana?" tanyaku ke ibu.
"Mau mampir ke rumah teman Ibu, sebentar ya, Dek," ucap ibu.
Aku hanya mengangguk. Karena tidak seperti biasanya ibu mengajakku lewat gang ini, maka dari itu aku bertanya. Hari itu, ibu mau berkunjung ke salah satu temannya di waktu SMA. Dan di gang perumahan teman ibu, ada rumah kosong itu dan jaraknya tidak jauh dari rumah yang akan kami kunjungi.
Bisa di bilang dekat banget karena kalau dilihat dari rumah teman ibu, rumah kosong itu kelihatan dengan jelas. Aku yang merasa penasaran pun bertanya ke teman ibu.
“Tante, itu rumah siapa?” aku tanya ke teman ibu, sembari nunjuk ke arah rumah itu.
“Dulunya rumah keluarga Pak Dandi, Dek. Tetapi, semenjak ada kejadian hal-hal aneh di rumah itu, mereka memutuskan untuk dikosongkan." Teman ibu menjelaskan.
"Kejadian aneh apa, Tante?" tanyaku lagi.
Aku yang masih anak TK mungkin tak paham maksud, apa yang di ucapkan oleh teman ibu. Aku hanya mengerti di sana tidak kosong, bahkan yang aku lihat di sana sangat rame, banyak orang.
“Ibu, rumah itu ada apa kok rame?” aku bertanya ke ibu.
“Rame bagaimana, Dek? Di sana kosong, bagaimana mau rame?” jawab ibu heran.
“Itu, Bu. Banyak orangnya kok di sana, lihat itu Bu!” aku tetap kekeh dengan penglihatanku, karena aku benar-benar melihat mereka.
"Ayo, mari masuk," ucap teman ibu.
"Gak perlu deh, Say. Aku pulang dulu saja, sudah mulai senja," jawab ibu.
Dari kejadian itu, ibu langsung mengajakku pulang. Beliau berpamitan dengan temannya, kami pun pulang. Di sepanjang perjalanan aku tetap bertanya ke Ibu.
"Bu, emang rumah tadi lagi ada acara apa Bu? Ulang tahun, ya?" tanyaku.
"Tidak tahu, Nak. Bukan urusan kita," jawab ibu.
Sesampainya di rumah, ibu masih heran dengan apa yang aku lihat hari ini. Ibu pun yang mulai penasaran mencoba bertanya ke aku.
“Dek, Dedek bisa lihat mereka (Hantu)?” tanya ibu memastikan.
“Mereka siapa, Bu?” jawabku dengan polosnya.
“Dedek, bisa lihat hantu?” tanya ibu lagi.
“Hantu itu apa, Bu?” aku masih mencoba bertanya.
Ibu bingung bagaimana menjelaskan dengan aku yang masih kecil.
“Sudah mau Maghrib, Dek. Ayo, ambil wudhu, lalu salat bersama Ibu!” ibu mengalihkan pembicaraan.
“Ayo, Bu. Hore, aku salat." Aku yang masih kecil bersorak kegirangan.
Selepas salat, seperti biasa ibu mengajakku menonton televisi. Aku pun tertawa terbahak-bahak, ketika melihat tontonan film kartun yang lucu.
"Dedek, tertawanya kencang banget," ucap ibu sembari mengelus kepalaku.
"Itu lucu, Bu," jawabku.
Seperti biasa ini hari Jum'at malam, ayahku pasti pulang ke rumah. Jam sudah menunjukan pukul 20.45 WIB. Ayah pun sampai rumah, Beliau pulang lebih awal dari biasa nya.
Tok tok tok....
“Assalamualaikum." Salam Ayah dari depan rumah.
“Wa’alaikum salam, Ayah." Aku memanggil ayah sambil berlari membukakan pintu.
"Anak, Ayah," ucap ayah sembari mengangkatku ke gendongannya.
Ayah pun melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah dengan menggendongku. Saat itu, mataku tertuju di seberang jalan rumahku.
