9 - Tidak berani menatap

Raya

Ia memilih diam dan mengantar Nev sampai ke depan pintu ruangan kebesaran pria itu.

Ia membukakan pintu setelah Nev memintanya. Ini adalah kali pertamanya memasuki kantor dan ruangan Nev.

Ruangan itu sendiri terlihat sangat luas dengan arsitektur yang berkelas dan barang-barang yang berkualitas. Didominasi dengan warna abu-abu, hitam dan putih, monochrome. Sangat manly.

Tapi seperti biasa, ruangan yang ditempati oleh seorang Nev, akan sangat terasa hawa dinginnya--seolah tak terjamah oleh orang lain.

"Di Manchester kamu ngambil program apa?" tanya Nev saat ia baru saja mendorong kursi roda pria itu ke sisi meja kerja.

Ia terbengong sejenak, untuk mencerna pertanyaan Nev yang menjurus ke hal pribadi tentang kehidupannya, apalagi sekarang Nev benar-benar fasih memanggilnya dengan sebutan kamu 😁

"A-apa? Ke-kenapa, Tuan?" tanyanya tergagap.

"Kuliahmu dulu jurusan apa?" tanya Nev tersenyum kecil.

"Arsitektur..." jawabnya pelan, nyaris berbisik.

Nev terdiam, kembali memandangnya dengan tatapan aneh.

"Setahuku, disana ada dua kampus terbaik untuk program itu. University of Manchester dan Manchester Metropolitan University, kamu--"

"Universitas Manchester," potongnya cepat-- karena Nev terus saja memanggilnya dengan sebutan kamu. Apa ini bisa dihentikan saja? Apa kabar degup jantungnya sekarang? Ah ...

Nev terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. "It means you're great...(Berarti kamu sangat hebat)" gumam Nev memujinya.

Blush

Wajahnya pasti sudah memerah lagi sekarang, secara refleks ia memegangi kedua sisi pipinya yang memanas.

"Sa-saya keluar saja, Tuan. Anda bisa melanjutkan pekerjaan Anda." katanya semata-mata untuk menghindari obrolan ini.

Namun, hal yang tidak pernah diduganya terjadi. Nev menahan lengannya membuat matanya membola seketika.

"Tunggu aku bekerja, di sofa itu saja." kata Nev, menunjuk dengan dagunya kearah sebuah sofa panjang yang ada didalam ruangannya.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, ia hanya bisa mengangguk berulang sebagai jawaban atas ucapan Nev yang tak bisa disanggahnya.

Ia mulai berjalan pelan ke arah sofa dan mendudukkan diri disana, sementara Nev mulai terlihat sibuk dengan tumpukan file yang ada dimejanya.

Dari arah tempat duduknya, ia bisa memperhatikan kesibukan pria itu dengan leluasa.

Ah pemandangan yang sulit untuk dilewatkan begitu saja.

"Bagaimana dengan ruanganku ini, Raya? Sebagai lulusan arsitek kamu pasti bisa menilainya 'kan?" Nev bertanya kemudian menatapnya lekat dari jarak yang tak terlalu jauh.

"Ruangan Anda bagus dan nyaman." hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya karena sesungguhnya pikirannya bukan menjawab pertanyaan Nev, tapi lebih kepada menyuarakan isi kepalanya yang sejak tadi memandangi Nev.

Disaat seperti ini, jangan menanyakan hal apapun padanya, karena otaknya seakan tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana ini?

Nev tersenyum miring, kemudian melanjutkan lagi pekerjaan yang tertunda.

"Raya ..."

Kenapa memanggil lagi?

"Ya-ya, Tuan?"

"Lebih baik menilai arsitektur ruanganku, daripada menilai tampangku yang sudah tampan dari lahir." ucap Nev pede, tanpa mengalihkan atensinya dari berkas-berkas dimeja.

"What?" Ia refleks bersuara demi menyahuti ucapan Nev yang terdengar sangat percaya diri itu.

Sementara diseberang sana, Nev tertawa renyah menanggapi ekspresinya.

"Aku lihat kamu menatapiku terus, jadi..."

Astaga! Ternyata dia ketahuan, padahal Nev tidak menoleh padanya sama sekali, hanya sibuk dengan berkas-berkas itu saja.

