Raya
Karena memikirkan satu dan lain hal, terutama kondisinya yang memang membutuhkan banyak biaya, akhirnya ia lebih memilih mengalah dan kembali bekerja menjadi pengasuh di Rumah Feli.
Tapi,
Apa alasannya memang hanya karena butuh banyak biaya? Atau... justru kini ada hal lain yang menghambat langkahnya untuk meninggalkan rumah besar ini?
Entahlah, yang jelas saat ini dia tidak mau menambahi pikiran yang sudah bergulung dan kusut masai dikepalanya. Ia ingin menjalani pekerjaan ini seperti air yang mengalir.
"Aku akan tetap bekerja disini, kamu gak usah menambahi gajiku. Tapi aku punya syarat." ucapnya sembari tersenyum kecil penuh arti.
"Syarat apa?" tanya Feli tak suka.
"Aku gak mau dikekang. Aku bisa menjenguk Mama jika sewaktu-waktu Mama membutuhkanku, intinya aku mau mendapatkan libur juga. Dan satu lagi, aku tidak mau memanggilmu Nyonya." ucapnya mengeluarkan uneg-unegnya.
Ia bahkan masih bisa melihat Nev yang tersenyum miring diseberang sana-- setelah ia meluapkan isi kepalanya pada Feli, entah apa maksud dari senyuman Nev itu.
Feli tertawa sumbang mendengar penuturannya itu.
"Bisa-bisanya kau yang mengaturku." ketus Feli sembari melangkah.
Ia hanya diam dan tak bergeming sampai Feli berhenti melangkah dan kembali bersuara. "Aku akan buatkan surat perjanjiannya." kata Feli
"Apa kau sangat membutuhkan uang itu? Aku pikir kau tidak akur dengan Feli." ucap Nev tiba-tiba saat Feli sudah berlalu.
Ia memutar tubuh demi melihat Nev dibelakangnya. "Maaf tapi itu bukan urusan Anda, Tuan." ucapnya sopan dan tertunduk.
"Baiklah, aku ingin mandi dan sarapan."
"Baik, Tuan." Ia pun mengambil posisi untuk mendorong kursi roda Nev menuju lift yang akan mengantarkan mereka ke kamar Nev di lantai atas.
"Siapkan saja keperluan mandiku, aku sudah biasa melakukannya sendiri."
Ia hanya bisa mengangguk, walaupun dikepalanya begitu banyak pertanyaan. Tentang hubungan Feli dan Nev. Kenapa Feli terlihat tidak mengurusi suaminya sendiri? Ingin bertanya tapi ...
Sudahlah, ini bukan urusannya.
"Air mandinya sudah siap, Tuan." ucapnya.
Nev hanya berdehem. Kemudian membuka kaos begitu saja dihadapannya dan ia harus semakin menekuk leher karena tidak mau melihat pemandangan dihadapannya ...
"Kenapa Feli harus mempekerjakan seorang wanita?" Nev menggerutu sepanjang memasuki kamar mandi dan ia hanya bisa terdiam mendengar itu, tidak mungkin ia menyahuti ucapan sang majikan.
Ia lebih memilih memasuki ruangan yang adalah walk in closet disudut kamar, mencari pakaian ganti untuk Nev kenakan setelah selesai dengan mandinya.
Tiba-tiba ia mendengar suara Nev memanggilnya. Bukan, lebih tepatnya, menjeritinya.
Ia sampai harus berlari demi memasuki kamar mandi.
"Tu-tuan, ada apa?" tanyanya sambil menunduk karena Nev sekarang hanya mengenakan boxernya didalam kamar mandi.
Nev menggeleng, "Aku tidak bisa masuk ke bathub," ucap Nev sambil menghela nafas panjang.
"Bi-biar saya bantu, Tuan." ucapnya semakin gugup.
Nev menggeleng keras, "Panggilkan saja Pak Karno atau Deden," titahnya.
"Tapi, Tuan. Ini tugas saya,"
"Kalau kau memang bisa, coba saja." ucap Nev dengan nada datar, kemudian memalingkan wajahnya kesamping.
Ia pun bergerak mendekat kearah Nev yang masih terduduk di kursi rodanya, tapi semakin langkahnya mendekat justru ia merasa semakin gugup dan ragu.
Ia meraih tangan Nev yang tidak mau menatapnya, melingkarkan tangan itu ke bahunya sendiri, dan merapatkan tubuh mereka, hingga tangannya yang satu lagi bisa meraih pinggang Nev dan membantunya berdiri.
Ternyata kali ini tidak sesulit kemarin, tubuh tegap Nev bisa diangkutnya menuju pinggiran bathub. Bahkan sekarang Nev sudah terduduk disana.
"Keluarlah, aku sudah bisa sendiri!" kata Nev.
Ia buru-buru ngacir, karena tidak sanggup berada dalam kondisi ini lebih lama lagi bersama Nev. Ia gugup, gugup setengah mati padahal Nev juga tak mau menatap wajahnya. Apa kabarnya jika Nev memandanginya dengan mata kecoklatan itu?
Oh, ini tidak boleh berlarut-larut, sejak awal kedatangannya kerumah ini, ia memang terlanjur menaruh perhatian lebih pada pria tampan itu.
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
Nevan
Ia mengembuskan nafas lega setelah berlalunya Raya dari kamar mandi. Lagi-lagi ia harus dilanda rasa gugup yang berlebih ketika berada di dekat Raya dan sepertinya ini memang sudah kelewatan. Ada yang tidak beres dengan kepalanya atau mungkin hatinya?
