"Kalian darimana?" tanya Feli saat menyambut kepulangan Nev dan Raya dirumah.
Raya tak menjawab, dia diam seolah-olah tidak ada oranglain disana.
Sedangkan Nev, dia hanya menatap Feli dengan tatapan datar.
"Tumben kau sudah ada dirumah jam segini." sindir Nev tak acuh.
Feli berdecak, tapi kemudian matanya menangkap sebuah paperbag yang dibawa oleh Raya. Matanya bahkan memicing penuh selidik. Lalu mulutnya tak kuasa menahan rasa penasaran, hingga ucapan yang keluar dari bibirnya tercetus begitu saja.
"Apa itu?" tanya Feli mengarah pada sesuatu yang dibawa oleh Raya.
Sontak saja, Raya langsung menyembunyikan paperbag-nya ke belakang tubuh. Paperbag yang berisikan ponsel baru yang dibelikan oleh Nev tadi--menyebabkan mereka pulang sedikit telat dan disambut Feli dengan tatapan curiga.
Feli yang tak senang, langsung beringsut mendekati tubuh Raya yang masih berada dibelakang kursi roda Nev.
"Aku mau lihat, itu apa." ucap Feli dengan sedikit menaikkan intonasi suaranya.
Raya menggeleng kuat-kuat, tidak memberi akses untuk Feli menyentuh kepunyaannya.
"Aku mau tahu itu apa, buat penasaran aja sih." desak Feli tak sabar-- sembari tangannya terulur mengarah untuk merebut paksa barang yang ingin diketahuinya itu.
Nev dengan sigap menangkap tangan Feli yang hampir mencapai paperbag yang disembunyikan Raya.
"Jangan mengurusi sesuatu yang bukan urusanmu, Fel." kata Nev pelan memperingati.
Feli berdecih, "Kenapa? Lama-lama kalian berdua sangat menyebalkan." dengusnya.
Nev tak mau menggubris ucapan istrinya itu, dia lebih memilih bersuara pada Raya.
"Raya, aku mau segera istirahat." kata Nev singkat.
Dengan sikap masa bodohnya terhadap Feli, Raya pun kembali mendorong kursi roda Nev tanpa memedulikan istri majikannya sedikitpun, membuat Feli menggerutu karena sikap Raya yang sangat menyebalkan dimatanya.
"Berhenti, Ray!" senggak Feli sembari menatapi kedua orang yang baru saja berlalu itu.
Raya menghentikan langkah, menoleh kebelakang dan tersenyum kecil pada Feli, Feli tahu dan bisa mengartikan jika senyuman Raya itu adalah sebuah ejekan untuknya.
"Kau mengejekku?" tanya Feli menantang dan Raya hanya diam tidak menyahuti.
"Kau ini benar-benar...." ucapan Feli harus terhenti diudara, karena tiba-tiba Nev menginterupsi dengan suara baritonnya.
"Shut up, Fel..! Sudah ku bilang jangan mengurusi oranglain. Urusi saja urusanmu!" kata Nev menekankan setiap ucapannya.
Dan Feli hanya bisa mendengkus kesal seraya mengepalkan tangannya-- saat melihat Raya yang berada disisi Nev tengah memandangnya dengan senyum mengejek (lagi).
"Kenapa, Nev?" Feli mulai melirih, matanya bahkan sampai berkaca-kaca-- dia menatap lekat ke netra sang suami.
"Kenapa kau membelanya, Nev?" tanya Feli dengan suara yang mulai serak--seperti menahan tangisan.
"Aku bukan membela Raya, tapi tindakanmu itu.. yang benar saja!" kata Nev tak acuh.
Feli kembali menatap Raya yang mencebikkan bibir dibelakang tubuh Nev--Raya jelas tengah mencibirnya.
Raya...Kau benar-benar telah mengibarkan bendera perang padaku.-batin Feli.
"Baiklah, Nev. Mungkin kau memang tidak membelanya." kata Feli menyerah, ingin berbalik badan tapi sepersekian detik berikutnya dia kembali melangkah dengan cepat dan menjangkau posisi Raya.
Senyum Raya masih tersungging mengejek Feli-- semakin membuat kemarahan dihati Feli.
Feli ingin segera melampiaskannya. Dalam hitungan detik yang sama, Feli sudah menarik kuat-kuat rambut Raya, tanpa bisa dicegah oleh siapapun termasuk Nev karena itu begitu tiba-tiba.