Rasanya ia ingin menepuk jidatnya secara berulang sekarang, namun keinginan itu ia tahan.

"Ma-maaf, Tuan. Maksud saya tidak begitu. Saya keluar saja, Tuan." Ia hanya bisa menundukkan pandangan, menatap lantai marmer yang berwarna hitam mengkilap.

Tapi suara Nev yang terus tertawa itu, seakan tidak mau berhenti menertawainya. Membuatnya kesal dan ingin mendengkus dihadapan pria itu.

"Kemarilah ..." titah Nev yang lagi-lagi membuatnya terheran-heran dengan mata membola.

Tidak ada protes dari mulutnya, ia melangkah mendekati sisi meja Nev lalu berkata lirih. "Maaf, Tuan." ucapnya.

Nev menggelengkan kepalanya, senyumnya yang kemarin jarang terlihat, hari ini tampak begitu lepas tersungging dibibir pria itu.

"Lakukan apapun yang kamu suka. Jika kamu suka menatapi aku bekerja, ya sudah... lakukan saja." ujar Nev lembut.

Ia mengadahkan kepala yang tertunduk sejak tadi--untuk menatap pria yang baru saja selesai dengan ucapan itu.

Tapi ia buru-buru kembali menundukkan pandangan, karena selalu tidak berani untuk beradu mata dengan mata coklat tegas milik Nev.

"Raya..." kali ini suara Nev terdengar melirih di indera pendengarannya.

"Ya, Tuan..." Ia masih menjawab dengan pandangan yang tertunduk.

"Kenapa kamu tidak berani menatapku?"

Deg ...

Deg ...

Deg ...

Hallo? Jantung? Kamu masih sehat kan?

Tangan Nev terulur dihadapannya, ia bisa melihat tangan itu berada dekat sekali dengan wajahnya tetapi ...

"Kembalilah ke sofa, Raya." ucap Nev sembari menarik kembali uluran tangan itu.

Membuatnya kecewa? Ah, apa yang kau harapkan, Raya!!

Tanpa banyak bicara, ia kembali ke sofa dan duduk diam disana. Tidak berani menatapi Nev lagi. Tidak berani melakukan apapun, hanya bisa tertunduk dengan bibir yang mencebik.

Kepalanya terasa buntu, tidak menemukan jawaban apapun untuk menjawab apa yang sebenarnya terjadi pada otaknya yang hanya dipenuhi dengan Nev saja saat ini.

Kini, ia terlalu malu untuk melihat Nev walau hanya sekedar mengintip dari sudut matanya, ia hanya bisa menghela nafas berulang demi menetralkan degup jantungnya yang sepertinya sudah kurang sehat dan butuh di perbaharui.

...💕💕💕💕💕💕💕...

Nevan

Sebenarnya, ia tidak begitu konsen untuk memulai pekerjaannya. Mungkin karena hari ini ruangannya terasa hangat karena kehadiran sesosok wanita yang duduk disofa dan tengah menunggunya bekerja.

Ini adalah pertama kalinya seperti ini. Perasannya pun ikut menghangat seketika.

Walaupun tak secara terang-terangan melihat Raya, tapi ia selalu mencuri-curi tatap melalui ekor matanya--sekedar melihat apa kegiatan wanita berambut panjang dengan surai kecoklatan itu.

Namun, yang ia dapati adalah Raya justru memperhatikannya dengan lekat. Membuatnya merasa gugup namun masih bisa mengendalikan perasaan itu.

Jiwa ke-iseng-an-nya pun muncul untuk mengerjai Raya seperti yang sudah-sudah.

"Lebih baik menilai arsitektur ruanganku, daripada menilai tampangku yang sudah tampan dari lahir." ia cukup takjub dengan ucapan percaya diri yang keluar dari bibirnya sendiri, hanya untuk mengerjai Raya.

Ini tidak seperti dirinya yang biasa. Aneh, ada apa dengan dia?

Ia merasa berbeda. Dan bedanya adalah, sekarang ia merasa sikap dinginnya berubah pada Raya dan berakhir dengan sikap percaya diri yang tinggi-- membuatnya malu pada diri sendiri akibat telah menyatakan ucapan itu.