Kenapa dari awal Feli harus meminta seorang wanita untuk menjadi pengasuhnya, dan terlebih wanita itu harus secantik Raya.
Tunggu, apa Feli menciptakan jebakan lain untuknya? Apa Raya adalah orang suruhan Feli untuk menjeratnya?
Tapi, hubungan Feli dan Raya terlihat tak akur, apa mungkin Raya memang 'alat' yang sengaja dimasukkan Feli ditengah-rengah Rumah tangga mereka yang memang telah hancur ini?
Ia hanya bisa merenungi hal itu sambil berendam di dalam bathub yang berisikan air hangat, mencium aromatherapi yang menguar di indera penciumannya untuk merilekskan pikiran yang sudah semraut.
"Apa Raya adalah jebakan dari Feli untukku?" tanyanya pada diri sendiri.
"Aku tidak boleh jatuh dalam pesona wanita itu. Tidak, tidak." ia menggeleng keras demi membuyarkan semua pikirannya.
Ia harus bersikap biasa pada Raya, karena Raya adalah orang yang disiapkan Feli untuknya, kemungkinan Feli memang memiliki niat lain mengenai hal ini. Entah apa yang ada dibenak istrinya itu. Yang jelas ia tidak mau terjebak lagi dalam rencana dan tipu muslihat yang Feli suguhkan padanya.
Ia menyelesaikan rutinitas mandinya dengan cepat, kemudian kembali memanggil Raya yang pasti masih menunggunya di sisi kamar utama.
Raya masuk dengan tergesa-gesa seperti biasa, saat ia menjeriti nama wanita itu.
"Bantu aku naik," ucapnya pada Raya, ia harus bisa bersikap biasa saja mulai sekarang dan menghilangkan getaran aneh setiap Raya menyentuhnya. Ia tidak mau terjebak. Mungkin saja sikap Raya dan Feli yang tak akur termasuk dalam rencana jahat istrinya itu.
Raya segera menekan Afur bathub (Saringan tekan ditengah bak mandi) untuk menguras air, menunggu beberapa saat sampai bathub benar-benar tidak digenangi air lagi-- kemudian membantunya naik dan terakhir berakhir di kursi rodanya.
Raya mengambilkannya handuk dengan wajah yang memerah. Mungkin Raya malu melihat kondisinya yang hanya mengenakan boxer yang telah basah.
"Kau sudah menikah?" Entah kenapa pertanyaan bodoh itu terlontar dari mulutnya begitu saja membuat Raya sedikit terkejut karena sedari tadi mereka hanya saling diam satu sama lain.
"Belum, Tuan!" ucap Raya sambil tertunduk, sementara ia melilitkan handuknya sendiri.
"Tapi kau pasti sudah terbiasa melihat tubuh seorang laki-laki," ucapnya lagi.
Raya hanya diam, tidak menjawab ucapan konyolnya itu, mendorong kursi rodanya menuju ruang ganti dan disana sudah disediakan pakaian gantinya.
"Siapa yang mengatakan aku akan mengenakan ini?" tanyanya tanpa menoleh pada Raya.
"Apa salah? Saya-saya kira--"
Ia mengembuskan nafas keras. "Jangan suka mengira-ngira, Raya! Kau punya mulut seharusnya bertanya pakaian apa yang akan aku kenakan." ucapnya menahan kesal.
Raya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Maaf, Tuan. Tuan ingin mengenakan pakaian apa? Saya akan mengambilkannya."
"Aku akan ke kantor jam 10. Siapkan setelanku." Ia menunjuk lemari paling sudut dalam ruangan itu. "Disana baju-baju kerjaku." lanjutnya.
"Iya, Tuan." Raya langsung menuju lemari yang ia maksud dan terlihat memilih setelan kerjanya.
"Bagaimana jika ini, Tuan?" Raya menunjukkan sebuah setelan kemeja berwarna biru muda, celana bahan hitam, dasi Navi dengan motif garis menyamping berwana putih dan jas yang senada dengan warna celananya.
Ia mengangguk karena pilihan Raya cukup baik.
Ia kembali pada meja dimana Raya meletakkan pakaian gantinya yang pertama tadi, disana hanya ada T-shirt dan celana pendek rumahan miliknya.
"Mana underwear ku?" tanyanya tak acuh, sementara Raya terkesiap dengan mata membola.
"A-ah iya, itu...saya--" Raya tergagap, entah lupa, entah gugup atau mungkin malu mendengar ucapannya yang blak-blakan mengenai benda yang cukup pribadi itu.
"Kenapa?" tanyanya.
Raya menggigit bibir, membuatnya memijat pelipisnya sendiri karena melihat itu.
"Saya belum terbiasa, Tuan, Maaf... apa bisa Mang Deden saja yang mengambilkannya?" kata Raya dengan nada pelan.
Membuatnya mendengkus sekali lagi dan melambaikan tangan pada Raya, isyarat agar wanita itu segera keluar dari ruang ganti secepatnya.
...Bersambung ......
Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
???
jd senyam-senyum sendiri 😁☺😊
2022-10-09
1
Aqiyu
Feli ingin menjebak Nevan bersama Raya agar terlihat selingkuh dan Feli bisa cerai dengan mendapatkan harta gini-gono
2022-02-27
1
Tien Doang
entah kenapa rasanya pingin buru buru melenyapkan si feli
2022-02-19
1