Wu Yi Feng berjalan sempoyongan, perutnya yang tadi keroncongan kini tak lagi terasa, meskipun ia sendiri belum makan beberapa hari ini. Itu semua karena rasa lapar tersebut telah berganti dengan rasa sakit akibat dikeroyok oleh ketiga anggota kaipang.
Bocah kecil yang bahkan belum genap berusia 8 tahun itu berjalan gontai menuju sebuah kuil yang telah lama terbengkalai, dimana ia biasanya menghabiskan hari dan tidur disana ketika malam menjelang, kuil bobrok itu sudah bagaikan rumah baginya.
Meskipun Wu Yi Feng memiliki tubuh istimewa, dimana setiap luka yang ia derita akan segera pulih dalam waktu singkat, namun rasa sakitnya tetaplah terasa.
Wu Yi Feng menenggelamkan tubuhnya diantara jerami kering yang selama ini selalu menjadi alas tidurnya yang nyaman. Malam itu udara diluar terasa begitu dingin, bahkan Wu Yi Feng sampai harus memakai pakaian berlapis lapis hanya untuk sekedar menghangatkan tubuhnya.
Pagi hari datang begitu lambat setidaknya bagi Wu Yi Feng, bocah itu tak bisa tidur semalaman karena rasa lapar dan juga dingin yang mendera. Keesokan harinya ia segera mengemasi beberapa barangnya karena hari ini ia mau pergi dari sana dan melanjutkan perjalanannya.
Kaki kecil itu sudah berjalan hampir setengah hari, matahari yang tak terlihat sedikitpun dari pagi, membuat udara menjadi semakin dingin, menandakan musim dingin yang akan segera datang.
Hari itu Wu Yi Feng sedikit beruntung karena ada orang baik yang memberikannya dua buah bakpao. Wu Yi Feng segera berlari untuk mengambil bakpao tersebut, ia memakan salah satunya dan menyimpan yang lainnya sebagai bekal.
Beberapa minggu setelahnya, salju turun dengan lebatnya semenjak pagi, membuat hampir seluruh tempat tertutup salju tebal. Udara terasa begitu dingin, hingga hanya sedikit orang yang mau beraktifitas di luar rumah.
Wu Yi Feng sendiri sudah terbiasa berhari - hari tidak makan, bocah itu kini lebih bisa menahan lapar karena memang keadaan memaksanya, ia juga sudah memutuskan untuk melakukan segala usaha demi bisa bertahan hidup, salah satunya adalah mencuri.
Dengan dasar beladiri yang ia kuasai, tidak sulit baginya untuk melompat dari satu tempat ketempat lain dengan cepat dan bersembunyi ketika situasi tidak aman, seperti Kali ini ia berhasil mengambil beberapa roti isi daging, Wu Yi Feng memakannya sedikit, sedangkan sisanya ia simpan.
Aksinya berjalan mulus hingga suatu ketika ia ketahuan, beberapa penjaga mengejarnya dan memukulinya hingga babak belur saat tertangkap.
"Dasar pencuri kecil..!! Sekali lagi aku melihat wajahmu, akan ku bawa kau ke pengadilan.." Ancam penjaga yang menghadiahi Wu Yi Feng dengan bogem mentah, membuat hidung bocah kecil itu berdarah.
Wu Yi Feng tertunduk lesu, bocah itu tersenyum getir, tak ada lagi sakit yang ia rasakan kecuali sebuah amarah. Sebuah dendam pada orang - orang yang tak punya hati nurani sedikitpun.
Udara dingin juga tak lagi dirasakannya, perih di sekujur tubuhnya pun dengan cepat menghilang, namun rasa muak dan dendamnya pada mereka - mereka yang tak berbelas kasih membuatnya semakin memantabkan hati untuk membuang sisi manusianya.
Wu Yi Feng bangkit dan mulai memukul mukul sebuah pohon, ia harus jadi kuat, kuat dan kuat. Itulah satu satunya yang kini menjadi tujuan hidupnya, bocah kecil itu terus berlatih sendirian, tak peduli cuaca sedang dingin, Wu Yi Feng mengingat - ingat semua ajaran yang diberikan oleh mendiang ayahnya.
Suatu hari di musim dingin, ada kabar jika perguruan kecil bernama Lentera Keadilan sedang membuka pendaftaran guna mencari para bakat - bakat baru, mereka yang berhasil masuk bisa tidur dan makan di dalam perguruan. Wu Yi Feng yang merasa ini adalah kesempatan bagus untuk merubah hidup, mulai mencari informasi dan mendatangai sekte Lentera keadilan.
"Hei gembel kecil, apa yang sedang kau lakukan disini??" Tanya seorang penjaga gerbang.