Tapi, respon Raya mengenai ucapannya itu sungguh membuatnya lucu. Wajah Raya semakin memerah sampai ke telinga, mungkin karena aksi tatap yang ketahuan olehnya.

Lidahnya yang kelu justru meminta Raya untuk menghampirinya, apa-apaan ini?

Saat dekat, Raya justru mengucapkan kata maaf yang sebenarnya tidak perlu. Karena Raya tidak salah apapun, justru ia merasa senang ditatapi lekat-lekat oleh Raya. Oh God !

Tangannya bahkan sudah terulur, untuk menyentuh, agar jarinya bisa meyangga dagu wanita itu-- semata-mata agar Raya yang tertunduk, bisa membalas tatapannya. Damned!

Apa yang sebenarnya ia inginkan sekarang?

Pikiran jernihnya segera mendominasi, lalu ia meminta Raya kembali duduk disofa, namun matanya tetap memperhatikan lekat wanita itu.

Sekarang ia harus kembali ke realita dan menggeluti setumpuk pekerjaannya.

Tapi, tunggu...pekerjaan? Ah, ia hanya bisa menatapi berkas-berkas itu, yang sama sekali tidak menarik perhatiannya-- karena kini atensinya justru beralih kepada satu-satunya wanita yang sudah duduk di sofa dengan pandangan yang tertunduk.

Kenapa sekarang ia menyesal telah meminta Raya kembali ke sofa? Harusnya biar saja tadi Raya berdiri disampingnya.

Hufff, sepertinya memang ada yang salah dengan otaknya.

...Bersambung .......

Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️

Terpopuler

Comments

Arie Chrisdiana

Arie Chrisdiana

Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi

2023-10-07

0

Sang

Sang

sebenarnya itu bukan salah Nev, cuma kak othor agak sedikit plin-plan, coba deh kirim sebungkus kuaci, apa mau mu langsung othor kabulkan loh Nev 🤫🤫

