Raya bangun pagi-pagi sekali hari ini, dia tidak ingin terlambat bangun seperti kemarin, jadi dia sudah menyetel alarm untuk membangunkannya di pagi buta.
Setelah siap dengan dirinya sendiri, Raya mulai naik ke lantai atas untuk membangunkan Nev-- agar pria itu bisa berangkat ke kantor dan melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Beberapa kali Raya mengetuk pintu kamar Nev, karena biasanya dia memang melakukan hal itu untuk membangunkan Nev dan akan masuk ke kamar setelah pria itu mempersilahkannya.
Akan tetapi, sepertinya usahanya tidak berhasil untuk hari ini, dikarenakan Nev yang tak juga menyahuti panggilannya.
"Apa ini terlalu pagi? Kenapa Tuan Nev tidak bangun juga? Biasanya tidak sesulit ini untuk membangunkannya." Raya bermonolog sendiri sembari melihat jam di dinding yang ternyata sesuai dengan jam biasanya Nev bangun.
Raya mencoba menekan handle pintu, dan ternyata pintu kamar Nev tak dikunci.
Setelah berunding dengan dirinya sendiri, akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk dan membangunkan Nev secara langsung.
"Maaf, Tuan...ini sudah pagi. Ayo bangun..." kata Raya berbisik pelan, karena nyali-nya untuk membangunkan Nev-- langsung ciut ketika dia menatap wajah pria yang sedang tertidur pulas di ranjang king size itu.
Wajah yang sangat kharismatik dan berwibawa.
Beberapa kali Raya mengembuskan nafas, mencoba mengembalikan keberaniannya untuk membangunkan Nev, karena kalau Nev tak bangun juga--maka dapat dipastikan pria ini akan terlambat datang ke kantornya.
Tapi, beberapa kali Tuan Nev datang diatas jam 10 pagi. Mungkin tidak apa-apa jika Raya tak membangunkannya sekarang.
Akhirnya, Raya mulai beringsut ingin keluar dari kamar Nev--membiarkan Nev tidur saja, nanti pasti Nev akan bangun sendiri seperti biasanya.-pikir Raya.
Tapi, di langkahnya yang ketiga, tiba-tiba Raya teringat sesuatu.
"Kalau tidak dibangunkan, apa Tuan Nev tidak akan marah? Karena meskipun Tuan Nev biasa pergi kerja sedikit siang, tapi dia juga terbiasa bangun pagi, kan?" Raya kembali bertanya pada dirinya sendiri.
Raya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, dia bingung harus melakukan apa--antara membangunkan Nev atau tidak.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan--merujuk pada kebiasaan Nev yang dia ketahui-- Raya pun memutuskan kembali melangkah menuju sisi ranjang Nev.
Kalau berbisik, dia pasti tidak akan bangun. Lebih baik dibangunkan sedikit keras saja.
"Tuan, bangunlah.. hari mulai siang, apa Tuan tidak ingin bekerja?" Kata Raya sedikit menguatkan intonasi suaranya.
Nev tampak tak bergeming, nafasnya teratur dalam tidur yang terlihat nyenyak itu. Membuat Raya kembali menghela nafas panjang.
Dengan gugup, Raya mengulurkan tangannya dan sedikit mengguncang tubuh Nev agar pria itu segera bangun.
"Tuan...Tuan...bangunlah." kata Raya dengan sabar membangunkan Nev.
Nev bergerak, Raya pikir pria itu akan membuka matanya dan bangun. Nyatanya, Nev justru mengambil selimutnya lalu menutupi seluruh wajahnya dengan kain tebal itu.
Raya mencebikkan bibir melihatnya. Kesal sudah mulai merayapi perasaannya.
Raya tidak cukup bersabar dalam hal seperti ini.
Dengan berat hati, Raya mengulangi lagi kegiatan mengguncang lengan Nev yang sudah tertutup selimut.
"Tuan, bangun....." pekik Raya, membuat sang pemilik tubuh langsung membuka selimutnya seketika dan menampilkan wajah khas bangun tidur yang tetap terlihat tampan.
Ah mataku harus berdosa sepagi ini-- Batin Raya. Karena dia harus mengangumi Nev, yang notabene nya adalah suami Feli.
"Maaf, Tuan... saya takut Anda telat bangun." kata Raya menatapi Nev yang tengah mengucek-ngucek matanya sendiri.
"Hmmm..." akhirnya Nev berdehem demi menjawab ucapan Raya, wajahnya melembut dan sepertinya tak jadi marah pada Raya, padahal Raya sudah merasa takut duluan saat Nev menyibak selimut dengan sedikit kasar tadi.
"Saya permisi, Tuan." kata Raya hendak ngacir.
Nev menguap, kemudian dia menatap langkah Raya yang hampir mencapai pintu keluar.
"Lain kali, jangan mencengkram wajahku jika mau membangunkan..." kata Nev datar.
Raya terkesiap dan langsung membalik badan demi menatap wajah Nev.
"Maksudnya?" tanya Raya bingung.
"Tadi kamu mengguncang wajahku." jawab Nev yang mulai menyandarkan tubuh di headboard ranjang.
Raya tertunduk. "Maaf Tuan, saya kira itu lengan Anda. Karena tertutup selimut jadi..."
