Bing Bing dan rombongan pengungsi lainnya menyusuri sebuah lembah gelap, mereka memang berjalan tanpa penerangan sama sekali, hanya bermodalkan kepercayaan kepada sang pemandu jalan.
Bing Bing menggendong Wu Yi Feng dan memeluk erat anaknya, ia sudah berhenti menengok kebelakang dan memilih untuk mempercayai suaminya. Ada sekitar 30 hingga 50 wanita dan anak kecil serta beberapa laki - laki murid sekte serigala bayangan yang meninggalkan sekte dini hari tadi. Mereka terus berjalan hingga tak terasa matahari segera menyingsing di ufuk timur.
Sesuai dengan perjanjian mereka akan menunggu di sebuah tempat yang tersembunyi, dimana para suami mereka akan menjemput mereka ketika pertempuran selesai atau telah berakhir. Sebuah impian yang sedikit tidak masuk akal, mengingat jumlah pasukan kerajaan dan juga para pendekar yang menyerbu sekte, jumlahnya hampir berkali kali lipat.
Namun Bing Bing selalu percaya pada Wu Lao suaminya, Bing Bing percaya bahwa suaminya itu akan menjemput dirinya dan juga Feng'er.
Para wanita dan anak - anak yang telah kelelahan karena berjalan semalaman memilih untuk beristirahat di sebuah hutan yang cukup rindang, mereka kemudian memakan bekal mereka masing - masing. Bing Bing sendiri mengeluarkan beberapa roti isi daging dari dalam cincin ruang pemberian suaminya.
"Feng'er anakku, ayo habiskan rotimu.." Seru Bing Bing kepada anaknya yang terlihat masih mengantuk.
"Iya Bu.." Hanya itu jawaban singkat dari Wu Yi Feng.
Mereka baru saja selesai memakan bekalnya saat terdengar suara derap langkah kuda yang cukup banyak sedang menuju ke arah mereka dengan cepat. Bing Bing yang mempunyai firasat buruk segera bersembunyi di balik sebuah batu besar yang ada di sana.
"Feng'er jangan bersuara sama sekali ya.." Bing Bing memperingatkan putranya.
Anak kecil berusia 7 tahun itu mengangguk sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia menatap ibu nya dengan perasaan takut.
Tak berselang lama, yang dikhawatirkan pun tiba.. Puluhan pendekar dan prajurit dari kerajaan Han yang dipimpin oleh Huang Litao mengepung para pengungsi, para murid sekte serigala bayangan segera mencabut senjata mereka dan bersiap untuk bertarung, sedangkan para wanita berteriak histeris memohon ampun.
"Kalian adalah bibit - bibit pemberontak..!!! Jika hari ini aku tidak membunuh kalian, maka dilain hari kalian akan menjadi musuh yang nyata bagi negara ini.. Prajurit bunuh mereka semua tanpa terkecuali..!!!" Teriak Huang Litao memberikan perintah kepada para prajurit dan pendekar yang ada disana.
Maka pembantaian pun terjadi, wanita dan juga anak kecil yang tidak berdosa dibunuh dengan kejam oleh Huang Litao beserta anak buahnya. Rintihan, tangisan serta teriakan menyayat hati terdengar bersahutan. Hari itu generasi muda serigala bayangan musnah dari muka bumi.
Bing Bing yang melihat semua itu dari balik batu, tubuhnya bergetar ketika menyaksikan pembantaian yang tak berpri kemanusiaan tersebut, hingga tak sengaja dirinya kelepasan bicara ketika seorang prajurit hendak menebas punggung seorang anak kecil yang sedang berlari menuju kearahnya.
"Siapa disana, tunjukkan wujudmu..!!" Perintah sang prajurit.
"Anakku, larilah sekencang kencangnya..!! Jangan menengok kebelakang.. Mengerti.." Bing Bing mengatakan itu semua dengan air mata yang membasahi pipinya, ia mencium anaknya berulang kali seolah olah mereka tidak akan bisa berjumpa lagi.
"Tidak mau bu.. Aku takut.."
"Ini perintah Feng'er..!! Dengarkan ibu...!!! Lari sekarang..!!! Cepat...!!!" Bing Bing berteriak, Wu Yi Feng yang ketakutan segera menuruti kata - kata ibunya. Anak kecil itu berlari dari sana sambil menangis, sementara Bing Bing mengerluarkan pisau dari cincin ruang pemberian suaminya, wanita itu menerjang prajurit yang berada di dekatnya. Instingnya sebagai seorang ibu membuatnya melakukan hal yang selama ini tak pernah ia lakukan, mengangkat senjata..!!!