Raya meringis karena tarikan Feli dirambutnya benar-benar menyakiti kulit kepalanya, suaranya memekik--kaget bercampur sakit menjadi satu.
"Feli !!!" senggak Nev dengan suara lantang, Nev sendiri amat sangat terkejut dengan aksi brutal Feli yang sangat mendadak itu, Nev sama sekali tak menyangka jika Feli akan melakukan hal sekanak-kanakan itu.
"Biar saja, Nev. Biar dia rasakan ini." kata Feli semakin menarik rambut Raya lagi-- walau sudah terlihat jika Raya begitu kesakitan karena ulahnya.
"Jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa denganmu, Feli..." kata Raya memperingatkan dan mencoba bernegosiasi, namun Feli mengacuhkan ucapannya itu.
"You're crazy, Fel. Lepaskan rambutnya!!!" kata Nev marah.
Feli tersenyum mengejek ke arah Raya, senyuman itu seolah membalas sikap Raya tadi-- yang sudah dengan sengaja menantangnya.
Brak!!!
Tiba-tiba, kejadian yang tak pernah diduga sebelumnya-- kembali terjadi. Terlihat kini, Feli sudah terduduk dilantai sembari meringis memegangi tangannya yang ternyata telah dipelintir oleh Raya. Bahkan tubuhnya sampai terdorong ke lantai.
"Awww...." Feli memegangi pergelangan tangannya sendiri--yang terasa memanas dan perih, kemudian dia menatap Raya dengan tatapan penuh amarah dan kebencian.
"Aku udah memperingatkanmu, Fel. Tapi kamu gak mau melepaskan rambutku." kata Raya dengan nada marah.
Nev sampai melotot melihat apa yang terjadi sekarang.
Feli melupakan sesuatu, yah...dia sungguh lupa jika lawannya adalah Raya, maka dia akan selalu kalah. Mulai dari melawan soal kepintaran, kekayaan, dan daya tahan fisik--bahkan sejak dulu pun Feli telah kalah dan Raya-lah pemenangnya.
Harapan satu-satunya untuk bisa mengalahkan Raya adalah saat ini--saat Raya tak memiliki kekayaan apapun lagi seperti dulu.
Namun, lagi-lagi dia harus kalah. Kali ini bahkan yang terparah, karena dia sampai terduduk dilantai akibat kebodohannya sendiri yang menyerang Raya lebih dulu, padahal dia tahu jelas jika Raya pernah mengikuti kelas bela diri karate.
-
Nevan
Sepanjang perjalanan menuju kamarnya, hanya hening yang tercipta tanpa ada satupun kata yang bisa ia ucapkan pada Raya. Sesekali ia mengembuskan nafas perlahan dan sesekali berikutnya ia tersenyum miris mengingat kejadian tadi.
Sampai dikamarnya pun, ia hanya diam. Begitupula dengan Raya yang sepertinya tak tahu harus mengatakan apa.
Tampaknya, kekesalan Raya pada sikap Feli tadi belum hilang.
Namun, tampak sekali dari wajah Raya-- jika wanita ini tengah memikirkan apa yang telah diperbuat beberapa menit belakangan tadi.
Sampai suara Raya lah yang pertama kali terdengar.
"Tuan, saya-saya minta maaf.. karena sikap kasar saya pada istri Anda, tadi..." ucap Raya terdengar tulus, ia bisa menilai jika Raya sedang meletakkan gengsinya diurutan terbelakang-- karena mungkin disini Raya menghargainya sebagai majikan, tak lebih. Ya, Raya tak mungkin mengharapkan lebih, bukan?
"Sudahlah, jangan dibahas. Aku tahu Feli juga salah. Dia lebih dulu menarik rambutmu." katanya dengan tak enak hati.
Raya tertunduk, kemudian membungkuk untuk mengunci rem kursi roda.
"Pasti Tuan terkejut melihat sikap saya." gumam Raya hati-hati. Tapi, indera pendengarannya menerima sinyal suara yang pelan itu.
Ia tersenyum kecut. "Aku tidak terlalu terkejut." katanya, membuat Raya mengadah padanya dengan mata membulat dan ia tak mau melewatkan wajah Raya yang seperti itu.