“Ayah, berhenti!” aku menghentikan langkah ayah.
Ayah pun berhenti.
“Ada apa, Dek? Ayo, masuk dulu biar Ayah bersihkan badan dulu, Dek,” kata ibu, yang sedari tadi ikut aku menyambut kedatangan ayah.
“Itu siapa, Bu?” aku menunjuk ke seberang jalan.
Ayah dan ibu melihat ke arah seberang jalan yang aku tunjuk dan mereka melihat di sana tidak ada siapa-siapa.
“Ayo, masuk dulu, Yah. Nanti ada yang mau aku ceritakan,” ajak ibu.
Ayah pun menuruti ucapan ibu, Beliau kembali melangkahkan kaki memasuki rumah dan setelah sampai di depan televisi, ayah menurunkan aku dari gendongannya. lalu, ayah beranjak pergi masuk ke dalam kamar untuk membersihkan badan.
Sedangkan aku dan ibu memakan roti lapis kesukaanku yang di bawakan oleh ayah. Tidak perlu menunggu begitu lama, ayah pun datang menghampiri kami lagi.
“Enak Dek, rotinya?” tanya ayah.
“Enak, Yah. Besok mau lagi, ya!” jawabku dengan mulut penuh roti.
"Iya, Sayang," jawab ayah.
Aku yang mendengarkan tersenyum bahagia.
“Bagaimana, Bu. Mau cerita apa, soal Keyla?” ayah bertanya ke ibu.
Ibu menceritakan apa yang aku lihat hari ini. Ayah dan ibu berbicara di sampingku, sedangkan aku yang masih kecil pun hanya sebatas mendengarkan dengan tetap lahap memakan roti.
“Si Keyla, kayanya indigo, Yah. Dia melihat apa yang tidak kita bisa lihat dan dia merasakan apa yang tidak bisa kita rasakan.” Ibu memberitahukan ke ayah.
Ayah memandangiku yang sedari tadi melahap roti.
“Mau gimana lagi, Bu? Itu salah satu anugerah dari Allah buat kita. Di beri anak yang punya kelebihan yang jarang di miliki anak lain, wajib kita syukuri," jawab ayah sambil mengelus kepalaku.
Aku yang ikut mendengarkan, ikut berbicara.
“Indigo, apa Yah?” tanyaku dengan polos.
“Nanti, kalau Dedek sudah besar pasti paham ya, Dek. Sekarang, mau seperti apa Ayah mencoba menjelaskan, mungkin Dedek belum bisa mengerti," jelas ayah dengan sabar.
“Dedek, kalau besar mau jadi, apa?” tanya ibu, mencoba mengalihkan pertanyaanku.
“Mau jadi silverqueen, Bu. Dedek, mau jadi ratu,” jawabku dengan polos.
Ayah dan ibu tertawa terbahak-bahak, aku yang tidak mengerti pun ikut tertawa. Malam yang panjang kita lewati dengan candaan. Ayah dan ibu selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan dengan senyum bahagia, termasuk memiliki anak seperti aku.
Kata ayah dan ibu, mereka mendidikku dengan mempunyai kelebihan tergolong susah, karena perlu membekali mentalku, perlu mengajakku agar bisa adaptasi terhadap mereka (Hantu). Namun mereka berdua berharap jika aku besar nanti, bisa menerima kelebihan ini dan mampu adaptasi.
Mereka yakin aku anak yang tangguh dan kuat.
***
Tiga tahun berlalu dengan hal yang sama seperti biasanya. Saat itu, aku sudah masuk SD kelas dua. Dari kelas satu aku mulai kenal Dinar dan berawal dari itu, kami mulai berteman dan mulai duduk sebangku.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Cindyy
cek cek telat mampir kk tapi keren ni semangat terus biar bisa baca karya nya yg banyk..........
2021-08-18
0
Angela Jasmine
Lanjuuuttt lagi kakak 🙌🙌🙌
2020-07-24
0
Kadek
jangan lupa mmpir kk..smngt ya
2020-07-12
0