Pagi menjelang, seperti biasa Nev sudah siap dengan setelan yang dipilihkan oleh Raya. Raya mendorong kursi rodanya menuju ruang makan karena dipagi hari Nev selalu mencoba bersikap biasa--layaknya sebuah keluarga bersama Feli dengan memulai hari dengan sarapan bersama-sama.
Raya meninggalkan Nev dan Feli-- yang sudah lebih dulu berada di ruang makan itu. Raya beranjak menuju dapur seperti biasa lalu berkumpul dengan para ART yang sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing di dapur.
Nev menghabiskan makanannya tanpa banyak kata walaupun sejak tadi Feli terlihat memperhatikannya dalam diam.
"Nev," panggil Feli.
"Ya?" Nev melirik Feli sekilas dan menyeruput kopinya yang masih mengepulkan asap panas.
"Nev, aku sudah memutuskan untuk memperbaiki hubungan kita, tolong beri aku kesempatan, Nev." ujar Feli memohon.
Nev meletakkan cangkir kopinya kemudian berujar dengan nada yang sangat dingin.
"Jangan memulai hari dengan pembahasan seperti ini. Aku tidak mau kehilangan mood-ku" katanya.
Feli menghirup nafas dalam-dalam.
"Ini tentang rumah tangga kita, sayang. Tidak bisakah kamu memberi aku kesempatan lagi? Apa kamu memang tidak mau memperbaikinya?" lirih Feli.
Nev memutar bola matanya, malas menjawab ucapan Feli yang akan selalu berakhir dengan pertengkaran diantara mereka.
-
Feli
"Sayang, katakan apa yang kamu inginkan? Aku akan berusaha menurutinya," katanya sembari mengguncang pelan lengan Nev yang berada diatas meja.
Nev menatapnya dengan sinis. "Kau yakin akan menuruti keinginanku?" tanya Nev tak acuh.
Ia mengangguk berulang.
"Kalau begitu, bisakah kau mengaku didepanku tentang semua perbuatan kotormu?" sindir Nev dengan enteng.
Ia terbengong dengan mulut yang sedikit terbuka karena tidak pernah menyangka Nev akan berkata seperti ini, ia pikir Nev akan menyerah setelah dua tahun ini tak berhasil menemukan apa-apa terkait tindak kriminal yang dilakukannya.
"Nev, kenapa kau selalu mengait-ngaitkan aku dengan semua yang terjadi pada hidupmu? Harus berapa kali aku mengatakan jika aku tidak ada kaitannya dengan kecelakaanmu!" protesnya dengan intonasi marah membuat Nev tersenyum masam padanya.
"Oke, fine... berarti tidak ada kesempatan untukmu." jawab Nev lalu mendorong kursi roda sendiri agar menjauh dari letak meja makan.
"Nev..." teriaknya, dia merasa belum selesai membahas topik ini dengan Nev, selalu berakhir dengan pertengkaran, kecurigaan dan akhirnya masalah tidak selesai.
Ia mengejar Nev yang masih berada disudut ruangan. Ia menghentikan kepergian Nev dengan menahan handle kursi roda.
"Nev, ku mohon..." lirihnya.
Nev menatapnya sekilas.
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang terjadi? Kau pikir selama ini aku hanya mengira-ngira saja dan menuduhmu tanpa bukti?" ucap Nev dingin.
Ia mengernyit, tapi didetik yang sama ia juga merasa ucapan Nev sangat mengintimidasinya.
"Nev, apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.
"Kau pikir, dengan kau yang masih berdiri dirumahku sekarang karena apa, Fel? Itu karena aku sudah mencoba memberimu kesempatan.."
"Tapi,..."
"Kau bisa saja menyembunyikan semua itu dariku, Fel. Kau pikir aku sebodoh itu?Kau mengira aku benar-benar tidak tahu sepak terjangmu? Kau salah besar, Felisadira!!" Kata Nev sembari mendengkus kasar.
Ia membeku ditempatnya, ia tahu pasti jika Nev sudah menyebutkan nama panjangnya, berarti Nev benar-benar marah padanya. Dan memiliki kartu as-nya.
Apa Nev benar-benar sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi? Lalu kenapa Nev bersikap seolah tak tahu selama ini??
"Nev, jelaskan apa maksudmu? Memangnya kau sudah punya bukti yang mengarah padaku?" tanyanya dengan hati-hati sembari menatap punggung Nev yang mulai menjauh. Perasaannya mulai ketar-ketir mendengar penuturan Nev.
Nev tak menoleh, tapi ucapan yang keluar dari mulut Nev selanjutnya benar-benar berhasil membungkam mulutnya seketika.
"Jangan mengira aku tak tahu apapun, Feli. Aku diam bukan berarti aku bodoh. Aku masih membiarkanmu berada disini bukan karena perasaanku masih ada untukmu, tapi itu karena kemurahan hatiku."
"Selanjutnya, berdoalah semoga aku masih bisa bermurah hati terus padamu." kata Nev berlalu.
Ia mendadak lemas seketika, ia mengira selama dua tahun ini Nev benar-benar bisa ia bohongi, tapi ia salah, jelas salah... ia terlalu naif, karena Nev tidak mungkin sebodoh yang ia kira. Apalagi Nev jelas-jelas bisa melacak sepak terjangnya seperti apapun ia menyembunyikannya.
Kesalahan terbesar Nev adalah pernah mencintainya, dan kesalahan terbesarnya adalah menyia-nyiakan cinta Nev yang tulus (dulu).