"Apakah benar ini sekte Lentera keadilan? Aku ingin mendaftar paman..?"
Mendengar hal itu mereka berdua (Para penjaga gerbang) pun tertawa, "Hahaha... Sekuat apa kau hingga berpikir bisa diterima di sekte Lentera keadilan hai gembel kecil??"
"Paling tidak aku harus mencobanya terlebih dahulu.."
Kedua penjaga saling menatap, "Ya sudah masuklah.." Ucap mereka.
Wu Yi Feng melangkah masuk dengan tatapan dingin dan tanpa ucapan terima kasih. Meskipin sekte Lentera keadilan termasuk dalam sekte kecil di kekaisaran Han, namun perguruan mereka ternyata cukup luas.
Wu Yi Feng menyusuri tempat itu, hingga ada seorang pendekar berusia setengah baya menghampirinya.
"Anak kecil, apa yang sedang kau lakukan disini??"
"Aku mau mendaftar untuk menjadi murid disini tuan.."
'Hmm.. Baiklah,kalau begitu kau ikuti aku.."
Wu Yi Feng pun mengikuti lelaki tersebut ke sebuah gerbang, dimana disana sudah banyak anak - anak seusia dirinya yang juga sedang antri untuk tes masuk perguruan.
"Antrilah disini, tunggu sampai namamu disebut. Oia siapa namamu? Biar aku daftarkan.."
"Wu Yi Feng.."
"Baiklah.." Lelaki setengah baya itu pergi meninggalkan Wu Yi Feng sendirian dan menuju sebuah meja dimana disana ada beberapa pendekar dengan usia yang juga sudah lumayan tua.
Wu Yi Feng memilih duduk di pojok sambil melihat bagaimana anak - anak itu di tes, mereka maju satu per satu, kemudian di periksa dan disuruh menyentuh sebuah batu hitam.
Mereka yang lolos adalah yang batu hitamnya menyala dengan terang. Wu Yi Feng tidak mengerti itu apa, namun ia terus memperhatikan dengan seksama. Jika dirinya berhasil masuk ke sekte ini, maka seluruh kehidupannya akan berubah, dirinya tak lagi harus mengais makanan dari sampah, mencuri dan juga tak harus tinggal di jalanan.
'Wu Yi Fan.."
Akhirnya tibalah giliran Wu Yi Feng dipanggil, dia melangkah maju ke tempat beberapa pendekar sedang duduk dengan keyakinan tinggi.
"Duduklah nak, aku akan memeriksa tubuhmu.." Seorang lelaki tua menyingkap lengan kiri Wu Yi Feng kemudian mulai memeriksa nadinya. Cukup lama juga ia memeriksanya, hingga akhirnya ia berkata kembali, "Maafkan aku anak muda, aku tidak bisa merasakan lautan energi di dantianmu, tubuhmu kering.. Dan kurasa kau tidak mempunyai masa depan sebagai seorang pendekar, lebih baik engkau mulai memikirkan profesi yang lainnya."
"Tidak mungkin, aku sudah belajar dasar - dasar beladiri semenjak aku berumur lima tahun..!!" Bantah Wu Yi Feng.
"Lalu apakah engkau pernah mempelajari tahap selanjutnya atau terhenti hanya di dasar - dasar ilmu beladiri??"
"Itu karena.." Wu Yi Feng tentu tidak bisa bilang jika dirinya tak bisa belajar karena ayahnya mati terbunuh. Wu Yi Fan berdiri dan berlalu pergi dari sana, pupus sudah harapannya untuk merubah nasib. Kini ia harus kembali mencari makanan sisa dan merasakan dinginnya udara yang menusuk tulang sekali lagi.
Wu Yi Feng terus memikirkan kata - kata lelaki tua tersebut, jika memang dirinya tak memiliki bakat sebagai seorang pendekar, mana mungkin ayahnya tidak mengetahuinya.
Wu Yi Feng terus saja berjalan tanpa arah, hingga akhirnya salju yang turun terus menerus membuatnya tak kuasa lagi menahan dingin. Bocah lelaki yang sebentar lagi akan berusia delapan tahun itu terjatuh dan tak sadarkan diri di tengah tumpukan salju yang makin lama makin tebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Andri Taufi Juanda
d
2022-10-17
0
Andri Taufi Juanda
herannya si ibu mc ini, kenapa tidak memberikan cincin ayahnya mc.
padahal juga mau mati.
kan jadi susah mc nya tidak punya koin emas buat bertahan hidup
2022-10-17
0
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Kekuatan Wu Yi Feng belum terbuka. Lanjut..💪💪
2022-10-10
0