2023-01-06

1

Jean Wonga

Jean Wonga

jgn rayanys dulu lah yg jtuh cinta...biar nev nya yg termehek2 duku

2022-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 1 - Prolog
2 2 - Kau tahu namaku?
3 3 - Ingin mengundurkan diri
4 4 - Pekerjaan baru membuat canggung
5 5 - Mulai menanyakan kehidupan pribadi
6 6 - Bantu aku mandi!
7 7 - Kontrak
8 8 - Dikira istri
9 9 - Tidak berani menatap
10 10 - Jimmy yang tengil
11 11 - Kebiasaan tidur yang buruk
12 12 - Perkelahian
13 13 - Menghindar
14 14 - Meminta kesempatan
15 15 - Latar belakang sang pengasuh
16 16 - Sang Pengacara Muda
17 17 - Keadaan jantung
18 18 - Membangunkannya
19 19 - Menyelidiki kehidupanku?
20 20 - Kecemburuan Feli
21 21 - Perusak suasana
22 22 - Temani aku makan!
23 23 - Terkena radiasi
24 24 - Cemburu?
25 25 - Tak punya alasan
26 26 - Menemui Papa Adrian
27 27 - Memasak untukmu
28 28 - Si Tuan Manja
29 29 - Meratapi kesalahannya
30 30 - Ku pikir aku menyukaimu
31 31 - Nasehat Nenek
32 32 - Night market
33 33 - Keputusan Nenek
34 34 - Tidak memberi kesempatan lagi
35 35 - Perasaan yang tidak enak
36 36 - Pria yang menjadi gila
37 37 - Yang aku mau hanya Raya!
38 38 - Penyesalan yang terlambat
39 39 - Mencari keberadaanmu
40 40 - Mencari informasi
41 41 - Melamar pekerjaan baru
42 42 - Menjadi penguntit
43 43 - Gagal dan ditolak
44 44 - Siapa wanita itu?
45 45 - Persidangan
46 46 - Tidak bisa menolak
47 47 - Ada apa?
48 48 - Berhenti memanggilku 'Tuan'
49 49 - Lebih dari rasa suka
50 50 - Jangan meneruskan perasaan
51 51 - Persiapan
52 52 - Galau
53 53 - Ambisi Reka
54 54 - Menyusun Rencana
55 55 - Menolong
56 56 - Tukar cincin
57 57 - Kecupan pertama
58 58 - Ternyata
59 59 - Cocoknya jadi menantu
60 60 - Ikrar talak
61 61 - Sebuah Paket
62 62 - Tawaran yang tak diduga
63 63 - Sudah resmi
64 64 - Dan terjadilah
65 65 - Sakit di awal
66 66 - Hadiah
67 67 - In Bali
68 68 - Villa
69 69 - Petualangan hari ini
70 70 - Trekking
71 71 - Maladewa
72 72 - Saling bercerita
73 73 - Kembali
74 74 - Mengetahui alasan
75 75 - Menjalani kehidupan baru
76 76 - Prilaku aneh
77 77 - Terlalu egois
78 78 - Mengecek keadaan
79 79 - Hadirnya wanita bernama Luisa
80 80 - Ditinggal pergi
81 81 - Mengidam
82 82 - My beautiful wife
83 83 - Bertemu wanita aneh
84 84 - Siapa Luisa?
85 85 - Pria asing
86 86 - Rumah Sakit
87 87 - Tidak pernah menduga
88 88 - Tertipu dengan permintaan maaf
89 89 - Siapa yang terlibat?
90 90 - Meratapi
91 91 - Kedatangan Reka
92 92 - Terdoktrin?
93 93 - Menuntut hukuman yang pantas
94 94 - Khawatir
95 95 - Ketidaksempurnaan
96 96 - Menjadi lebih baik
97 97 - Menjadi saksi
98 98 - Hari bahagia sang Cassanova
99 99 - Hari peradilan
100 100 - Permintaan maaf