"Ya, tak apa." potong Nev sembari memijat pelipisnya yang pusing karena guncangan Raya diwajahnya. Lebih tepatnya, Raya mencengkram bagian wajahnya tadi.
Astaga...kenapa bisa melakukan hal seceroboh itu? Raya merasa ketar-ketir karena kesalahannya sendiri.
"Lagi pula, ini hari libur. Kenapa membangunkanku di pagi buta." keluh Nev kemudian, membuat Raya yang tertunduk semakin menekuk lehernya-- agar tak menatap wajah Nev yang mungkin tengah kesal karena kebodohan yang diperbuat Raya.
Aku lupa ini hari libur. Bagaimana ini? Kebodohanku kenapa harus terlihat dipagi buta.-Batin Raya.
"Sudahlah, siapkan saja bajuku. Aku akan pergi pagi ini." kata Nev akhirnya.
"Baik, Tuan." jawab Raya cepat, kemudian dengan rasa gugup bercampur malu akibat kesalahannya tadi, dia pun langsung berjalan menuju ruang ganti karena ingin segera melaksanakan perintah Nev perihal baju ganti.
"Mau kemana? Bantu aku ke kamar mandi dulu, Raya." ucap Nev pelan. Nev mulai bisa membaca kegugupan Raya.
"I-iya, Tuan." Raya segera memutar langkah dan menghampiri posisi Nev, dia membantu Nev menaiki kursi roda, kemudian mengantarkan pria itu sampai didepan shower.
Selanjutnya, Nev akan melakukan sendiri seperti biasanya.
"Em, Raya...hari ini aku mau ke pantai, kamu ikut?" tanya Nev disaat Raya ingin segera keluar dari kamar mandi.
"Bolehkah jika saya tidak ikut?" tanya Raya memberanikan diri.
Nev berdecak lidah sembari menggeleng keras. "Kamu ikut." titahnya.
Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab. Kalau memang begitu, kenapa dari awal harus bertanya?--Batin Raya sedikit kesal.
Nev tersenyum miring melihat Raya yang memberengut.
"Kamu ikut kan?" tanya Nev lagi, memastikan. Padahal apapun jawaban Raya pasti tetaplah tidak bisa mengganggu gugat keputusannya yang menyatakan jika Raya akan ikut.
"Terserah Anda saja, Tuan." gumam Raya yang masih terdengar di indera pendengaran Nev.
"Apa?" kata Nev berlagak bodoh.
"Tidak apa-apa, Tuan." sanggah Raya.
"Katakan dengan keras, jangan mengumpatku didalam hati, Raya." kata Nev lagi.
Raya semakin cemberut tapi kemudian dia memaksakan untuk menyunggingkan senyum. "Saya ikut, Tuan." jawabnya sok patuh, padahal dalam hati cukup kesal dengan tingkah Nev di pagi ini.
"Lagi dan lagi, dia selalu sulit untuk ditebak. Sebentar baik dan sangat murah hati, tapi jika ada kesempatan, dia selalu senang mengerjaiku." gumam Raya sembari keluar dari kamar mandi.
Raya bahkan menutup keras pintu sliding kamar mandi itu--semata-mata menunjukkan sikap protesnya.
Sementara Nev, dia tertawa kencang sembari memegangi perutnya sendiri, karena tingkah lucu Raya dan dia juga menertawakan sikapnya yang selalu kekanak-kanakan didepan Raya.
Nev cukup puas, setidaknya didepan Raya dia bisa menjadi dirinya sendiri dan menikmati perannya menjadi orang yang menjahili Raya.
Sikap jahil nya sudah lama tak tersalurkan dan dengan adanya Raya membuatnya sering tersenyum sendiri--hal yang sudah lama tak dia lakukan dan sudah lupa kapan terakhir merasakan hal seperti ini.
Kelumpuhannya juga cukup membuat hidupnya jungkir balik dan tidak bersemangat, namun dia sudah berdamai dengan keadaan. Dia menerima nasibnya dan berusaha kembali menjadi yang terbaik--menganggap hidupnya tetap sempurna dan baik-baik saja.
Dan dihidupnya yang sudah lengkap dan nyaris sempurna ini-- dia merasa kurang sesuatu. Hidupnya kurang rasa.
Sampai akhirnya, kehadiran Raya bagaikan bumbu penyedap yang menyempurnakan rasa kehidupannya.
Nev bisa menjadi apa adanya, tanpa menyembunyikan kekurangannya didepan Raya.
Maukah Raya menerimanya? Lagi-lagi pertanyaan yang sama terus memutari otaknya.
Bagaimana mungkin dia bisa mengajukan pertanyaan seperti itu pada dirinya sendiri? Terlebih lagi... pada Raya?!
...Bersambung ......
...Jangan lupa jadikan Favorite. Tinggalkan like, komentar, vote dan juga hadiah ya 💕...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
???
harus nya nama nya bukan Raya tapi Sasa😂
2022-10-09
0
bunda syifa
udah kayak Masako aja si raya, jadi penyedap
2022-07-25
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
tuntaskan dulu hubungan mu dengan Feli, baru kejar Raya, right 👍
2022-05-14
0