"Maaf..." lirih Raya kemudian-- yang masih berada dihadapannya dengan posisi berjongkok. Membuat tangannya terasa ringan-- Ingin meraih dan membelai kepala Raya. Benar-benar sia lan!
Ia pun menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak, akulah yang minta maaf padamu mewakili istriku," jawabnya berusaha menahan keinginan, hingga ucapannya tercetus begitu saja tanpa dipikirkan.
-
Raya
"Tidak, akulah yang minta maaf padamu mewakili istriku,"
Ucapan Nev yang terdengar lembut itu tidak berhasil menenangkannya kali ini, karena kalimat Nev yang menyatakan tentang kata istriku, membuatnya terdiam sekaligus semakin menyadarkannya tentang status pria yang kini ada dihadapannya.
Ya, dia memang suami Feli dan Feli adalah istrinya...
Ia bangkit dan mencoba menetralkan perasaannya yang mendadak gundah.
"Tuan ingin saya bantu untuk mandi, atau Tuan bisa melakukannya sendiri?" tawarnya.
Nev diam, tidak menjawab. Nev terlihat memperhatikan gerak-geriknya yang jelas menghindari dari tatapan mata tegas dengan netra cokelat itu. Karena lagi-lagi, ucapan terakhir Nev sungguh membuatnya berpikir keras.
Apa ada yang salah dengan kata-katanya tadi? Kenapa perasaanku begini? Feli benar-benar istrinya kan? Tidak ada yang salah...
"Em...Tuan mandi sendiri saja ya, di shower box saja jadi bisa mandiri. Saya-saya siapkan baju gantinya saja. Ya, itu lebih baik... begitu saja..." katanya dengan suara parau dan penuh kebingungan.
Nev bergeming, malah menatapnya lekat--padahal, sekarang ia mulai salah tingkah dan tiba-tiba blank sendiri.
Ia tak tahu hendak melakukan apa, sedangkan tadi ia sudah jelas-jelas menawarkan untuk menyiapkan baju ganti Nev. Tapi sekarang apa?
Otaknya benar-benar buntu sampai tak tahu dimana letak ruangan ganti yang beberapa hari ini terus ia masuki.
Ia hanya mondar-mandir tak jelas seperti orang bodoh dan ia baru sadar setelah suara Nev menghentikannya.
"Ruang baju gantinya disana, Raya." kata Nev menunjuk dengan dagunya kearah walk in closet. Sepertinya Nev tahu jika ia kehilangan fokus sekarang.
Ia hanya menyengir melihat Nev tapi tiba-tiba Nev seakan mengunci pandangannya dan mencoba mencari sesuatu didalam matanya.
Nev seperti menelaah sesuatu dari jendela hati itu, mungkin Nev akan segera menemukannya sekarang karena ia tidak bisa mengalihkan tatapannya kearah manapun.
Kedua mata saling beradu dan ini adalah kali pertamanya bisa membalas sorot mata setajam elang milik Nev, biasanya ia akan selalu menghindar, tapi sekarang kenapa tak bisa?
"Apa kepalamu masih sakit?" suara Nev yang bertanya pun tak bisa menyadarkannya dari situasi ini, ia tak menjawab dan justru tenggelam dalam palung yang paling dalam--di kedalaman terdasar netra sang pria.
"Raya..."
Ia bahkan masih bisa mendengar Nev memanggilnya, tapi bibirnya kelu tidak bisa menjawab. Mungkin sekarang wajahnya benar-benar terlihat seperti orang bodoh.
Sampai sentuhan tangan Nev di tangannya berhasil menyadarkannya dari situasi akward yang sempat terjadi.
"Apa kepalamu masih sakit?" Nev mengulangi lagi kalimatnya sembari mengadah padanya dengan tangan yang sudah memegang pergelangan tangannya.
Ia hanya bisa menggeleng pelan--semakin terlihat bodoh, karena kini rasanya jantungnya telah melorot sampai ke perut.
...Bersambung ......
Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Jean Wonga
bgus hjar si feli rayaa...snang prmpuan bisa bela diri...jgn mau dtndas hy krn kmu pgsuh ...
2022-10-30
0
???
klo pen balas dendam tuh cari kelemahan nya dulu,ukur kemampuan nya jgn trlalu percaya diri yg ada malah merugikan diri sendiri, bo**h
2022-10-09
0
Tuya
rayaa god job jangan lemah
2022-08-11
0