101 101 - Duka
102 102 - Datangnya Citra
103 103 - Percakapan dua wanita
104 104 - Tidak pernah menuntut
105 105 - London
106 106 - Berkeliling
107 107 - Ingin memiliki profesi
108 108 - Edisi jalan-jalan
109 109 - Manchester
110 110 - Menghancurkan ego
111 111 - Menemui Reka
112 112 - Merasakan perubahan
113 113 - Mencari info
114 114 - Rencana yang gagal
115 115 - Epilog
116 116 - Ekstra Part 1
117 117 - Ekstra Part 2
118 118 - Ekstra Part 3
119 119
120 120
121 SEASON II - Anak nakal
122 SEASON II - Sekolah
123 SEASON II - Pedekate
124 SEASON II - Mengantar
125 SEASON II - Lupa
126 SEASON II - Kabar Kepulangan
127 SEASON II - Dijemput
128 SEASON II - Bandara
129 SEASON II - Perasaan yang berubah
130 SEASON II - Bilang aja mau peluk!
131 SEASON II - Jadi pacar gue!
132 SEASON II - Cewek yang kamu suka
133 SEASON II - Pulang bersamamu
134 SEASON II - Berkemah
135 SEASON II - Berkemah 2
136 SEASON II - Ikut campur (lagi)
137 SEASON II - Merasa Kehilangan
138 SEASON II - Vonis
139 SEASON II - Menjenguk
140 SEASON II - Kepindahan
141 SEASON II - Kehidupan baru
142 SEASON II - Kelulusan
143 SEASON II - Membahas pertunangan
144 SEASON II - Sikap Dingin
145 SEASON II - Kecemburuan
146 SEASON II - Ingin Melepaskan
147 SEASON II - Apa kamu memiliki cinta?
148 SEASON II - Pikirkan secara matang
149 SEASON II - Merawat kamu
150 SEASON II - Sikap yang berbeda
151 SEASON II - Aku sudah bertunangan
152 SEASON II - Sebuah keputusan
153 SEASON II - Penawaran Zack
154 SEASON II - Nasehat Mama
155 SEASON II - Sebuah titipan
156 SEASON II - Hari Pernikahan
157 SEASON II - Belajar menjadi istri
158 SEASON II - Saling Jail
159 SEASON II - Status baru
160 SEASON II - Berlagak tak mengenal
161 SEASON II - Semuanya telah berubah
162 SEASON II - Masih sama
163 SEASON II - Sepenggal tentang Zio
164 SEASON II - Datang Menjemput
165 SEASON II - Kita
166 SEASON II - Tak romantis
167 SEASON II - Kunjungan
168 SEASON II - Berpacaran
169 SEASON II - Hari Terakhir
170 SEASON II - Menghabiskan Waktu
171 SEASON II - Mengantar kepulangan
172 SEASON II - Kabar baik dan buruk
173 SEASON II - Arti mencintai
174 SEASON II - Merindumu
175 SEASON II - Terpesona
176 SEASON II - Mulai terbuka
177 SEASON II - Bertemu lagi
178 SEASON II - Menjebak
179 SEASON II - Ketakutan
180 SEASON II - Berita terbaru
181 SEASON II - Pertemuan keluarga
182 SEASON II - Sebuah kejutan
183 SEASON II - Antara Ayah dan putrinya
184 SEASON II - Hari Bahagia yang telah tiba
185 SEASON II - Selepas kata SAH
186 SEASON II - Setelah kamu menjadi milik saya
187 SEASON II - Setelah bersama
188 SEASON II - Hadiah pernikahan
189 SEASON II - Part Ending
190 BLURB ABRINE
191 PROMO
Episodes