"Ada serangga yang berusaha kabur, kalian berdua tangkap dan bunuh anak kecil itu..!!" Huang Litao memerintahkan dua orang pendekar berkuda untuk mengejar Wu Yi Feng.
Anak kecil itu berlari dan terus berlari, dengan kaki kecilnya ia menyusuri hutan lebat itu. Beruntung ia sering berlatih dasar - dasar beladiri bersama sang ayah, jadi kondisi fisiknya selalu terjaga.
Namun sebagus apapun kondisi fisik seorang bocah berusia 7 tahun, tetap akan kalah dengan dua ekor kuda yang dikendalikan oleh seorang pendekar.
Wu Yi Feng pun akhirnya terpojok, napas anak kecil itu telah habis. Ia duduk dan bersembunyi di balik batang pohon yang besar sambil menghela napas.
"Hei anak kecil, berhenti bermain - main dengan kami..!! Serahkan dirimu, maka kami akan memberikanmu kematian yang tidak menyakitkan..!!" Seru salah seorang pendekar sambil melihat ke segala arah, mencoba mencari keberadaan Wu Yi Feng.
Keringat mulai membasahi tubuh Wu Yi Fenh saat kedua pendekar berkuda makin mendekatinya. Napasnya belum juga pulih, anak kecil itu memilih untuk berlari lagi sekencang kencangnya, kedua pendekar yang melihat hal itu segera berteriak dan mengejarnya.
"Itu dia ayo kejar..."
Brukkkk...
Kaki Wu Yi Feng tersandung akar pohon, anak kecil itu terjatuh dengan keras hingga tak sanggup lagi untuk bangkit, kedua pendekar yang sudah ada di dekatnya turun dari kuda dan mencabut pedang.
"Salahkan kedua orang tuamu karena melahirkanmu ditengah tengah gerombolan sekte sesat..!!" Ucap salah seorang pendekar sambil mengangkat pedang.
"Jangan menghina kedua orang tuaku..!!" Teriak Wu Yi Feng, ketakutan yang beberapa saat lalu menguasai dirinya kini mendadak menghilang, berganti dengan amarah ketika mendengar kedua orang tuanya dihina.
Wu Yi Feng menghindar ketika salah seorang pendekar menghujamkan pedangnya, refleknya sangat bagus, dengan diliputi amarah, anak kecil itu melompat dan mencoba memukul penyerangnya.
Buggghhh...
Wu Yi Fan terpental terkena pukulan lawannya, darah menetes dari sela - sela bibirnya. Wu Yi Feng kini benar - benar terpojok saat pendekar satunya juga mendekatinya dan mencabut pedangnya. Namun alih - alih takut, Wu Yi Feng justru menatap keduanya dengan tatapan marah.
Lalu disaat pedang lawannya sudah mau menyentuh tubuhnya, anak kecil itu memejamkan mata, seolah berharap bahwa tebasan itu tidak akan menyakitkan, setidaknya sebentar lagi ia akan bertemu dengan ibunya, dan mungkin juga ayahnya.
Tapi serangan itu tak kunjung datang, Wu Yi Feng mencoba membuka matanya perlahan. Kedua pendekar itu tak ada di hadapannya, hilang entah kemana. Ia melihat kekanan dan kekiri, tapi tetap saja mereka tak terlihat, hingga ketika ia mendongakkan kepala keatas, ia bisa melihat sosok bertopeng, memakai baju putih bersih dengan aksen emas dan sedang duduk di atas singa yang melayang di udara.
Sosok misterius itu menatap Wu Yi Feng, pun begitu sebaliknya. Mereka saling melihat dalam diam, hingga akhirnya Wu Yi Feng berkata, "Apakah kau yang menyelamatkanku?? Apakah anda seorang dewa??"
Sosok misterius itu hanya diam tanpa menjawab, Wu Yi Feng bangkit berdiri lalu membersihkan pakaiannya. Ia kembali mendongakkan kepalanya ketika sosok misterius itu berseru, "Makanlah ini.." Sambil melemparkan sebutir kacang kecil seukuran kelereng.
Wu Yi Feng menerimanya dan memakannya tanpa banyak bertanya, ia percaya itu bukan sesuatu yang beracun karena jika sosok misterius itu mau membunuhnya, pasti itu sangatlah mudah baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Derajat
Jooooooos
2023-10-15
0
Queen
🤣seperti film india polis ny dtg setelah semua sudah hancur dan mati
2023-05-19
0
Andri Taufi Juanda
j
2022-10-17
0