Sekarang, ia benar-benar telah kehilangan cinta Nev dan merasa sangat menyesal. Tak bisakah Nev memberinya kesempatan dalam hal perasaan? Bukan hanya kesempatan untuk tinggal dan menerima fasilitas dirumah ini?
Bukan hanya menyandang status sebagai istri dari Nevan Adeo Prawiraharja. Ia ingin lebih dari hanya status.
Ia ingin cinta Nevan kembali padanya, tapi semuanya telah terlambat dan ia baru menyadarinya sekarang-- karena ternyata suaminya itu sudah tahu siapa dia sebenarnya, mungkin juga Nevan sudah tahu sejak lama.. tapi Nevan memendamnya dan berlagak tak tahu apa-apa. Kenapa?
Jawabannya adalah benar... karena Nev masih bermurah hati padanya atau dalam kata lain, mengasihaninya. Miris dan sangat miris, tapi dia memang layak mendapatkan semua ini.
Benar kata Nev, jika ia masih berada dirumah ini karena kemurahan hati suaminya itu. Jika tidak, mungkin ia sudah hidup dijalanan karena tak mendapatkam apa-apa walau sudah berbuat terlalu jauh.
Ia salah telah mempermainkan Nev selama ini, ia lupa jika suaminya bukanlah orang sembarangan yang bisa menerima begitu saja.
Sekarang, saat Nev sudah menyindirnya tentang perbuatan jahatnya, itu berarti ia tinggal menunggu hari penghukuman dari Nev untuk semua yang telah ia lakukan pada suaminya itu. Entah hukuman apa yang akan ia terima karena Nev mungkin sudah mempersiapkannya sejak lama.
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
Nev sampai didepan pintu sendirian, tanpa adanya Raya karena tadi dia memang pergi begitu saja tanpa memanggil Raya.
Dia berselisih dengan Bi Asih dan meminta perempuan setengah baya itu untuk memanggilkan Raya yang masih berada didapur.
Seperginya Bi Asih, Nev melihat kearah pintu yang terbuka dan sudah menampilkan sesosok pria yang familiar.
Nev tersenyum sekilas saat melihat pria yang mulai berjalan menghampirinya itu.
"Tuan.." sapa Pria itu dengan sopan dan takzim pada Nev.
"Apa kau sudah selesai dengan bulan madumu?" tanya Nev pada pria yang berdiri dihadapannya.
Pria itu menggosok tengkuknya sendiri, kemudian tersenyum kecil. "Sudah, Tuan." jawabnya semringah.
"Baguslah, kau tahu kan pekerjaanku jadi sedikit berantakan karena cutimu itu." kelakar Nev dan diakhiri dengan senyuman miring.
"Maaf, Tuan." jawab pria itu.
"It's oke, Bian. Welcome back, pekerjaanmu sudah menunggu." kata Nev.
Bersamaan dengan itu, Raya datang dan menghampiri keduanya.
"Anda sudah siap, Tuan? Saya akan mengantar Anda ke kantor." kata Raya, merujuk pada kegiatannya beberapa hari ini yang selalu mengantar Nev sampai ke gedung perkantorannya.
"Oh, iya... Hari ini kamu tidak usah mengantarku, Sekretarisku sudah kembali dan kami akan berangkat bersama ke kantor." jawab Nev.
Raya pun mengangguk.
"Siapa, Tuan?" celetuk Bian tiba-tiba, dia menatap Raya.
Nev melirik Bian bergantian dengan Raya.
"Bian, ini Raya. Dia pengasuhku. Dan Raya, ini Bian..dia Sekretarisku." kata Nev berbicara dua arah,-pada Bian dan pada Raya.
Raya hanya tersenyum kecil sembari mengangguk untuk menyapa Bian dan Bian pun melakukan hal yang sama.
"Kita berangkat sekarang, Tuan?" tanya Bian.
Nev mengangguk. Tapi kemudian dia menatap Raya yang masih tertunduk kaku.
"Karena hari ini kamu tidak mengantarku, Kunjungilah Mamamu, mungkin beliau butuh dukunganmu di Rumah Sakit. Dan kamu juga merindukannya." kata Nev penuh perhatian, membuat kedua mata lentik Raya mengerjap-ngerjap tak percaya.
"Bolehkah, Tuan?" tanya Raya.
Nev mengangguki pertanyaan Raya, membuat sudut bibir wanita itu melengkung sempurna.
"Terima kasih, Tuan." jawab Raya tersenyum cerah.
"Hemm..." dehem Nev, setidaknya senyuman Raya hari ini bisa mengembalikan semangatnya yang sempat hilang karena pertengkaran dengan Feli beberapa saat lalu. Ah, apa-apaan!
Nev merasa tak enak karena malam tadi membuat Raya bersedih dan mengingat keluarganya akibat percakapan singkat mereka.
Hingga akhirnya Raya dan Nev saling menatap dalam diam untuk beberapa detik.
Sedangkan Bian yang masih berada diantara mereka berdua-- memperhatikan interaksi antara Nev dan Raya, dia merasa ada hal aneh yang dialami oleh Tuannya dengan sang pengasuh, tapi dia memutuskan untuk memendam itu tanpa banyak bertanya.
Bian akan tahu jawabannya nanti, jika Nev sudah mulai buka suara. Pasti.
...Bersambung ......
...Jangan lupa Favorite, like, komentar, hadiah dan vote ❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Riniariani Rinimawan
byan nama ank laki2 ku thor....😍
2023-01-26
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
menunggu tuan mu curhat ya Bian 😅😝😝
2022-05-14
1
Mom F
Bab nya ga ad yg aku lewat thor, bom like... 👍
2022-03-02
1