Updated 191 Episodes

1
1 - Prolog
2
2 - Kau tahu namaku?
3
3 - Ingin mengundurkan diri
4
4 - Pekerjaan baru membuat canggung
5
5 - Mulai menanyakan kehidupan pribadi
6
6 - Bantu aku mandi!
7
7 - Kontrak
8
8 - Dikira istri
9
9 - Tidak berani menatap
10
10 - Jimmy yang tengil
11
11 - Kebiasaan tidur yang buruk
12
12 - Perkelahian
13
13 - Menghindar
14
14 - Meminta kesempatan
15
15 - Latar belakang sang pengasuh
16
16 - Sang Pengacara Muda
17
17 - Keadaan jantung
18
18 - Membangunkannya
19
19 - Menyelidiki kehidupanku?
20
20 - Kecemburuan Feli
21
21 - Perusak suasana
22
22 - Temani aku makan!
23
23 - Terkena radiasi
24
24 - Cemburu?
25
25 - Tak punya alasan
26
26 - Menemui Papa Adrian
27
27 - Memasak untukmu
28
28 - Si Tuan Manja
29
29 - Meratapi kesalahannya
30
30 - Ku pikir aku menyukaimu
31
31 - Nasehat Nenek
32
32 - Night market
33
33 - Keputusan Nenek
34
34 - Tidak memberi kesempatan lagi
35
35 - Perasaan yang tidak enak
36
36 - Pria yang menjadi gila
37
37 - Yang aku mau hanya Raya!
38
38 - Penyesalan yang terlambat
39
39 - Mencari keberadaanmu
40
40 - Mencari informasi
41
41 - Melamar pekerjaan baru
42
42 - Menjadi penguntit
43
43 - Gagal dan ditolak
44
44 - Siapa wanita itu?
45
45 - Persidangan
46
46 - Tidak bisa menolak
47
47 - Ada apa?
48
48 - Berhenti memanggilku 'Tuan'
49
49 - Lebih dari rasa suka
50
50 - Jangan meneruskan perasaan
51
51 - Persiapan
52
52 - Galau
53
53 - Ambisi Reka
54
54 - Menyusun Rencana
55
55 - Menolong
56
56 - Tukar cincin
57
57 - Kecupan pertama
58
58 - Ternyata
59
59 - Cocoknya jadi menantu
60
60 - Ikrar talak
61
61 - Sebuah Paket
62
62 - Tawaran yang tak diduga
63
63 - Sudah resmi
64
64 - Dan terjadilah
65
65 - Sakit di awal
66
66 - Hadiah
67
67 - In Bali
68
68 - Villa
69
69 - Petualangan hari ini
70
70 - Trekking
71
71 - Maladewa
72
72 - Saling bercerita
73
73 - Kembali
74
74 - Mengetahui alasan
75
75 - Menjalani kehidupan baru
76
76 - Prilaku aneh
77
77 - Terlalu egois
78
78 - Mengecek keadaan
79
79 - Hadirnya wanita bernama Luisa
80
80 - Ditinggal pergi
81
81 - Mengidam
82
82 - My beautiful wife
83
83 - Bertemu wanita aneh
84
84 - Siapa Luisa?
85
85 - Pria asing
86
86 - Rumah Sakit
87
87 - Tidak pernah menduga
88
88 - Tertipu dengan permintaan maaf
89
89 - Siapa yang terlibat?
90
90 - Meratapi
91
91 - Kedatangan Reka
92
92 - Terdoktrin?
93
93 - Menuntut hukuman yang pantas
94
94 - Khawatir
95
95 - Ketidaksempurnaan
96
96 - Menjadi lebih baik
97
97 - Menjadi saksi
98
98 - Hari bahagia sang Cassanova
99
99 - Hari peradilan
100
100 - Permintaan maaf
101
101 - Duka
102
102 - Datangnya Citra
103
103 - Percakapan dua wanita
104
104 - Tidak pernah menuntut
105
105 - London
106
106 - Berkeliling
107
107 - Ingin memiliki profesi
108
108 - Edisi jalan-jalan
109
109 - Manchester
110
110 - Menghancurkan ego
111
111 - Menemui Reka
112
112 - Merasakan perubahan
113
113 - Mencari info
114
114 - Rencana yang gagal
115
115 - Epilog
116
116 - Ekstra Part 1
117
117 - Ekstra Part 2
118
118 - Ekstra Part 3
119
119
120
120
121
SEASON II - Anak nakal
122
SEASON II - Sekolah
123
SEASON II - Pedekate
124
SEASON II - Mengantar
125
SEASON II - Lupa
126
SEASON II - Kabar Kepulangan
127
SEASON II - Dijemput
128
SEASON II - Bandara
129
SEASON II - Perasaan yang berubah
130
SEASON II - Bilang aja mau peluk!
131
SEASON II - Jadi pacar gue!
132
SEASON II - Cewek yang kamu suka
133
SEASON II - Pulang bersamamu
134
SEASON II - Berkemah
135
SEASON II - Berkemah 2
136
SEASON II - Ikut campur (lagi)
137
SEASON II - Merasa Kehilangan
138
SEASON II - Vonis
139
SEASON II - Menjenguk
140
SEASON II - Kepindahan
141
SEASON II - Kehidupan baru
142
SEASON II - Kelulusan
143
SEASON II - Membahas pertunangan
144
SEASON II - Sikap Dingin
145
SEASON II - Kecemburuan
146
SEASON II - Ingin Melepaskan
147
SEASON II - Apa kamu memiliki cinta?
148
SEASON II - Pikirkan secara matang
149
SEASON II - Merawat kamu
150
SEASON II - Sikap yang berbeda
151
SEASON II - Aku sudah bertunangan
152
SEASON II - Sebuah keputusan
153
SEASON II - Penawaran Zack
154
SEASON II - Nasehat Mama
155
SEASON II - Sebuah titipan
156
SEASON II - Hari Pernikahan
157
SEASON II - Belajar menjadi istri
158
SEASON II - Saling Jail
159
SEASON II - Status baru
160
SEASON II - Berlagak tak mengenal
161
SEASON II - Semuanya telah berubah
162
SEASON II - Masih sama
163
SEASON II - Sepenggal tentang Zio
164
SEASON II - Datang Menjemput
165
SEASON II - Kita
166
SEASON II - Tak romantis
167
SEASON II - Kunjungan
168
SEASON II - Berpacaran
169
SEASON II - Hari Terakhir
170
SEASON II - Menghabiskan Waktu
171
SEASON II - Mengantar kepulangan
172
SEASON II - Kabar baik dan buruk
173
SEASON II - Arti mencintai
174
SEASON II - Merindumu
175
SEASON II - Terpesona
176
SEASON II - Mulai terbuka
177
SEASON II - Bertemu lagi
178
SEASON II - Menjebak
179
SEASON II - Ketakutan
180
SEASON II - Berita terbaru
181
SEASON II - Pertemuan keluarga
182
SEASON II - Sebuah kejutan
183
SEASON II - Antara Ayah dan putrinya
184
SEASON II - Hari Bahagia yang telah tiba
185
SEASON II - Selepas kata SAH
186
SEASON II - Setelah kamu menjadi milik saya
187
SEASON II - Setelah bersama
188
SEASON II - Hadiah pernikahan
189
SEASON II - Part Ending
190
BLURB ABRINE
191
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!